Ada seorang pemuda yang mencari saya karena dia telah mengalami kegagalan dan merasa putus asa, dengan nada yang penuh dengan kekecewaan dia memberitahu saya, bahwa dia sudah bosan dengan kehidupan ini, karenanya dia akan segera meninggalkan dunia ini.
Saya tidak merasa heran, lalu dengan tenang mencoba bertanya kepada pemuda itu, "Apakah sudah tidak ada pilihan yang lain?"
Dia menjawab, "Sudah tidak ada pilihan yang lain. Saudara, kerabat dan teman-teman saya semuanya melecehkan saya, di sekeliling saya penuh dengan sinar pandangan menghina dari semua orang, bahkan saya bisa merasakan pohon-pohon yang tumbuh di pinggir jalanpun mengangkat kening memandang saya dengan dingin."
Pemuda itu duduk di dalam ruang baca saya. Saat itu dunia bagaikan hanya kami berdua.
Di luar jendela, pohon poplar putih yang rimbun sedang berdesir tertiup angin sepoi. Dengan wajah tanpa ekspresi apapun saya memandang keluar jendela.
Pandangan mata pemuda itu juga mengikuti sinar pandangan saya melihat pemandangan di luar jendela. Setelah lama sekali memandang, saya bertanya kepada dia, "Apakah Anda merasakan hutan kecil ini sangat menyebalkan? Apakah Anda merasakan desiran daun-daun diatas pepohonan itu penuh dengan permusuhan?"
Dengan sangat bingung pemuda itu memandang ke arah saya, tidak mengerti maksud pertanyaan saya, selanjutnya saya mengeluarkan dan menunjukan prosa berjudul Pemandangan Di Luar Jendela yang baru saja selesai saya tulis kepada pemuda itu.
Yang saya lukiskan dalam prosa itu adalah pemandangan hutan kecil yang berada di luar jendela ruang baca saya.
Saya bertanya lagi kepada pemuda itu, "Apakah Anda tidak mempunyai perasaan yang sama?"
Nampaknya ia bagai tersadarkan oleh sesuatu. Dia berkata, "Sebuah hutan kecil yang sama, mengapa bisa berubah menjadi begitu indah pada coretan tintamu, sebaliknya yang saya rasakan hutan kecil tersebut tidak ada bedanya dengan hutan-hutan kecil yang lainnya?"
Saya menjawab, "Inilah hakikat dunia yang sebenarnya. Hari ini Anda datang kemari melihat saya bagaimana menuliskan hutan kecil ini ke dalam prosa, besok saya menyarankan Anda pergi mengunjungi pelukis yang tinggal di sebelah rumah saya, di sana Anda juga bisa menemukan bagaimana dia melukiskan hutan kecil ini menjadi sebuah lukisan tradisional Tiongkok yang sangat indah."
Pemuda ini sepertinya telah mengerti akan sesuatu, ekspresi wajah pemuda itu yang tadinya sangat serius telah berubah menjadi santai dan ceria. Saat itu terdengar semacam suara berdesau dari arah bawah tangga. Saya tahu itu adalah suara pembersih jalanan yang sedang menyapu jalanan.
Saya berkata kepada pemuda itu, "Pembersih jalanan itu setiap hari akan membersihkan dedaunan rontok yang berada di dalam hutan kecil, apakah Anda tahu bagaimana pandangan pembersih itu terhadap hutan kecil ini?"
"Di mata pembersih itu hanya terlihat pohon ini setiap hari telah merontokkan berapa banyak daun, pohon mana yang akan layu, dimana harus ditanami tunas pohon yang baru."
Mendengarkan perkataanku ini pemuda itu tiba-tiba sadar akan apa yang terjadi. Dia berkata, "Saya telah mengerti, hutan kecil ini tetap tidak berubah, hutan kecil ini sama bagi setiap orang, hutan kecil itu akan berubah karena pandangan manusia yang berbeda terhadap dia."
Semangat pemuda itu berubah menjadi santai sama sekali. Saya memberitahu dia, "Sebenarnya, saudara, kerabat dan sahabat Anda mereka masih tetap adalah saudara kerabat dan sahabat Anda, mereka bahkan masih belum mengetahui penderitaan yang Anda alami, semua ini dikarenakan Anda sendiri yang mengira mereka akan berpandangan bagaimana terhadap diri Anda."
"Pohon-pohon yang tumbuh di pinggir jalan lebih-lebih tidak berdosa, mereka sama seperti dulu tumbuh di sana. Dan suasana ini, apakah Anda mengira dia juga telah membuat orang sesak nafas?"
Pemuda itu telah pergi seperti telah melepaskan beban berat, saya yakin dia akan menemukan kembali dayung perahu dalam kehidupannya.
Dunia ini sebenarnya tidak begitu rumit, hanya saja kita sendiri yang memandang rumit dunia ini. Lawan Anda mungkin semula tidak ada niatan jahat terhadap Anda, hanya saja Anda telah memandang rendah dirinya.
Keadaan yang ada semula sebenarnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan, adalah kita sendiri yang telah ditakuti oleh diri sendiri.
No comments:
Post a Comment