Feb 1, 2014

WAKTUNYA BERBELOK


Saya membaca sebuah E-mail yang menulis, “Bukan karena jalan sudah sampai penghujung, melainkan sudah tiba waktunya untuk berbelok!” Diiringi dengan lantunan musik yang ringan dan lembut, berkumandang di malam hari yang dingin menusuk tulang. E-mail itu bercerita satu demi satu kisah hidup yang mengharukan.

Dalam sekejap mataku seperti merasakan udara hangat yang  mengalir masuk, ternyata tidak perlu menggunakan selimut tebal atau tungku penghangat, hanya dengan kehangatan hati sudah cukup untuk menghalau udara dingin. Dalam musim dingin sudah bisa merasakan cuaca musim semi.

Saya mematikan komputer dan pergi tidur, berada dalam kegelapan malam yang sangat hening. Teringat akan “kisah berbelok” yang berada di sekitar kita, sekejap mata benak menjadi cerah dan terang.....

Anak saya berusia 12 tahun, berwatak keras dan emosional. Pagi-pagi sudah melancarkan protes, “Mengapa harus mengenakan lengan panjang, panas sekali tahu!” Mendengarkan keluhannya yang tidak sopan, dalam hati timbul amarah, tetapi masih bisa menahan diri untuk tidak bertengkar dengan dia, harus menghadapinya sabar dan bermurah hati, ini jalan lain yang saya pilih.

Setelah lewat dua jam lebih, mendadak sinar matahari menghilang dan angin dingin datang menyerang, setiap orang kedinginan hingga menggigil, sangat menderita sekali. Saat itu saya melihat wajah beku diwajah anak saya sudah menghilang, dengan wajah berseri dia sengaja mendekati saya dan berbaikan dengan saya. Berbelok untuk menguraikan perselisihan, bisa mendapatkan pengertian dari pihak lawan, mengapa tidak melakukan?

Pasangan suami istri yang sudah berusia 70-an masih saja sering bertengkar. Saat ini sedang mempermasalahkan di hari yang dingin ini harus mengenakan pakaian apa. Mereka ribut bertengkar bagaikan air mendidih, sengit sekali.

Ibu menganjurkan mengenakan pakaian tipis lebih banyak, sedangkan ayah bersikukuh mau mengenakan satu pakaian yang tebal saja. Mereka saling mempertahankan pendapat, tidak mau mengalah. Saya yang duduk santai di ruang tamu pada awalnya tidak ingin ikut campur urusan mereka, hanya mengamati perubahan situasi dengan diam-diam. Tidak disangka pertengkaran mereka semakin lama semakin gencar. Nada suara mereka semakin meninggi.

Saya berkata dalam hati, “Sudah saatnya berbelok, mengalihkan mereka meninggalkan medan pertempuran!” Kemudian saya memberikan saran yang masuk akal, “Tidak ada salahnya jika masing-masing mengikuti caranya sendiri, bukankah dengan demikian semua pihak menjadi puas?” Setelah mendengarkan saran ini kedua pihak menyetujuinya, akhirnya masing-masing sibuk sendiri! Berbeloklah untuk mengakhiri perselisihan, mendapatkan keharmonisan siapa bilang tidak pantas? 

Selama bertahun-tahun, teman-teman yang mendaki bukit atau gunung untuk menjaga kesehatan tubuh, baru-baru ini menderita masuk angin, sakit kepala, batuk, sesak dada dan lain sebagainya. Gejala gangguan kesehatan ini terus-menerus muncul, mereka tidak mau berobat ke dokter, hanya dengan cara lebih sering mendaki sebagai jalan keluarnya, akhirnya usaha mereka sia-sia tidak terlihat hasilnya.

Setelah mendengarkan keluhan mereka yang penuh rasa putus asa, dengan tulus saya mengingatkan kepada mereka  bahwa jalan yang mereka tempuh itu buntu, sudah waktunya untuk berbelok! Boleh mencoba meditasi. Tidak disangka, mereka yang nampaknya keras kepala ternyata mempunyai bakat kecerdasan yang mendalam.

Saran dari saya segera mereka lakukan. Baru-baru ini dia bertutur dengan semangat  tentang  pengalamannya bermeditasi. Berbeloklah untuk menguraikan kabut akan terlihat pemandangan lain, mana boleh dengan mudah melepaskan kesempatan ini ? 

”Kisah berbelok” yang paling terkesan bagai terukir pada tulang dan hati, tidak ada yang lebih dari pengalaman yang dialami diri sendiri. Beberapa tahun lalu, saya terserang berbagai penyakit, hati diperbudak iblis jahat. Setiap hari sibuk mondar mandir mencari kesembuhan, dalam kebodohan meminta pertolongan dewa, akhirnya membuat semua pengobatan sia-sia belaka. Jiwa raga seluruhnya menjadi letih.

Ketika dalam situasi putus asa dan semua jalan tampak buntu, sangat beruntung saya mendapatkan bimbingan dari adik ipar untuk berbelok, berjalan dalam perjalanan kultivasi. Sejak saat itu seperti tertolong dari keadaan yang tiada harapan, saya hidup kembali!

Beraneka ragam persoalan terjadi, namun yang paling penting adalah kenyataan menunjukkan: dalam permukaan yang menampakkan sebuah jalan buntu, sebuah rintangan, hal tersebut dipergunakan untuk membimbing dan mengajarkan kepada kita sebuah kecerdasan untuk berbelok. Jangan sekali-kali berhenti di tempat itu dan menghela napas tak bisa berbuat apa-apa. Berbeloklah Anda akan menemukan sebuah jalan lain.

Proses kehidupan bagaikan perjalanan tamasya dalam dunia fana. Di dalam perjalanan harus terus-menerus menyesuaikan, memutar dan berbelok baru bisa melewati rintangan berbahaya, berangsur-angsur terbentang berjalan di atas perjalanan yang luas dan lebar.

“Gunung yang sudah mencapai tepian air sudah berada pada sumber mengira sudah tidak ada jalan keluar, setelah melewati bayangan Pohon Willow akan ada kecerahan bunga dan sebuah desa lain.”

Berbeloklah akan menampakkan kesempatan hidup yang lain, akan menemui dunia yang berbeda! Karena itu setiap kali ketika kita sudah berada pada jalan yang sesak padat sulit untuk dilalui. Ingatlah untuk mengingatkan diri sendiri: “Bukan perjalanan sudah mencapai di ujung, melainkan sudah waktunya kita untuk berbelok!”

No comments:

Post a Comment

Bookmark and Share
Custom Search