Tepat satu minggu yang lalu tanah air dikejutkan dengan kepergian salah seorang tokoh dunia hiburan, Ashraf Sinclair. Dalam tidurnya, ia sekejap pergi dengan tenang setelah sebelumnya masih bercengkrama dengan sang istri tercinta, Bunga Citra Lestari.
Hari demi hari selepas kepergian Ashraf, bermunculan beragam berita yang perlahan-lahan menguak
begitu banyak kebaikan dan hal-hal positif yang selama ini telah dilakukan oleh seorang Ashraf Sinclair. Selain fakta bahwa ia adalah sosok kepala keluarga yang begitu penyayang dan bertanggung jawab, ternyata seorang Ashraf juga merupakan sosok angel investor bagi sejumlah UKM (Usaha Kecil & Menengah) yang tidak banyak diketahui publik. Ia pun kerap menginspirasi dan membantu sejumlah orang untuk memulai bisnis. Sebut saja salah satunya Vidi Aldiano, penyanyi tanah air yang pada tahun lalu pernah mengidap kanker ginjal.
Ditambah, fakta bahwa ternyata selama sedikitnya empat tahun belakangan Ashraf rutin menyantuni
banyak anak yatim. Dan menariknya, hal ini hanya diketahui oleh sang pengasuh yayasan. Maka
jangankan media, bahkan Bunga Citra Lestari sang istri pun tidak mengetahui hal tersebut.
Leading is quitting too
Kepergian Ashraf sejatinya memberikan pelajaran-pelajaran berharga yang bisa kita tarik sebagai seorang pemimpin. Jika Nelson Mandela menyebutkan bahwa leading is quitting too, maka cara Ashraf quit atau ‘berhenti’ adalah cara yang indah dan meninggalkan banyak kenangan baik.
Maka bagaimana dengan diri kita sebagai pemimpin, ketika tiba saatnya untuk quit alias berhenti? Dan apakah kapan saatnya berhenti hanya ditentukan oleh kewenangan dan keputusan yang lebih tinggi dari kita (keputusan perusahaan atau ajal menjemput), atau sesungguhnya itu merupakan keputusan yang secara sadar penuh bisa dan justru tepat kita ambil?
When Quitting is the Best Thing to Do
Ada sejumlah alasan yang bisa melatarbelakangi seorang leader untuk berhenti. Dan dari sejumlah
alasan tersebut, beberapa diantaranya merupakan dasar yang membuat seorang leader memang lebih baik memilih untuk berhenti dari posisi leader yang didudukinya saat ini. Dan untuk mengetahuinya, bisa dilihat dari munculnya sejumlah ‘pertanda’, baik di diri Anda sebagai leader, dan juga dari sekitar Anda. Seperti halnya yang dimuat dalam artikel yang berjudul Great Leaders Know When It’s Time to Leave. Here Are the 5 Signs to Look For keluaran Inc.com tahun 2017 berikut ini.
1. You Dread Going to Work
Menjalani peran sebagai leader dengan bersemangat karena didasari oleh sebuah dasar yang Anda
pegang teguh merupakan sebuah hal yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Mengapa? Karena
sejatinya hal ini akan mendorong Anda untuk melakukan yang terbaik dan di saat yang sama
dapat memberikan semangat pula kepada tim Anda dan orang-orang di sekitar Anda.
Sebaliknya, ketika Anda digelayuti perasaan enggan, malas, takut dan berusaha menghindar setiap kali Anda akan bersiap untuk menjalani peran Anda sebagai leader, maka ini bisa jadi bahwa ini
adalah pertanda bagi Anda untuk berhenti. Mengapa demikian? Hal ini karena jika dibiarkan,
dampak yang bisa terjadi adalah tidak perform-nya Anda sebagai leader, dan lebih parah lagi,
Anda pun bisa menularkan spirit yang sama kepada tim yang Anda pimpin dan mereka yang
berada di sekitar Anda. Maka jika saat ini Anda mengalami hal tersebut, segeralah Anda atasi hal tersebut. Jika tidak bisa, maka sebaiknya Anda mulai mempertimbangkan untuk berhenti alias quit dari posisi Anda saat ini.
2. People are Quitting
Lakukan identifikasi, seberapa tinggi tingkat turn over khususnya di tim yang Anda pimpin. Apakah nol, atau justru sebaliknya? Seberapa tinggi tingkat retensi tim Anda?
Kemudian lakukan evaluasi secar jujur tentang penyebab turn over yang terjadi. Selain melihat variabel di luar diri Anda, yang tak kalah penting adalah melihat ke dalam diri Anda sendiri. Seberapa
kepemimpinan Anda memberikan kontribusi terhadap keluarnya para anggota di tim Anda.
Jika ternyata data menunjukkan bahwa tingkat turn over di tim Anda tinggi, segeralah lakukan
introspeksi. Mintalah feedback khususnya dari mereka yang Anda pimpin. Bersikaplah terbuka
atas semua informasi untuk menghadirkan situasi yang membuat tim Anda merasa nyaman dan
aman. Serta, membuat tim Anda merasa bahwa apa yang akan mereka sampaikan tidak akan
berujung sia-sia. Setelah mendapatkan feedback, segeralah lakukan perbaikan dan peningkatan diri. Dan jika Anda memilih untuk tidak melakukannya, atas dasar alasan apa pun, maka bisa jadi ini pertanda bahwa Anda tidak lagi tepat untuk menduduki posisi leader yang saat ini Anda jalani.
3. You’re Out of Ideas
Jika Anda ditanya, apakah saat ini Anda termasuk sebagai leader yang memiliki banyak ide atau justru kehabisan ide untuk urusan membawa tim dan organisasi Anda mencapai tujuan?
Jika Anda termasuk dalam kelompok yang pertama, maka bersyukurlah. Karena ini bisa menjadi
pertanda bahwa Anda sesuai untuk menduduki posisi leader Anda saat ini.
Sebaliknya, jika Anda berada pada kelompok yang kedua, maka berhat-hatilah. Terlebih, jika saat ini
secara jujur Anda dapati diri Anda resisten terhadap perubahan, dengan tujuan untuk tetap
berada pada zona aman dan nyaman Anda. Hal ini bisa jadi satu pertanda bagi Anda untuk
berhenti. Mengapa? Karena jika tidak, maka dampak yang bisa terjadi adalah mentoknya
pertumbuhan tim dan organisasi Anda, tim Anda merasa frustasi, dan terhambatnya inovasi
untuk dimunculkan oleh tim dan organisasi Anda.
4. You’ve Stopped Caring
Mari berhenti sejenak. Cermati bagaimana saat ini Anda dalam memperlakukan orang-orang di dalam tim dan organisasi Anda. Masihkah Anda secara tulus peduli akan apa kini tengah dialami oleh
mereka? Apakah Anda masih membangun hubungan yang tak sebatas urusan pekerjaan, tetapi
juga hubungan as a human? Atau justru, kepedulian akan hal-hal tersebut sudah hilang?
Jika kepedulian itu sudah hilang, maka bisa jadi ini adalah pertanda bahwa Anda sudah lagi sesuai
dengan posisi kepemimpinan Anda saat ini. Karena urusan memimpin bukan hanya sebatas
urusan pekerjaan. Dan seperti yang dijumpai oleh beragam kajian, bahwa salah satu alasan tim
menjadi kompak dan loyal adalah karena adanya hubungan yang didasari oleh urusan hati yang
dibangun atas dasar kepedulian dari seorang pemimpin.
5. There’s Someone Else
Pemimpin yang telah lama menjalani peran di posisinya dalam waktu yang relatif lama di sebuah
perusahaan, memiliki kecenderungan untuk merasa dirinya tidak bisa tergantikan. Mengapa
demikian? Hal ini karena ia merasa bahwa tak ada seorang pun yang lebih tahu akan perannya
tersebut selain dirinya. Tak ada yang lebih mengenal tentang seluk beluk perusahaan selain
dirinya. Serta, tak ada yang lebih mampu untuk menjalani beragam tantangan di perannya saat ini
selain dirinya. Jika Anda adalah leader yang mengalami hal di atas, maka tanyakanlah kepada diri Anda secara jujur. Jika memang Anda adalah orang dengan informasi ‘sejarah’ dan pengalaman yang lebih panjang, apakah itu otomatis berarti Anda-lah yang paling tepat untuk menduduki posisi Anda sekarang? Copotlah diri Anda dari ‘sepatu’ Anda saat ini. Gunakan sudut pandang lain untuk bisa menganalisa secara jujur, Andakah sosok yang paling tepat untuk bisa menjalani peran Anda dengan lebih baik? Atau justru, adakah sosok potensial lainnya yang justru memiliki peluang untuk bisa
menjalani peran Anda dengan lebih baik? Jika jawabannya adalah ya, maka tak ada salahnya untuk Anda memikirkan untuk berhenti dan memberikan jalan bagi sosok yang lebih tepat tersebut untuk menduduki posisi kepemimpinan Anda saat ini. Lalu bagaimana dengan Anda? Anda bisa menjadikan kesempatan ini untuk melesat lebih tinggi, atau memulai petualangan yang tepat untuk menjadikan Anda sosok yang lebih sukses dan mulia.
Itulah tadi lima tanda yang jika saat ini Anda alami sebagai leader, maka bisa Anda jadikan pertimbangn untuk mengambil beautiful exit. Memutuskan berhenti dari posisi Anda saat ini sebagai salah satu aksi kepemimpinan dengan dasar untuk kebaikan bagi diri Anda, dan juga mereka yang Anda pimpin. Atau, sebagai informasi bagi Anda untuk terus bertumbuh dan bertansformasi sehingga Anda dapat terus menjadi sosok yang tepat dan relevan untuk menjalani peran kepemimpinan saat ini.
Salam bertumbuh, salam SuksesMulia!
sumber :
No comments:
Post a Comment