Feb 11, 2013

MEMIMPIKAN ANAK JADI ORANG TERKEMUKA



Buku pelajaran dasar bagi anak-anak yang telah beredar sangat lama Three Classic Characters (Kitab Tiga Huruf atau San Zi Jing) mencantumkan, "Bila mendapatkan reputasi tinggi, orang tua terjunjung, kemuliaan dihadapi, kemakmuran mengikuti."

Hati setiap orang tua selalu mengidamkan sang anak menjadi orang terkemuka, mengharapkan pada suatu hari sang anak dapat memperoleh kesuksesan sehingga mendatangkan kemuliaan bagi nenek moyang.

Bicara sejujurnya, dalam masyarakat yang penuh dengan kompetisi dimana "yang menang dapat bertahan, yang mampu menyesuaikan diri dapat hidup", siapa yang tidak mengharapkan sang anak dapat lebih hebat dan lebih sukses daripada kita sebagai orang tua?

Namun cara berpikir, mengalihkan kepada anak-anak tekanan dalam persaingan masyarakat orang dewasa, secara tak terasa telah memberikan pengaruh negatif terhadap psikologi belajar  mengajar anak-anak, hal ini benar-benar tidak bisa diabaikan.

Corak masyarakat yang berinteraksi secara majemuk, diikuti reformasi pendidikan yang menekankan pembelajaran yang majemuk pada siswa, membuat banyak orang tua mengira dengan memberi banyak pelajaran ketrampilan adalah memupuk anak untuk berkembang secara majemuk, sehingga di luar jam sekolah masih meminta anak mengikuti kelas bahasa Inggris, kelas musik, kelas melukis, kelas komputer .....

Banyak anak yang ketika mulai belajar merasa "amat segar", namun setelah agak lama, mulai menunjukkan gejala malas belajar, semakin banyak yang menunjukkan kegagalan dan frustrasi, bahkan ada yang ribut tidak mau lagi belajar.

Saat itu orang tua biasanya mempunyai dua pilihan, pertama memaksa anak melanjutkan belajar tanpa mem-pedulikan pemikirannya, ke dua menuruti keinginan anak, kemudian mulai lagi dengan berganti ketrampilan baru. Pemilihan secara sembrono dan proses belajar yang disudahi asal-asalan, akan sangat mengganggu pertumbuhan seorang anak.

Mendidik ketrampilan pada anak, hendaknya dengan metode pembelajaran yang memupuk minat pada eksplorasi, dalam proses belajar mengecap keindahan kemajemukan.

Yang kita lihat pada kenyataannya, banyak orang tua berteriak untuk memupuk minat pada anak, namun sesungguhnya sama sekali tidak terasa sudah menghamburkan uang untuk mematikan minat sang anak (Zheng Wanni, 2001).

Sesungguhnya pikiran untuk mengharapkan agar anak secepatnya memiliki ketrampilan cadangan tidaklah dapat dipersalahkan. Hanya saja kebanyakan orang tua dalam memilihkan jenis ketrampilan semata-mata mengejar modis, mengabaikan minat sang anak, juga tidak mempedulikan apakah kemampuan anak memadai, begitu saja menyerahkan sang anak pada kelas kterampilan.

Mereka mengira tanggung jawab orang tua adalah membayar uang belajar setiap bulannya, sedangkan belajar merupakan tanggung jawab yang harus dipikul seorang diri oleh sang anak.

Orang tua mengharapkan sang anak berbahagia adalah perasaan manusia yang normal. Namun karena kurang memahami makna kebahagiaan yang sesungguhnya, mereka mengira merencanakan jalan hidup sang anak di masa depan akan mendatangkan kebahagiaan.

Ketika sang anak menghadapi masalah dalam perjalanannya, orang tua tidak dapat mendampingi untuk menghadapinya, bersama-sama memecahkan masalah, sebaliknya dengan paksaan memberikan tekanan pada sang anak, menjadi penghambat bagi kemungkinan perkembangannya.

Bahkan ketika dalam menghadapi kesulitan dipilih menyerah, membiasakan hidup dimanja dan terlalu dilindungi, akan berakibat rendahnya daya tahan untuk menghadapi masalah.

Ketika nantinya menghadapi masa sulit, sang anak sering kali akan kurang dapat menyesuaikan diri bahkan dapat timbul gangguan jiwa atau perilaku yang kurang wajar.

Pendidikan orang tua terhadap anak tidak dapat hanya "membiarkannya tumbuh begitu saja", atau "membantu-nya tumbuh", melainkan harus "membimbingnya tumbuh". Anak memerlukan bimbingan orang tua untuk melewati setiap tahapan, memberinya lingkungan dan kesempatan untuk menumbuhkan akal budi.

Bunga-bunga dalam ruangan yang hangat mungkin saja cantik, namun selama hidupnya dia hanya dapat hidup dalam ruangan yang hangat. Begitu meninggalkan ruangan hangat, diterpa terik matahari atau hujan badai, akan segera layu.

Masalah meskipun dapat menimbulkan stres dan ketidaknyamanan, namun orang tua hendaknya membimbing anak untuk menghadapinya dengan sikap positif, mendorongnya untuk mencoba dan mengeksplorasi dari berbagai bidang.

Setiap anak mempunyai karakteristik yang unik, kecenderungan, minat, pengalaman, bakat dan kecepatan tumbuh yang berbeda, mereka harus dibimbing, dilayani dan diilhami sesuai dengan kebutuhannya, bukannya diperintah dan dikontrol.

Anak di dalam perhatian dan bimbingan orang tua akan belajar menerima dan memaafkan, ketika mereka mengalami kegagalan dalam menghadapi masalah, tidak lagi mengganggapnya sebagai suatu ancaman, mereka akan memiliki rasa aman, untuk menerima tantangan dan tempaan.

No comments:

Post a Comment

Bookmark and Share
Custom Search