Buku pelajaran dasar bagi anak-anak yang telah beredar
sangat lama Three Classic Characters (Kitab Tiga Huruf atau San Zi Jing)
mencantumkan, "Bila mendapatkan reputasi tinggi, orang tua terjunjung,
kemuliaan dihadapi, kemakmuran mengikuti."
Hati setiap orang tua selalu mengidamkan sang anak
menjadi orang terkemuka, mengharapkan pada suatu hari sang anak dapat
memperoleh kesuksesan sehingga mendatangkan kemuliaan bagi nenek moyang.
Bicara sejujurnya, dalam masyarakat yang penuh dengan
kompetisi dimana "yang menang dapat bertahan, yang mampu menyesuaikan diri
dapat hidup", siapa yang tidak mengharapkan sang anak dapat lebih hebat
dan lebih sukses daripada kita sebagai orang tua?
Namun cara berpikir, mengalihkan kepada anak-anak tekanan
dalam persaingan masyarakat orang dewasa, secara tak terasa telah memberikan
pengaruh negatif terhadap psikologi belajar
mengajar anak-anak, hal ini benar-benar tidak bisa diabaikan.
Corak masyarakat yang berinteraksi secara majemuk,
diikuti reformasi pendidikan yang menekankan pembelajaran yang majemuk pada
siswa, membuat banyak orang tua mengira dengan memberi banyak pelajaran
ketrampilan adalah memupuk anak untuk berkembang secara majemuk, sehingga di
luar jam sekolah masih meminta anak mengikuti kelas bahasa Inggris, kelas
musik, kelas melukis, kelas komputer .....
Banyak anak yang ketika mulai belajar merasa "amat
segar", namun setelah agak lama, mulai menunjukkan gejala malas belajar,
semakin banyak yang menunjukkan kegagalan dan frustrasi, bahkan ada yang ribut
tidak mau lagi belajar.
Saat itu orang tua biasanya mempunyai dua pilihan,
pertama memaksa anak melanjutkan belajar tanpa mem-pedulikan pemikirannya, ke
dua menuruti keinginan anak, kemudian mulai lagi dengan berganti ketrampilan
baru. Pemilihan secara sembrono dan proses belajar yang disudahi asal-asalan,
akan sangat mengganggu pertumbuhan seorang anak.
Mendidik ketrampilan pada anak, hendaknya dengan metode
pembelajaran yang memupuk minat pada eksplorasi, dalam proses belajar mengecap
keindahan kemajemukan.
Yang kita lihat pada kenyataannya, banyak orang tua
berteriak untuk memupuk minat pada anak, namun sesungguhnya sama sekali tidak
terasa sudah menghamburkan uang untuk mematikan minat sang anak (Zheng Wanni,
2001).
Sesungguhnya pikiran untuk mengharapkan agar anak
secepatnya memiliki ketrampilan cadangan tidaklah dapat dipersalahkan. Hanya
saja kebanyakan orang tua dalam memilihkan jenis ketrampilan semata-mata
mengejar modis, mengabaikan minat sang anak, juga tidak mempedulikan apakah
kemampuan anak memadai, begitu saja menyerahkan sang anak pada kelas
kterampilan.
Mereka mengira tanggung jawab orang tua adalah membayar
uang belajar setiap bulannya, sedangkan belajar merupakan tanggung jawab yang
harus dipikul seorang diri oleh sang anak.
Orang tua mengharapkan sang anak berbahagia adalah
perasaan manusia yang normal. Namun karena kurang memahami makna kebahagiaan
yang sesungguhnya, mereka mengira merencanakan jalan hidup sang anak di masa
depan akan mendatangkan kebahagiaan.
Ketika sang anak menghadapi masalah dalam perjalanannya,
orang tua tidak dapat mendampingi untuk menghadapinya, bersama-sama memecahkan
masalah, sebaliknya dengan paksaan memberikan tekanan pada sang anak, menjadi
penghambat bagi kemungkinan perkembangannya.
Bahkan ketika dalam menghadapi kesulitan dipilih
menyerah, membiasakan hidup dimanja dan terlalu dilindungi, akan berakibat
rendahnya daya tahan untuk menghadapi masalah.
Ketika nantinya menghadapi masa sulit, sang anak sering
kali akan kurang dapat menyesuaikan diri bahkan dapat timbul gangguan jiwa atau
perilaku yang kurang wajar.
Pendidikan orang tua terhadap anak tidak dapat hanya
"membiarkannya tumbuh begitu saja", atau "membantu-nya
tumbuh", melainkan harus "membimbingnya tumbuh". Anak memerlukan
bimbingan orang tua untuk melewati setiap tahapan, memberinya lingkungan dan
kesempatan untuk menumbuhkan akal budi.
Bunga-bunga dalam ruangan yang hangat mungkin saja cantik,
namun selama hidupnya dia hanya dapat hidup dalam ruangan yang hangat. Begitu
meninggalkan ruangan hangat, diterpa terik matahari atau hujan badai, akan
segera layu.
Masalah meskipun dapat menimbulkan stres dan
ketidaknyamanan, namun orang tua hendaknya membimbing anak untuk menghadapinya
dengan sikap positif, mendorongnya untuk mencoba dan mengeksplorasi dari
berbagai bidang.
Setiap anak mempunyai karakteristik yang unik,
kecenderungan, minat, pengalaman, bakat dan kecepatan tumbuh yang berbeda, mereka
harus dibimbing, dilayani dan diilhami sesuai dengan kebutuhannya, bukannya
diperintah dan dikontrol.
Anak di dalam perhatian dan bimbingan orang tua akan
belajar menerima dan memaafkan, ketika mereka mengalami kegagalan dalam
menghadapi masalah, tidak lagi mengganggapnya sebagai suatu ancaman, mereka
akan memiliki rasa aman, untuk menerima tantangan dan tempaan.
No comments:
Post a Comment