Setiap
orang hendaknya bersyukur atas anugerah yang diterimanya sebagai seorang
manusia, menjadi makhluk yang memiliki tingkat tertinggi diantara
makhluk-makhluk yang lain.
Kita
harus menyadari bahwa tidak ada manusia yang dilahirkan dengan sempurna,
masing-masing memiliki kekurangan. Tetapi kita hendaknya bersyukur, berbahagia
menjadi diri sendiri, karena setiap orang pasti juga memiliki kelebihan, ini
merupakan hadiah yang dianugerahkan kepada kita oleh Tuhan, harus berterima
kasih dan menyayangi pemberian ini.
Mengenai
halnya kekurangan, hal ini kita bisa menganggapnya sebagai pelajaran yang perlu
kita gali dan kita pelajari .........
Berada
di gunung, melihat gunung lain lebih tinggi
Sudah
menjadi sifat kebanyakan manusia, tidak pernah menyayangi kelebihan diri
sendiri, untuk menggalinya lebih dalam tetapi senantiasa melihat pada orang
lain.
Merasa
orang lain lebih dari dirinya, acapkali karenanya lalu timbul perasaan iri,
timbul niat jahat dan tak jarang orang lalu menyalahkan Tuhan yang dianggap
tidak adil.
Sebenarnya
dirinya sendiri cukup tinggi karena berada di atas gunung, tetapi ia lupa,
tidak menyadari dan hanya melihat di seberang sana ada gunung lain yang lebih tinggi!
Bagaimana
jadi diri sendiri?
Harus
bisa menerima diri sendiri apa adanya dan ucapan ini kelihatannya tidak begitu
sulit, namun kebanyakan orang tidak bisa mewujudkannya dalam kehidupan mereka
sehari-hari.
Ada tidak sedikit orang yang
selalu menganggap remeh diri mereka
sendiri, selalu membenci dan tidak mempedulikan diri sendiri. Senang
membandingkan diri kita sendiri dengan orang lain, selalu merasakan yang
didapatkan orang lain itu lebih baik, betapa beruntungnya mereka! Ia merasa
kehidupan diri sendiri selalu berlangsung dengan tidak lancar dan tidak sesuai
dengan keinginan diri sendiri, seolah-olah semua kemalangan selalu menimpa
dirinya.
Seseorang
yang tidak dapat menerima diri sendiri dengan apa adanya, menandakan orang
tersebut kurang percaya terhadap dirinya sendiri, berada di atas gunung ini, ia
akan melihat gunung lain lebih tinggi.
Sesungguhnya
dengan tak henti-hentinya membandingkan, akan membawa banyak kerugian pada
dirinya sendiri. Benda bernilai yang sudah ada dalam genggamannya akan dilepas
semata didorong oleh keinginanya untuk menangkap sesuatu yang dianggapnya lebih
berharga padahal belum tentu dapat digapainya.
Inner
beauty, aset sangat berharga
Jika
memakai kecantikan sebagai perbandingan, sesungguhnya hal tersebut sedikit
banyak berasal dari pembawaan. Lagi pula sangat relatif sekali, tidak mudah
untuk memberi nilai.
Hanya
demi kecantikan jasmaniah yang berada di luar, banyak orang tidak segan-segan
untuk bedah kosmetik, segalanya dilakukan secara ekstrim, akhirnya terbukti
bahwa bedah kosmetik hanyalah menghabiskan uang dan merasakan siksaan, hasil
yang didapat sangat terbatas sekali.
Dari
pada membandingkan kecantikan, lebih baik membandingkan kepribadian, hubungan
dengan sesama manusia, penyempurnaan diri setelah lahir, dan bisa diperoleh.
Inner beauty, sebenarnya lebih tahan lama, juga lebih dihormati dan disukai
oleh orang lain.
Jika
memakai kekayaan sebagai perbandingan, lalu sesungguhnya sudah bisakah seorang
konglomerat dianggap kaya? Ataukah harus menjadi orang yang terkaya didunia
baru disebut orang kaya?
Perjalanan
panjang yang tak henti-hentinya untuk mengejar kekayaan, kemungkinan belum
sampai di tempat tujuan, sudah menemui ajalnya. Daripada memakai kekayaan sebagai
perbandingan, lebih baik memakai kebahagiaan itu sebagai perbandingan, itu
barulah merupakan kekayaan yang sesungguhnya, kekayaan dalam batin yang kekal
abadi.
Mengerti
kegembiraan untuk berbagi, mengerti dengan kesenangan berbuat kebaikan kepada
orang lain, kita tidak perlu mengumpulkan kekayaan yang berwujud (uang maupun
benda), karena kebaikan dan kecantikan di dalam hati, barulah merupakan aset
kita yang paling berharga.........
Sebenarnya,
selalu membandingkan diri sendiri dengan orang lain, selalu merasakan tidak
sebanding dengan orang lain, terus-menerus memukul semangat diri sendiri,
patutkah hal ini dilakukan?
Harus
senang menjadi diri sendiri, menyadari diri kita juga memiliki kelebihan, yang
merupakan hadiah yang dianugerahkan kepada kita oleh Sang Langit, harus
berterima kasih dan menyayangi pemberian ini. Juga harus jelas bahwa pasti diri
kita sendiri juga mempunyai kekurangan, hal ini kita anggap saja sebagai
pelajaran yang perlu kita gali dan kita pelajari selama hidup.
Ayo
kita membandingkan diri kita sendiri, membandingkan diri kita yang hari ini
dengan yang kemarin, apakah diri kita sudah mendapat suatu kemajuan? Apakah
diri kita sudah lebih mendekat kearah suatu taraf kebahagiaan?
Dengan
daya upaya yang terkumpul dari hari ke hari, kita pasti akan bisa memiliki diri
kita sendiri yang lebih baik, hal tersebut juga merupakan semacam
prestasi.
Bicara
dengan sejujurnya, mungkin saya tidak secantik orang lain, tetapi diri saya
bersih dan segar, merupakan semacam keelokan yang lain.
Saya
dilahirkan di dunia ini, pasti mendapatkan restu dari Sang Langit, maka saya
harus lebih menyayangi diri sendiri, membiarkan diri kita memancarkan cahaya
yang lebih terang, untuk menyinari sudut gelap dari jiwa yang bersedih.
Mungkin
kekayaan saya sangat jauh bila dibandingkan dengan orang lain, namun hal ini
bukan masalah bagi saya, karena saya tidak mengejar nama dan keuntungan, saya
cukup puas dan bersenang hati akan apa yang saya peroleh, saya mempunyai
kekayaan batin yang berlimpah, tidak akan menderita kekosongan jiwa seperti
yang umumnya dialami orang-orang yang mengejar nama dan kepentingan; pada
akhirnya mereka akan mendapatkan bahwa selama ini apa yang mereka kejar adalah
kosong, tak berarti sama sekali.
Saya
selalu berusaha untuk bekerja dengan serius, mengembangkan kasih yang berada
dalam hati, berbuat baik terhadap orang lain. Saya, senang dan gembira menjadi
diri sendiri
No comments:
Post a Comment