Pepatah mengatakan kasih ibu tak lekang termakan usia atau jaman. Juga bahwa kasih ibu tiada berbatas atau bertepi. Ungkapan tersebut sungguh tepat untuk menggambarkan sosok-sosok ibu yang hadir di Kick Andy episode ini. Mereka adalah ibu-ibu rumah tangga biasa yang terpaksa harus mengemban amanah "khusus" membesarkan anak-anaknya yang yang memiliki keterbatasan fisik dan psikis.
Padahal banyak sekali anak-anak yang berkebutuhan khusus, sering kali dianggap sebagai beban oleh orang tuanya. sehingga mereka tak mendapatkan perhatian dan kasing sayang semestinya. Namun hal ini tidak berlaku bagi Endang Setyanti. Kehadiran putranya, Habibie Afsyah yang mengidap "*motoric neuron*" atau kerusakan permanen pada otak kecil tetap dianggapnya sebagai amanah. Amanah yang harus dirawatnya dan dilimpahinya dengan kasih sayang semaksimal mungkin. Habibie yang kini berusia 20 tahun, sejak balita harus memakai kursi roda. Perkembangan fisik yang tidak sempurna sejak usia 1 tahun membuatnya tidak bisa berdiri dan berjalan.
Namun meski memiliki keterbatasan fisik, Endang tidak menganggapnya berbeda dengan anak kebanyakan lainnya. Habibie pun disekolahkannya di sekolah biasa, bukan di sekolah luar biasa. Dan Endang harus berpikir keras bagaimana membekali Habibie supaya bisa mandiri secara mental dan finansial saat dewasa nantinya. Terinspirasi dari kegemaran Habibie bermain video game, komputer dan internet, Endang kemudian menghabiskan waktunya dari seminar ke seminar bertopik* internet marketing*.
Dan perjuangannya menemukan titik terang, saat akhirnya ia berhasil mengantarkan Habibie pada profesi seorang internet marketer dengan penghasilan puluhan juta rupiah dan bahkan motivator di seminar-seminar. "Saya harus bisa membuat Habibie bisa memberdayakan dirinya untuk bekal hidupnya kelak. Jangan sampai hidupnya menjadi beban masyarakat atau hanya menunggu belas kasihan dari orang lain. Ini tidak boleh terjadi pada Habibie anak saya" ungkap Endang dengan mantap.
Perjuangan serupa juga dilakoni oleh Ernim Ilyas. Kelahiran putra keduanya, Ferdi Ramadhan pada 1995 lalu yang divonis dokter mengidap *Down Syndrome*, dihadapinya dengan tabah. Keterbatasan Adi, panggilan akrab Ferdi, membuatnya tak mampu berkomunikasi secara verbal. Berbagai jenis terapi diberikan pada Adi. Mulai dari terapi pijat, fisioterapi hingga terapi wicara. Menurut Ernim, kehangatan kasih sayang dari orang-orang terdekatlah yang bisa membuat Adi berkembang dengan baik. Kedekatan dan dukungan kasih sayang darinya dan sang suami Hendri Johni, serta sang kakak, Gesa yang sangat bangga dan menyayangi adiknya, tidak sia-sia.
Perkembangan jasmani dan organ fisik Adi, jauh melampaui perkembangan mentalnya. Adi mampu berprestasi di sejumlah cabang olahraga khusus. Atletik, sepakbola, bulutangkis dan renang adalah olahraga favoritnya. Kini, Adi merupakan salah satu atlet *special olympic* yang telah mengharumkan nama Indonesia di tingkat internasional. Terakhir pada April 2008 lalu, Adi mempersembahkan medali emas bagi Indonesia di cabang lompat jauh tanpa awalan, dan medali perak dari cabang sepak bola dari tim *Special Olympic*Indonesia (SoIna) di ajang Special Olympic Australia National Junior Games 2008.
Sementara perjuangan tak kalah heroik, juga muncul dari seorang Ira Dompas. Selama lebih dari 28 tahun, Ira harus bersusah payah menghadapi gangguan *autis hiperaktif* yang menimpa putra sulungnya, Oscar Yura Dompas. Istilah dan pengetahuan yang masih sangat minim tentang gangguan autistik pada tahun 80-an, membuatnya harus berjuang keras membesarkan Oscar di tengah pandangan "miring" lingkungan sekitarnya. "Seringkali tetangga sekitar bilang, anak bu Ira gila"kenang Ira pada masa-masa kecil Oscar. Autis hiperaktif Oscar memang menyebabkannya dicap demikian. Jika tidak asyik dengan dirinya sendiri, Oscar seringkali melakukan hal-hal yang mengganggu tetangga. Seperti misalnya masuk ke pekarangan orang lain dan merusak barang-barang mereka.
Hal ini harus dihadapi Ira dengan kesabaran super. Dia harus selalu menjelaskan berulangkali kepada tetangga sekitar tentang kondisi dan "penyakit" Oscar, apa itu autis dan apa bedanya dengan gila. Perhatian ekstra harus diberikannya kepada Oscar, hal yang juga dimintanya kepada adik Oscar dalam membimbing sang kakak. Dan kerja kerasnya membuahkan hasil cemerlang. Sedikit demi sedikit Oscar bisa berkembang, mampu bersosialisasi dengan lingkungan dan orang lain. Bahkan Oscar mampu menamatkan kuliahnya di Fakultas Sasta Inggris Universitas Atmajaya Jakarta dengan lancar. Kini dua buku kisah hidupnya mampu dituangkannya dalam dua buku, salah satunya berbahasa Inggris. Dan Oscar kini mampu mandiri dari profesinya sebagai pekerja seni.
Dan perjuangan berat, harus dilakoni oleh Poppy Devita Maharani Soepardi. Putra tunggalnya yang berusia 5 tahun, Dewantara Soepardi adalah penderita penyakit langka *Cerebral Palsy*. Dewa mengalami cedera otak dan fisik, yang membuatnya tak mampu beraktivitas secara fisik atau motorik seperti anak sebayanya.
Namun Poppy tak kenal kata menyerah. Berbagai metode terapi dicarinya hingga ke luar negeri, untuk bisa mengatasi keterbatasan Dewa. Hingga akhirnya ditemukannya metode Glen Doman untuk berkomunikasi dengan Dewa serta membantunya belajar membaca, berhitung, serta pelajaran lainnya dibantu sebuah *facilitator communication.* Dan dibalik keterbatasan fisik dan motoriknya, Tuhan memberikan keajaiban lain pada Dewa. Dewa dianugrahi kemampuan ingatan fotografik, kemampuan yang mampu membuatnya mengingat benda, gambar atau tulisan secara sangat cepat dan dengan akurasi tinggi. Kemampuan yang mampu membuatnya menghabiskan 24 buku tiap bulan. Dan kelebihan lainnya adalah Dewa mampu menuangkan isi hati dan pikirannya ke dalam sebuah puisi. Produktivitas puisi yang tinggi, yang dalam waktu dekat akan diterbitkan dalam bentuk buku.
Dan inilah penggalan bait puisi Dewa, yang dibuatnya saat diundang ke Kick Andy.
Bila cintaku datang
Jangan kau ijinkan ia pergi
Apabila arus hidupku terhalang batu
Singkirkan halangan itu dengan doaku
Suaraku kini didengar
Dinegeriku Indonesia
Akupun bahagia
Terima kasih Tuhan
Akupun tersenyum manja
No comments:
Post a Comment