Aug 14, 2010

MENGHADAPI KEGAGALAN

Kita tidak bisa mengubah dan menentukan nasib, tetapi kita boleh memastikan sikap kita ketika menghadapi keadaan nasib buruk.

Seorang pemuda yang baru saja lulus dari perguruan tinggi, merasa dipersalahkan ditempatnya bekerja maupun dalam hubungan relasinya. Dia pulang ke rumah dan mengeluh pada ayahnya. Setelah mendengarkan segala keluhan putranya, sang ayah tidak berkomentar apa-apa, hanya mengajaknya masuk ke dapur seraya berkata, “Nak, ayah akan tunjukkan beberapa hal kepadamu.”

Kemudian sang ayah merebus tiga kuali air. Kuali pertama dimasukan buah beligo (kundur). Kuali kedua dimasukkan telur ayam, dan kuali yang ketiga dimasukkan bubuk kopi. Setelah lewat beberapa puluh menit, sang ayah bertanya kepada putranya, “Sekarang Anda buka tutup kuali itu dan katakan kondisi benda-benda yang ayah masukkan dalam kuali-kuali itu?”

Pemuda itu secara berurutan membuka tutup ketiga kuali tersebut, mengamatinya untuk beberapa saat lalu berkata, “Buah beligo (kundur) yang ada di dalam kuali pertama sudah menjadi lembek dan empuk, telur yang ada didalam kuali kedua sudah menjadi telur rebus, dan kopi yang ada didalam kuali ketiga sudah menjadi kopi kental yang sangat harum baunya... tetapi mengapa Ayah memperlihatkan semua ini kepada saya?”

Dengan tersenyum sang ayah berkata, “Jika didalam kehidupan ini segala hal yang tidak berkenan didalam hati ibarat air yang mendidih, orang yang berbeda mempunyai reaksi tanggapan yang berbeda pula.”

Manusia jenis pertama seperti beligo (kundur). Asalnya sangat keras sekali, tetapi setelah dimasukkan kedalam air mendidih dia berubah menjadi lunak dan segan-segan.

Jenis manusia yang kedua seperti sebuah telur. Setelah dimasak dengan air yang mendidih dari permukaan luar dia terlihat tidak mengalami perubahan apapun, tetapi dia telah kehilangan perasaan jiwanya yang lemah lembut, dan sudah berubah menjadi keras hati dan bandel.

Jenis manusia yang ketiga seperti kopi. Hanya dengan diseduh dengan air mendidih, dia baru bisa dimurnikan dan mengeluarkan keharuman semerbaknya dari dalam....”

“Kita tidak bisa mengubah dan menentukan nasib, tetapi kita boleh memastikan sikap kita ketika menghadapi nasib buruk, lalu engkau ingin menjadi orang jenis apa?” Sang ayah balik bertanya kepada anaknya.

Dulu ketika penulis pergi ke kantor menggunakan kereta bawah tanah, menghadapi arus manusia yang penuh sesak dan suara gaduh kereta, merasa sangat sebal, dan lambat laun setiap orang yang masih asing, menjadi ikut menyebalkan pula. Suatu hari ketika saya bercengkrama dengan putra seorang teman yang masih duduk dibangku SD. Sama halnya dengan saya, anak itu pergi ke sekolah dengan menggunakan kereta bawah tanah.

Lantas saya bertanya kepadanya, “Apakah kamu merasakan kekesalan dalam kereta?” Diluar dugaan dia menjawab, “Naik kereta bawah tanah bisa melihat beraneka macam manusia, sangat menarik sekali!” Seorang anak SD telah memberikan saya suatu pelajaran, sejak saat itu saya menyesuaikan sikap hati sendiri, tidak lagi memandang naik kereta bawah tanah sebagai perjalanan yang menakutkan.

Orang yang pesimis saat menjumpai musim hujan dia selalu mengerutkan kening dan merasa cemas. Orang yang optimis bisa menikmati hujan dan memandang hujan sebagai pemandangan yang hanya bisa terlihat pada musim hujan.

Kita tidak bisa memastikan cuaca, tetapi bisa menentukan sendiri perasaan hati. Kita tidak bisa mencegah dan menghalau kegagalan didalam hidup, tetapi bisa menentukan sikap diri sendiri saat menghadapi keadaan.

Sedangkan “Sikap menentukan nasib”, mungkin disuatu hari kelak jika kita melihat hari-hari yang telah kita lalui, kita bisa menemukan segala pengalaman pahit dimasa lalu, sebenarnya merupakan nutrisi yang paling berharga didalam kehidupan kita!

No comments:

Post a Comment

Bookmark and Share
Custom Search