Di antara demikian banyak gula-gula kehidupan yang paling
dicari, kebahagiaan menduduki ranking teratas. Apa pun keseharian manusia, dari
sekolah, bersawah, bekerja, berdoa, sampai olah spiritual banyak sekali yang
menyebut kebahagiaan sebagai tujuan yang dicari. Sebagian besar orang teramat
jarang menemukan kebahagiaan, sebagian kecil orang istirahat dalam kebahagiaan.
Semuanya tergantung pada seberapa dalam seseorang menggali kebahagiaan.
Terpenuhinya Keinginan
Kebanyakan orang awam mengidentikkan kebahagiaan dengan
terpenuhinya keinginan. Makan enak, tidur nyenyak, rekreasi ke tempat indah,
sampai dengan wisata spiritual ke tempat-tempat suci, semuanya masuk dalam
klasifikasi ini. Dan ciri utama kebahagiaan jenis ini, ia berumur pendek,
menimbulkan kemelekatan kemudian menjadi hulunya penderitaan.
Runtutan logikanya sederhana, ia diawali dengan keinginan
yang minta dipenuhi. Sekali dipenuhi, ia minta lagi dan lagi dalam kadar yang
lebih tinggi. Tatkala keinginan yang semakin tinggi tidak terpenuhi, kemudian
kecewa akibatnya. Ini yang menjelaskan kenapa banyak orang kaya menderita, manusia
berwajah rupawan tidak bahagia. Orang kaya menderita bukan karena kekurangan
uang, tapi berharap berlebihan dari uangnya. Berharap dengan uang semua orang
hormat, semua tempat membahagiakan, semua waktu indah. Dan tentu saja tidak di
semua keadaan hal ini bisa dipenuhi. Karena tidak terpenuhi kemudian kecewa.
Pria wanita dengan wajah rupawan serupa. Wajah rupawan membuat seseorang
memiliki harga diri yang tinggi. Tidak semua orang bisa menghargai yang
bersangkutan setinggi yang diharapkan. Bila keinginan untuk dihargai tidak
terpenuhi, kemudian kecewa.
Menyadari bahwa terpenuhinya keinginan bukanlah wajah
kebahagiaan yang bertahan lama, dan bahkan mudah terpeleset menjadi kecewa yang
penuh derita, kemudian sejumlah pencari menggalinya ke dalam.
Berkecukupan
Siapa saja yang sudah lama menemukan betapa labilnya
keinginan, lebih-lebih membuka rahasia betapa berbahayanya keinginan
berlebihan, kemudian akan ditarik oleh wajah kebahagiaan yang lebih dalam.
Kebahagiaan di tataran ini, tidak lagi ditandai dengan mencari dan mengejar,
melainkan ditandai dengan “berhenti”. Maksudnya berhenti mencari dan berlari.
Apa yang dicari dan dikejar segera bisa ditemukan di dalam dengan sebuah syarat
sederhana yakni berkecukupan. Keadaannya mirip kucing yang mengejar ekornya.
Semakin keras kucing mengejar, semakin jauh ekor yang dikejar. Begitu berhenti,
yang dikejar juga berhenti. Selebritis internasional dari Bob Marley, Michael
Jackson hingga Whitney Houston adalah guru-guru yang berguna dalam hal ini.
Semuanya mengejar sekaligus berlari, semuanya mengakhiri kehidupan dengan
kelelahan. Demikian lelahnya sampai berakhir di narkoba.
Ini semua membuka misteri, merasa berkecukupan itulah
kekayaan yang agung. Lebih dari membuat bahagia, berkecukupan juga menjadi
langkah penting menuju pencerahan. Dalam bahasa sederhana seorang Guru,
enlightenment is closer to contentment rather than excitement. Pencerahan lebih
dekat dengan berkecukupan dibandingkan dengan kesenangan berlebihan. Ini yang
bisa menjelaskan kenapa orang-orang dengan meditasi mendalam mukanya tenang,
bahasanya lembut, penampilannya halus. Sebabnya sederhana, sudah sangat
berkecukupan.
Kesempurnaan
Indahnya kebahagiaan dalam berkecukupan, seseorang kemudian
bukan berhenti bertumbuh, rasa berkecukupan yang mendalam kemudian membimbing
orang-orang jenis ini memasuki gerbang kesempurnaan. Serangkaian wilayah yang
tidak bisa dijelaskan, hanya bisa dirasakan. Karena sifat kesempurnaan yang
tidak bisa dijelaskanlah kemudian membuat orang-orang di tingkatan ini
mengungkapkannya dengan bahasa-bahasa puitis yang indah. Jalalludin Rumi adalah
salah seorang yang sudah sampai di sini. Perhatikan salah satu puisinya: “Hidup
serupa tinggal di losmen. Tiap hari tamunya berganti. Dan siapa pun tamunya
jangan pernah lelah untuk tersenyum”. Bunda Teresa juga sudah sampai di sini,
perhatikan salah satu warisannya: “Bila mau berkontribusi pada kedamaian dunia,
pulang sayangi keluarga”. YM Dalai Lama serupa, perhatikan intisari ajaran
pemenang hadiah nobel ini: “Yg terpenting banyak menolong, bila tidak bisa
menolong cukup tidak menyakiti”.
Warisan orang-orang yang memasuki gerbang kesempurnaan hanya
di sekitar ini: “senyuman, cinta yang penuh kebajikan, menolong”. Kendati
banyak menolong, orang-orang jenis ini tidak mengijinkan pertolongannya membuat
mereka jadi congkak dan sombong. Terutama karena di tingkatan kesempurnaan
terbuka rahasianya, yang memberi tidak ada, yang diberi tidak ada, proses
pemberian juga tidak ada. Semuanya adalah tarian sempurna dari kesempurnaan
yang sama. Sesampai di sini, baru seseorang bisa “istirahat sempurna” dalam
kebahagiaan.
No comments:
Post a Comment