Iri
hati merupakan cacat kecil yang paling jahat dan bandel di dalam sifat manusia,
sangat umum dan mendarah daging.
Setiap
kali ada orang lain yang lebih unggul dari kita, tidak peduli itu dalam hal
budi pekerti, wajah, bakat, reputasi, kedudukan atau nasib, maka kita akan
merasakan ketidakstabilan dalam hati, muram dan tidak senang hati, geram dan
jengkel.
Jika
ada orang lain mengalami musibah, hati merasa senang, melihat nasib buruk orang
lain, ada semacam kepuasan diri dan merasakan gembira dan lega. Iri hati sampai
pada taraf yang gila-gilaan, yaitu berusaha sekuat tenaga untuk menumpas,
merasa paling puas jika orang lain mengalami kehancuran.
Dari
jaman dahulu hingga sekarang, tidak peduli itu adalah rakyat miskin ataupun
raja, jenderal dan perdana menteri, karena iri hati mereka telah melukai orang
lain dan mencelakakan diri sendiri.
Saudara
kandung saling melukai, sehingga mengakibatkan keluarga tercerai berai, bahkan
tidak sedikit contoh yang mengakibatkan kehilangan kekuasaan dan kemusnahan
suatu negara.
Dari
zaman ke zaman banyak sekali pejabat dan jendral besar yang baik, karena jasa
mereka terlalu besar menggoncangkan majikan (raja) mereka, sehingga sulit bisa
meninggal dengan wajar. Sastrawan dan budayawan, yang mempunyai bakat
berkali-kali mengalami kecaman dan degradasi.
Di
dalam masyarakat moderen yang persaingannya sangat sengit, manifestasi dari
keirian hati semakin luas dan beraneka ragam. Iri hati seorang atasan, adalah
takut bawahannya melampaui dirinya, iri hati antara sesama teman, adalah takut
kehilangan pengagum, iri hati diantara teman sejawat, adalah takut prestasi
yang menonjol direbut, posisi jabatan digantikan oleh sejawat.
Iri
hati juga dimanifestasikan pada, asmara
cinta mengalami gejolak, bersaing dan cemburu. Masih ada berbagai macam
kepura-puraan yang telah berubah bentuk yang disebabkan oleh gangguan dari iri
hati, memfitnah dengan dalih yang berbelit-belit, serta tidak mau bekerja sama dalam pekerjaan dan
lain-lain sebagainya.
Semua
manusia memiliki sifat iri hati, hanya saja kadar berat dan ringannya berbeda.
Hanya dengan serius mengakui kekurangan diri sendiri, kita baru bisa
menanggulangi iri hati itu.
Bagi
mereka yang memiliki kemampuan terbatas mencemburui dan iri hati kepada orang
yang susila dan berbakat, daya rusak dan melukai orang sangat besar, juga
sangat nyata.
Kepada
mereka yang membenci dunia dan adat istiadatnya, karena memiliki kepandaian
tapi tak ada kesempatan untuk memanfaatkannya. Seperti dalam syair-syair kuno
yang mengutarakan dendam yang terpendam dalam sanubari karena mendapatkan
sukses dalam karir, keangkuhan diri memandang rendah para pejabat yang
berpengaruh, semuanya ini sebenarnya adalah semacam iri hati yang tidak jelas
dan sudah berubah bentuk yang sangat sulit untuk diketahui gejalanya.
Sebenarnya,
baik bakat dan kemampuan orang lain, juga kedudukan dan kekuasaan yang dimiliki
orang lain, semuanya ini adalah sebab dan akibat dari inkarnasi.
De
(baca: te, = berkah) yang terkumpul selama masa kehidupan yang lalu yang
ditukarkan dengan balasan kebaikan di dalam kehidupan sekarang.
Jika
dalam nasib Anda ada, maka akhirnya Anda akan memiliki. Jika dalam nasib Anda
tidak ada, jangan dipaksakan.
Kemakmuran
dan kemunduran itu semuanya sudah ditetapkan. Jika Anda ingin tidak ada
penyesalan maka haruslah melakukan sesuai pengaturan dari Tuhan, pasrah pada
kehendak-Nya. Setiap orang mempunyai masa depan masing-masing, kita tidak
seharusnya iri hati terhadap kelebihan orang lain.
Orang
yang kurang keyakinan pada diri sendiri dan batinnya miskin, acapkali tidak
memusatkan perhatian pada peningkatan diri sendiri, malahan tidak mengindahkan
keunggulan orang lain, merasakan keunggulan itu sebagai ancaman bagi dirinya.
Di
atas langit masih ada langit, di atas orang masih ada orang lain, diantara yang
kuat pasti ada yang lebih kuat. Daripada menghamburkan waktu untuk iri hati
kepada orang lain, lebih baik bekerja keras untuk mengejar kekurangan kita.
Orang
yang mudah sekali diiri oleh orang lain, juga harus sering introspeksi diri,
jangan sekali-kali merasa sombong karena menganggap dirinya berjasa.
Lebih-lebih harus berhati-hati dan rendah hati ketika berada dalam keramaian
tepuk tangan dan sumbangan karangan bunga. Jika Anda berada di luar jangkauan
sasaran bidik dari para pencemburu, serta jauh sekali melampaui mereka, maka
panah iri hati itu tidak akan mengenai Anda.
Cerita
Jenderal dan pejabat Negara Berakuran adalah sebuah cerita ternama yang
menceritakan bagaimana mengurai iri hati dan berteman dengan ketulusan hati.
Lan
Xiangru, seorang pejabat negara zaman dulu telah berjasa besar di dalam sebuah
pertemuan di Shen Chi.
Raja
Zhao menobatkan Lan Xiangru sebagai Shang Qin (pangkat penghargaan zaman dulu),
dimana kedudukan ini lebih tinggi dari jenderal besar Lian Po.
Mengetahui
akan hal ini jenderal Lian Po tidak terima, dia mengancam akan memberi
pelajaran kepada Lan Xiang Ru.
Menghadapi
iri hati dari jenderal Lian Po, Lan Xiangru selalu mengalah dan menghindar,
konflik dikesampingkan, semua masalah dititik beratkan pada situasi umum. Dia
mengatakan bahwa pejabat sipil dan jenderal harus bersatu hati, dengan demikian
barulah bisa tidak memberi kesempatan kepada negara Qin untuk menyerang.
Setelah
mengetahui akan hal ini, jenderal Lian Po merasa sangat malu, dia pergi ke
tempat Lan Xiangru meminta maaf dengan sungguh-sungguh, semenjak saat itu juga,
kedua orang pejabat dan jenderal tersebut berdamaian.
Perkataan
Zhou Guo Ping membuat saya sangat terkesan, dia berkata, mereka yang sadar
lebih tidak mudah iri hati dari pada mereka yang telah mencapai kesuksesan
besar, karena mereka mengerti akan keterbatasan dalam hidup. Saat mereka
berpendapat demikian, mereka hampir seperti seorang dewa memandang manusia dari
atas, dan di dalam mata dewa, kesuksesan besar yang bagaimana yang cukup bisa
membuat diri sang dewa menjadi iri?
Seseorang
yang bisa melihat dengan jelas semua keterbatasan dari keberhasilan, dia tidak
akan menyombongkan keberhasilannya itu, juga tidak akan iri hati terhadap
keberhasilan orang lain.
No comments:
Post a Comment