Feb 3, 2017

GERBANG KEBAHAGIAAN

Di antara demikian banyak gula-gula kehidupan yang paling dicari, kebahagiaan menduduki ranking teratas. Apa pun keseharian manusia, dari sekolah, bersawah, bekerja, berdoa, sampai olah spiritual banyak sekali yang menyebut kebahagiaan sebagai tujuan yang dicari. Sebagian besar orang teramat jarang menemukan kebahagiaan, sebagian kecil orang istirahat dalam kebahagiaan. Semuanya tergantung pada seberapa dalam seseorang menggali kebahagiaan.

Terpenuhinya Keinginan
Kebanyakan orang awam mengidentikkan kebahagiaan dengan terpenuhinya keinginan. Makan enak, tidur nyenyak, rekreasi ke tempat indah, sampai dengan wisata spiritual ke tempat-tempat suci, semuanya masuk dalam klasifikasi ini. Dan ciri utama kebahagiaan jenis ini, ia berumur pendek, menimbulkan kemelekatan kemudian menjadi hulunya penderitaan.

Runtutan logikanya sederhana, ia diawali dengan keinginan yang minta dipenuhi. Sekali dipenuhi, ia minta lagi dan lagi dalam kadar yang lebih tinggi. Tatkala keinginan yang semakin tinggi tidak terpenuhi, kemudian kecewa akibatnya. Ini yang menjelaskan kenapa banyak orang kaya menderita, manusia berwajah rupawan tidak bahagia. Orang kaya menderita bukan karena kekurangan uang, tapi berharap berlebihan dari uangnya. Berharap dengan uang semua orang hormat, semua tempat membahagiakan, semua waktu indah. Dan tentu saja tidak di semua keadaan hal ini bisa dipenuhi. Karena tidak terpenuhi kemudian kecewa. Pria wanita dengan wajah rupawan serupa. Wajah rupawan membuat seseorang memiliki harga diri yang tinggi. Tidak semua orang bisa menghargai yang bersangkutan setinggi yang diharapkan. Bila keinginan untuk dihargai tidak terpenuhi, kemudian kecewa.

Menyadari bahwa terpenuhinya keinginan bukanlah wajah kebahagiaan yang bertahan lama, dan bahkan mudah terpeleset menjadi kecewa yang penuh derita, kemudian sejumlah pencari menggalinya ke dalam.

Berkecukupan
Siapa saja yang sudah lama menemukan betapa labilnya keinginan, lebih-lebih membuka rahasia betapa berbahayanya keinginan berlebihan, kemudian akan ditarik oleh wajah kebahagiaan yang lebih dalam. Kebahagiaan di tataran ini, tidak lagi ditandai dengan mencari dan mengejar, melainkan ditandai dengan “berhenti”. Maksudnya berhenti mencari dan berlari. Apa yang dicari dan dikejar segera bisa ditemukan di dalam dengan sebuah syarat sederhana yakni berkecukupan. Keadaannya mirip kucing yang mengejar ekornya. Semakin keras kucing mengejar, semakin jauh ekor yang dikejar. Begitu berhenti, yang dikejar juga berhenti. Selebritis internasional dari Bob Marley, Michael Jackson hingga Whitney Houston adalah guru-guru yang berguna dalam hal ini. Semuanya mengejar sekaligus berlari, semuanya mengakhiri kehidupan dengan kelelahan. Demikian lelahnya sampai berakhir di narkoba.

Ini semua membuka misteri, merasa berkecukupan itulah kekayaan yang agung. Lebih dari membuat bahagia, berkecukupan juga menjadi langkah penting menuju pencerahan. Dalam bahasa sederhana seorang Guru, enlightenment is closer to contentment rather than excitement. Pencerahan lebih dekat dengan berkecukupan dibandingkan dengan kesenangan berlebihan. Ini yang bisa menjelaskan kenapa orang-orang dengan meditasi mendalam mukanya tenang, bahasanya lembut, penampilannya halus. Sebabnya sederhana, sudah sangat berkecukupan.

Kesempurnaan
Indahnya kebahagiaan dalam berkecukupan, seseorang kemudian bukan berhenti bertumbuh, rasa berkecukupan yang mendalam kemudian membimbing orang-orang jenis ini memasuki gerbang kesempurnaan. Serangkaian wilayah yang tidak bisa dijelaskan, hanya bisa dirasakan. Karena sifat kesempurnaan yang tidak bisa dijelaskanlah kemudian membuat orang-orang di tingkatan ini mengungkapkannya dengan bahasa-bahasa puitis yang indah. Jalalludin Rumi adalah salah seorang yang sudah sampai di sini. Perhatikan salah satu puisinya: “Hidup serupa tinggal di losmen. Tiap hari tamunya berganti. Dan siapa pun tamunya jangan pernah lelah untuk tersenyum”. Bunda Teresa juga sudah sampai di sini, perhatikan salah satu warisannya: “Bila mau berkontribusi pada kedamaian dunia, pulang sayangi keluarga”. YM Dalai Lama serupa, perhatikan intisari ajaran pemenang hadiah nobel ini: “Yg terpenting banyak menolong, bila tidak bisa menolong cukup tidak menyakiti”.

Warisan orang-orang yang memasuki gerbang kesempurnaan hanya di sekitar ini: “senyuman, cinta yang penuh kebajikan, menolong”. Kendati banyak menolong, orang-orang jenis ini tidak mengijinkan pertolongannya membuat mereka jadi congkak dan sombong. Terutama karena di tingkatan kesempurnaan terbuka rahasianya, yang memberi tidak ada, yang diberi tidak ada, proses pemberian juga tidak ada. Semuanya adalah tarian sempurna dari kesempurnaan yang sama. Sesampai di sini, baru seseorang bisa “istirahat sempurna” dalam kebahagiaan.

No comments:

Post a Comment

Bookmark and Share
Custom Search