Saya membaca sebuah E-mail yang menulis,
“Bukan karena jalan sudah sampai penghujung, melainkan sudah tiba waktunya
untuk berbelok!” Diiringi dengan lantunan musik yang ringan dan lembut,
berkumandang di malam hari yang dingin menusuk tulang. E-mail itu bercerita
satu demi satu kisah hidup yang mengharukan.
Dalam sekejap mataku seperti merasakan udara
hangat yang mengalir masuk, ternyata
tidak perlu menggunakan selimut tebal atau tungku penghangat, hanya dengan
kehangatan hati sudah cukup untuk menghalau udara dingin. Dalam musim dingin
sudah bisa merasakan cuaca musim semi.
Saya mematikan komputer dan pergi tidur,
berada dalam kegelapan malam yang sangat hening. Teringat akan “kisah berbelok”
yang berada di sekitar kita, sekejap mata benak menjadi cerah dan terang.....
Anak saya berusia 12 tahun, berwatak keras dan
emosional. Pagi-pagi sudah melancarkan protes, “Mengapa harus mengenakan lengan
panjang, panas sekali tahu!” Mendengarkan keluhannya yang tidak sopan, dalam
hati timbul amarah, tetapi masih bisa menahan diri untuk tidak bertengkar
dengan dia, harus menghadapinya sabar dan bermurah hati, ini jalan lain yang
saya pilih.
Setelah lewat dua jam lebih, mendadak sinar
matahari menghilang dan angin dingin datang menyerang, setiap orang kedinginan
hingga menggigil, sangat menderita sekali. Saat itu saya melihat wajah beku
diwajah anak saya sudah menghilang, dengan wajah berseri dia sengaja mendekati
saya dan berbaikan dengan saya. Berbelok untuk menguraikan perselisihan, bisa
mendapatkan pengertian dari pihak lawan, mengapa tidak melakukan?
Pasangan suami istri yang sudah berusia 70-an
masih saja sering bertengkar. Saat ini sedang mempermasalahkan di hari yang
dingin ini harus mengenakan pakaian apa. Mereka ribut bertengkar bagaikan air
mendidih, sengit sekali.
Ibu menganjurkan mengenakan pakaian tipis
lebih banyak, sedangkan ayah bersikukuh mau mengenakan satu pakaian yang tebal
saja. Mereka saling mempertahankan pendapat, tidak mau mengalah. Saya yang
duduk santai di ruang tamu pada awalnya tidak ingin ikut campur urusan mereka,
hanya mengamati perubahan situasi dengan diam-diam. Tidak disangka pertengkaran
mereka semakin lama semakin gencar. Nada suara mereka semakin meninggi.
Saya berkata dalam hati, “Sudah saatnya
berbelok, mengalihkan mereka meninggalkan medan pertempuran!” Kemudian saya
memberikan saran yang masuk akal, “Tidak ada salahnya jika masing-masing
mengikuti caranya sendiri, bukankah dengan demikian semua pihak menjadi puas?”
Setelah mendengarkan saran ini kedua pihak menyetujuinya, akhirnya
masing-masing sibuk sendiri! Berbeloklah untuk mengakhiri perselisihan,
mendapatkan keharmonisan siapa bilang tidak pantas?
Selama bertahun-tahun, teman-teman yang
mendaki bukit atau gunung untuk menjaga kesehatan tubuh, baru-baru ini
menderita masuk angin, sakit kepala, batuk, sesak dada dan lain sebagainya.
Gejala gangguan kesehatan ini terus-menerus muncul, mereka tidak mau berobat ke
dokter, hanya dengan cara lebih sering mendaki sebagai jalan keluarnya,
akhirnya usaha mereka sia-sia tidak terlihat hasilnya.
Setelah mendengarkan keluhan mereka yang penuh
rasa putus asa, dengan tulus saya mengingatkan kepada mereka bahwa jalan yang mereka tempuh itu buntu,
sudah waktunya untuk berbelok! Boleh mencoba meditasi. Tidak disangka, mereka
yang nampaknya keras kepala ternyata mempunyai bakat kecerdasan yang mendalam.
Saran dari saya segera mereka lakukan.
Baru-baru ini dia bertutur dengan semangat
tentang pengalamannya
bermeditasi. Berbeloklah untuk menguraikan kabut akan terlihat pemandangan
lain, mana boleh dengan mudah melepaskan kesempatan ini ?
”Kisah berbelok” yang paling terkesan bagai
terukir pada tulang dan hati, tidak ada yang lebih dari pengalaman yang dialami
diri sendiri. Beberapa tahun lalu, saya terserang berbagai penyakit, hati
diperbudak iblis jahat. Setiap hari sibuk mondar mandir mencari kesembuhan,
dalam kebodohan meminta pertolongan dewa, akhirnya membuat semua pengobatan
sia-sia belaka. Jiwa raga seluruhnya menjadi letih.
Ketika dalam situasi putus asa dan semua jalan
tampak buntu, sangat beruntung saya mendapatkan bimbingan dari adik ipar untuk
berbelok, berjalan dalam perjalanan kultivasi. Sejak saat itu seperti tertolong
dari keadaan yang tiada harapan, saya hidup kembali!
Beraneka ragam persoalan terjadi, namun yang
paling penting adalah kenyataan menunjukkan: dalam permukaan yang menampakkan
sebuah jalan buntu, sebuah rintangan, hal tersebut dipergunakan untuk
membimbing dan mengajarkan kepada kita sebuah kecerdasan untuk berbelok. Jangan
sekali-kali berhenti di tempat itu dan menghela napas tak bisa berbuat apa-apa.
Berbeloklah Anda akan menemukan sebuah jalan lain.
Proses kehidupan bagaikan perjalanan tamasya
dalam dunia fana. Di dalam perjalanan harus terus-menerus menyesuaikan, memutar
dan berbelok baru bisa melewati rintangan berbahaya, berangsur-angsur
terbentang berjalan di atas perjalanan yang luas dan lebar.
“Gunung yang sudah mencapai tepian air sudah
berada pada sumber mengira sudah tidak ada jalan keluar, setelah melewati
bayangan Pohon Willow akan ada kecerahan bunga dan sebuah desa lain.”
Berbeloklah akan menampakkan kesempatan hidup
yang lain, akan menemui dunia yang berbeda! Karena itu setiap kali ketika kita
sudah berada pada jalan yang sesak padat sulit untuk dilalui. Ingatlah untuk
mengingatkan diri sendiri: “Bukan perjalanan sudah mencapai di ujung, melainkan
sudah waktunya kita untuk berbelok!”
No comments:
Post a Comment