Oct 23, 2010

BALASAN CINTA KASIH

Setelah lulus sekolah, saya membuka butik kecil-kecilan sebagai sebuah batu pijakan untuk melangkah masuk dalam masyarakat. Demi sebuah keinginan agar bisa melakukan lebih baik dan giat, setiap hari saya membuka toko butik itu lebih pagi dan menutupnya lebih malam.

Hari itu matahari baru saja muncul, ketika saya hendak menarik pintu rolling door, terlihat oleh saya sebuah dompet tergeletak di depan pintu butik. Dompet kulit itu terlihat sangat tebal, dalam dompet pasti terisi setumpuk uang yang tidak sedikit nilainya.

“Oh Tuhan!”

Jika menganggap isi dompet ini sebagai hadiah di luar dugaan dan dinikmati sendiri, hati nurani bisa tidak dapat menerimanya. Oleh karena itu di depan pintu saya tempelkan secarik kertas yang bertuliskan “Bagi orang yang kehilangan dompet, bisa memilikinya kembali”. Saya berharap dompet itu bisa kembali pada pemiliknya.

Keesokan hari, datang seorang siswa perempuan berwajah pucat pasi, masuk ke dalam toko. Dia berkata: “Saya datang kemari untuk mengambil dompet saya.”

“Oh, itu adalah dompet Anda, bagaimana bisa terjatuh di…….”

Di saat saya belum selesai menanyakan hal ikhwal terjadinya peristiwa itu, siswa perempuan yang sudah mendapatkan kembali dompetnya itu, hanya berkata terima kasih dengan singkat lantas buru-buru pergi meninggalkan butik.

Meski saya melakukan hal tersebut tidak demi menuntut balasan, tetapi sikap siswi itu telah membuat saya sangat kecewa.

Kira-kira satu bulan setelah peristiwa itu, saat saya hendak membuka pintu butik, saya dibuat terperanjat melihat perubahan pada pintu butik saya. Pintu yang semula hitam pekat, telah berganti dengan sebuah lukisan pemandangan indah yang penuh dengan nafas musim semi. Saya terlampau takjub dan mengamati seluruh bagian pintu itu, tanpa sengaja terlihat secarik kertas yang diselipkan di sela daun pintu.

Untuk Anda yang baik hati,

Kira-kira satu bulan yang lalu Anda telah menemukan sebuah dompet, saya adalah adik dari si pemilik dompet itu. Kakak saya hampir saja tidak sadarkan diri setelah kehilangan dompetnya, dia menangis terus. Uang itu adalah hasil jerih payah dia bekerja, dan cukup untuk membayar uang pendaftaran masuk Universitas.

Saya tahu kakak saya tidak bisa menyatakan rasa terima kasihnya dengan baik kepada orang yang menemukan kembali dompetnya. Saya sebagai adik merasa sangat malu. Demi kakak saya dan demi Anda yang berbaik hati, hanya ini yang bisa saya lakukan untuk membalas budi.

Ternyata yang dia kerjakan bukan sampai di sini saja. Reklame kasar mengenai diskon yang tertempel di depan pintu bisa berubah menjadi tulisan moderen yang artistik. Dan saat menjelang musim panas tiba, lukisan yang berada di atas pintu besi telah berubah menjadi pemandangan musim panas yang menyejukkan. Begitu juga ketika musim gugur tiba, lukisan di depan pintu besi akan berubah menjadi pemandangan di musim gugur. Seperti bermain sulap saja, setiap musim berganti menghiasi pintu butik saya.

Saya berharap bisa bertatap muka dengan adik yang baik hati ini, maka saya meninggalkan secarik kertas untuknya: “Mohon saat pagi hari Anda bisa mampir sejenak ke toko saya.”

Bahkan saya sengaja menunggu dia sampai larut malam, berharap dia bisa muncul, tapi sayang sekali selama ini dia tidak pernah menampakkan diri.

Tiga tahun telah berlalu, saya akhirnya menjual butik saya kepada adik kelas saya, karena menikah mengikuti suami.

Hingga suatu hari, adik kelas saya menelepon dengan nada gembira: “Tahun ini sama seperti tahun-tahun lalu, pemandangan musim panas hadir kembali di depan pintu toko……”

No comments:

Post a Comment

Bookmark and Share
Custom Search