Di saat menghadapi segala sesuatu masalah yang berhubungan dengan manusia, materi dan peristiwa, asalkan ada sesuatu yang tidak berkenan di dalam hati, lalu timbul pemikiran, segera tangkaplah hati terpilin yang muncul itu. Tenangkan diri, pikirlah diri sendiri, dan mencarilah ke dalam hati sendiri.
Di kehidupan sehari-hari, setiap kali timbul ketidaknyamanan dalam hati, saya akan selalu teringat dengan satu perkataan Master Li Hongzhi saat berceramah Fa di Swiss.
“Anda sendiri yang berbuat kesalahan, menyebabkan hati terpilin, terpilin dengan hati orang lain, segala sesuatu di sekeliling Anda sepertinya semua menjadi tidak beres, hubungan antara manusia dan manusia juga terjadi ketegangan. Saat itu Anda carilah sebab dalam diri Anda sendiri, selaraskan bagian Anda yang tidak benar, maka Anda akan menemukan segalanya akan menjadi damai dan selaras seperti sedia kala.”
Sungguh adalah demikian! Asalkan kita mau mencari ke dalam diri kita sendiri, keadaan tegang yang ada akan berubah menjadi suatu kedamaian ......
Pada setiap akhir pekan, kami akan berlatih di tempat wisata gunung Shi Men, Taiwan, yang padat dengan pengunjung. Di sana kami letakkan sebuah meja, yang di atasnya tertata penuh dengan materi-materi yang berhubungan dengan Falun Dafa, yang kami berikan gratis kepada para pengunjung yang hendak naik ke atas gunung.
Pagi hari di akhir pekan lalu, hari terang-benderang, ketika kami tiba di atas gunung, menemukan bahwa meja yang biasa kami gunakan untuk menata materi telah hilang. Kami mencari kemana-mana akhirnya menemukan meja itu ada di samping sebuah keranjang sayuran. Penjual sayuran itu kenal baik dengan saya, kami sudah pernah bercengkrama beberapa kali.
Karena meja itu terbuat dari kayu pinus yang sangat tebal dan kokoh, sehingga sangat berat dan tidak mudah untuk dipindahkan. Karena itu ketika saya menemukan meja itu berada di pinggir keranjang penjual sayuran, dalam hati saya penuh dengan keraguan: “Meja buku yang begitu anggun dipergunakan untuk menjual sayuran, sungguh tidak sesuai.”
Begitu pikiran itu muncul, rasanya ingin segera memindahkan meja itu kembali ke tempat asalnya. Teman saya berkata: “Anda tidak kuat memindahkan meja itu, nanti agak siang kita minta tolong seorang teman untuk membantu. Kita kembali dulu saja!”
Sampai sekarang saya baru mene-mukan pemikiran diri sendiri: “Meja tersebut milik kita, saya akan memindahkan kembali meja tersebut ke tempatnya!” Saya menyadari timbul ketidak senangan dalam hati serta muncul sifat ingin berebut dengan orang lain yang melontarkan perkataan itu. Begitu mendapatkan timbulnya pemikiran yang kurang nyaman, saya segera mengerti adalah hati itu yang telah hadir, hati yang terpilin.
Dalam kurun waktu yang panjang, saya terbiasa menenangkan diri sendiri dulu ketika menyadari timbul pikiran yang yang tidak baik. Setelah gejolak hati mereda saya berkata pada salah seorang teman: “Anda jangan dulu mencari orang untuk memindahkan meja itu, tunggu agak sore ketika pemilik sayuran ke atas gunung menjual sayuran, saya akan bertanya dulu kepada si pemilik, meja baru kita pindahkan.”
Pemikiran ini begitu muncul, segala ketidak-nyamanan di dalam hati segera hilang bagaikan asap dan awan. Dan ketika saya dengan hormat menyapa dan menyatakan kepada pemilik sayuran bahwa kita sangat membutuhkan meja tersebut, dia meminta maaf dengan amat sungkan, serta menyetujui kita memindahkannya kembali. Karena jalan pegunungan sulit untuk dilalui, ditambah beban mejanya itu sangat berat, kami bertiga harus bersusah payah hingga sekujur tubuh dibasahi keringat, akan tetapi dalam hati kami penuh kegembiraan.
Bila kita bisa dengan damai menghadapi segala permasalahan memang membutuhkan tuntutan yang tinggi pada diri sendiri, tetapi asal kita punya tekad dan kemauan, berangsur-angsur juga akan berubah menjadi semacam kebiasaan yang baik, tidak memberi kesempatan emosi kita mempengaruhi diri kita.........
Teringat ketika masih kecil, saya sering diajak ke atas bukit untuk melihat laut dan perbukitan yang baru diguyur oleh hujan lebat, melihat itu hati terasa damai dan indah. Tidak peduli siapapun yang melihat, pasti bisa tersenyum dengan hati yang gembira.
Setelah dewasa saya meninggalkan kampung halaman untuk menimba ilmu dan meniti karier, setiap kali ketika sangat sibuk, di dalam hati saya lalu berangan-angan untuk bisa kembali ke atas bukit itu dan merasakan kembali bukit hijau nan hening damai dan mantap, tidak berebut dalam dunia fana.........
Tetapi sekarang saya tidak perlu lagi kembali ke kampung halaman untuk mendapatkan ketenangan itu. Karena kedamaian dan ketenangan berada di dalam hati saya.
Di saat menghadapi segala sesuatu masalah yang berhubungan dengan manusia, materi dan peristiwa, asalkan ada sesuatu yang tidak berkenan di dalam hati, lalu timbul pemikiran, segera tangkaplah hati terpilin yang muncul itu. Tenangkan diri, pikirlah diri sendiri, dan mencarilah ke dalam hati sendiri.
Pada saat itu, bila kita bersedia melepaskan, dengan tulus hati mencari ke dalam diri sendiri, maka akan muncul keadaan yang sama sekali berbeda, luas tiada batasnya laksana laut dan angkasa.
Di saat kecil, melihat gunung nan hijau setelah diguyur oleh hujan, perasaan damai yang seperti itu samar-samar akan muncul keluar dari dalam hati, segala sesuatunya akan menjadi sangat lancar.
Makin banyak Anda melepaskannya akan makin banyak pula yang Anda peroleh.
No comments:
Post a Comment