Seorang awam bertanya pada seorang pakar hukum mengenai definisi hukum. Kata sang pakar, "Menjelaskan apa sebenarnya hukum itu sulit, tetapi kita bisa memahaminya dari cerita berikut. Dua orang bergantian masuk ke dalam sebuah cerobong asap yang hitam. Saat keluar dari cerobong, badan dan pakaian salah seorang di antaranya menjadi hitam kotor, sedangkan yang satunya tetap putih bersih. Pertanyaannya, siapa di antara mereka yang akan mandi untuk membersihkan badan?"
"Tentu saja yang badannya kotor," jawab orang awam.
"Salah, yang badannya bersihlah yang akan mandi. Kenapa? Karena melihat rekannya kotor, ia menganggap dirinya juga kotor. Sedang yang kotor
menganggap dirinya bersih." Si pakar hukum melanjutkan lagi ceritanya.
"Kedua orang tadi masuk lagi ke dalam cerobong. Ketika keluar, keadaannya tetap saja. Satu kotor dan satu bersih. Siapa yang mandi?"
"Yang bersih," jawab orang awam.
"Salah, yang badannya kotorlah yang mandi. Berdasarkan pengalaman yang terdahulu, mereka memeriksa dirinya sendiri, tidak melihat diri orang
lain.Yang kotor tahu dirinya kotor maka dia segera mandi." Cerita terus berlanjut. "Untuk ketiga kalinya, mereka masuk lagi ke dalam cerobong.
Sekarang siapa yang mandi, yang bersih atau yang kotor?"
Orang awam berpikir sejenak dan menjawab, "Yang bersih."
"Salah, "jawab pakar hukum.
"Kalau begitu, keduanya mandi bersama atau tidak ada yang mandi."
"Semua salah. Yang benar adalah mana mungkin ada cerita macam itu. Dua orang masuk ke satu cerobong tetapi keluarnya bisa satu bersih satu kotor?
Demikian pula definisi hukum itu, semuanya tergantung dari siapa yang menafsirkannya." Demikanlah penjelasan definisi hukum yang dijabarkan oleh
pakarnya.
Hikmah:
Smiley...! Kita cenderung untuk melihat kesalahan orang lain, tak pernah menyadari kesalahan diri sendiri, inilah tahap pertama kehidupan kita. Semua
ini berlanjut hingga ke tahap kedua, kita mulai belajar untuk mawas diri/introspeksi agar tidak sampai babak belur, dijauhi, dibenci atau dimaki-maki orang di sekeliling kita. Di dalam dunia yang nyata ini (cerobong asap), mana ada sih orang yang tak punya kelemahan (keluar dari cerobong tetap putih bersih)? Di sinilah kita akan mencapai tahap ketiga.
Setiap orang pasti memiliki kelemahan. Meskipun ada juga orang yang berhasil memperbaiki kelemahannya tetapi bagaimanapun juga dia masih tetap memiliki kelemahan yang lain. Jangan rendah diri dengan kelemahan yang kita miliki (baik jasmani, akal kecerdasan ataupun materi duniawi) dan gunakan kelebihan kita untuk mengejar prestasi yang setinggi-tingginya. Dalam segala hal pertimbangkanlah kelebihan dan kelemahan kita. Sebagai seorang pemimpin, pertimbangkanlah kelebihan dan kelemahan bawahan sebelum membagi tugas dan tanggung jawab.
No comments:
Post a Comment