Jiwa
manusia bagaikan sebuah kendaraan umum. Setiap kendaraan umum punya penampilan
luar yang tidak sama, situasi di dalamnya juga tidak ada yang sama. Ada yang selalu dipenuhi
oleh suara kebisingan seperti pasar, tidak pernah sunyi barang sejenak. Ada juga yang karena
sangat sedikit penumpangnya, maka sering-sering jadi kosong melompong, terasa
sangat sunyi dan sepi. Ada
pula yang karena penumpangnya sering sekali naik dan turun silih berganti, jadi
sering sekali menampakkan wajah-wajah yang berbeda.
Selama
kurun waktu dua-puluh tahun ini, kendaraan umum saya ini pada kebanyakan waktu
hanya sepi-sepi saja, tidak pernah mengangkut terlalu banyak penumpang, mungkin
karena saya memang memiliki jiwa yang lebih senang menyendiri, hidup dalam
situasi yang tenang. Maka dari itu
penumpang yang menumpang pada bis saya tidak begitu banyak.
Walaupun
kadang kala ju-ga bisa didatangi oleh serombongan arus manusia, mendadak akan
menjadi penuh sesak, tetapi sebagian besar dari mereka adalah karena perjalanan yang mereka tempuh sangat
jauh atau karena keadaan jalan yang bergelombang tidak rata, merasa tidak tahan
lalu banyak penumpang yang turun di tengah perjalanan, berganti bis!
Karena
tempat duduk saya dekat dengan jendela, maka ketika saya melihat banyak sekali
penumpang yang susul-menyusul naik dan turun dari bis. Sering kali para
penumpang itu duduk belum lama, sudah meninggalkan tempat duduk untuk turun
dari bis.
Melihat
situasi demikian di dalam hati saya mau tidak mau timbul perasaan kuyu dan
merasa agak sayang. Boleh dikatakan bahwa urusan kehidupan manusia sangat sulit
untuk ditebak! Kita selamanya tidak akan mengetahui siapa yang akan naik bis
ini pada pemberhentian berikutnya. Juga tidak bisa menebak penumpang yang mana
akan turun dari bis pada pemberhentian berikutnya.
Tempat
duduk kosong yang berada di samping saya sudah sangat lama sekali tidak terisi
oleh penumpang. Tempat duduk itu sekarang sudah dipenuhi oleh debu.
Teringat
ketika saya masih berumur lima
belas tahun, pernah ada seorang penumpang wanita yang duduk di samping saya,
atas kemauannya sendiri dengan penuh semangat dia mengajak saya untuk
mengobrol, karena itu juga secara tidak sengaja dia telah menerobos masuk ke
dalam lubuk hati saya. Senyuman yang tersirat di wajahnya ditambah dengan
sepasang matanya yang bulat besar, bayangan wajahnya hingga saat ini masih juga
melekat di benak saya…
Para penumpang yang pernah duduk dekat
di sekitar saya, ada beberapa orang adalah teman-teman yang mengangkat diri
sebagai saudara angkat, tetapi oleh karena tiada pesta di dunia ini yang tidak
berakhir, akhirnya terpaksa melambaikan tangan mengucapkan selamat tinggal
kepada mereka untuk mencari masa depan
masing-masing. Pada akhirnya yang ditinggalkan oleh mereka, jika bukan sisa
suhu tubuh mere-ka yang masih tertinggal di atas bangku, adalah suasana udara
yang seperti pernah saya kenal, sungguh membangkitkan kerinduan..
Saat
ini satu-satunya penumpang yang tidak berubah yang masih sebagai penumpang
tetap dalam bis saya, adalah ayah, ibu dan kakak sulung saya.Kakak sulung saya
selalu duduk di depan saya, dari kecil hingga dewasa tidak peduli terjadi masalah
apapun juga, dia selalu datang yang pertama, berdiri di depan saya dan membantu
membereskan segala kesulitan yang saya hadapi!
Di
dalam lubuk hati saya dia selamanya adalah seorang kakak yang sepenuh hati
menuaikan tugas sebagai seorang kakak yang baik! Selanjutnya juga akan
demikian.
Sedangkan
ayah dan ibu sejak saya kecil hingga dewasa selalu duduk di sebelah belakang
saya, mereka selalu menjaga dan melindungi saya, bagaikan buah hati kesayangan,
terus menjaga saya hingga saya tumbuh menjadi dewasa. Walaupun saya sekarang
sudah dewasa, mereka juga sering kali memberi nasihat, berpesan dan memberikan
perhatian kepada saya.
Tetapi
waktu itu tidak mengenal perasaan, dia tidak akan bermalas-malasan barang
sejenak, juga tidak akan berhenti demi siapapun juga. Melihat ayah dan ibu hari
demi hari masa keemasan mereka telah pergi, usia mereka makin hari semakin
bertambah, rambut mereka juga sudah menjadi putih semua.
Kakak
sulung saya juga sudah umur untuk menikah, dia sedang bersiap-siap berkeluarga
dan meniti karier, siap memiliki rumah tangganya sendiri.
Keadaan
dunia ini memang tidak menentu, masalahnya hanya tinggal menunggu waktu saja.
Saya mengerti suatu hari nanti ayah ibu serta kakak saya, mereka cepat atau
lambat juga akan turun dari bis saya. Dan begitu mereka turun dari bis ini
kemungkinan kita tidak akan berjumpa lagi untuk selama-lamanya.
Akhirnya
saya akan ditinggal seorang diri. Saya kemudian menyadari bahwa selama kita
hidup di dalam dunia ini, harus benar-benar berbakti kepada orang tua,
menghormati kakak kita dan mengasihi semua orang, sebab kehidupan di dunia ini
hanya satu kali.
Kita tidak bisa menebak sampai kapan mereka
dapat tetap bersama kita, setiap menit dan setiap detik menjadi sangat
mencekam.
Sayangilah
orang yang berada di seputar Anda. Sayangilah setiap jodoh pertemuan. Dengan
demikian Anda baru tidak akan meninggalkan penyesalan apapun di dalam
perjalanan hidup ini.
No comments:
Post a Comment