Oleh : Toni Yoyo, STP, MM, MT
Dua orang Bos 'berlomba' menonjolkan kebodohan sopirnya. Bos A kemudian
memanggil sopirnya, "Sono, tolong beli mobil BMW seri terbaru dengan uang
Rp 100 ribu ini". "Baik Tuan". Dengan cepat Sono berlalu.
Bos A dengan senyum kemenangan, "Tuh lihat sendiri kan betapa bodohnya
sopir saya". "Ah itu sih belum apa-apa dibanding kebodohan
sopirku", sahut Bos B. "Sunu, tolong cek apakah Bapak (Bos B) ada di
rumah saat ini". "Segera Tuan" sahut Sunu. Diapun segera
berlalu. Dengan tertawa keras Bos B memandang Bos A untuk menunjukkan bahwa
dialah yang menang dalam 'pertandingan kebodohan' ini.
Kedua sopir kemudian bertemu di jalan. Sono berkata, "Ampun deh Bosku
itu sangat tolol". "Ah kamu sih belum tahu kalau Bosku jauh lebih
tolol dibanding Bosmu", respon Sunu.
Tidak mau kalah Sono menyambung, "Bayangkan Bosku memberi uang Rp 100
ribu untuk membeli BMW seri terbaru. Mana mungkin itu ???". "Masa Bos
tidak tahu kalau hari ini hari Minggu. Mana ada show room yang buka sehingga
aku bisa membeli mobil BMW seri terbaru ?".
"Iya.. ya benar juga. Tapi dengar dulu ceritaku sebelum kamu berpikir
bahwa Bosmulah yang paling bodoh". "Masa Bosku minta tolong aku untuk
mengecek apakah dia yang saat ini bersama Bosmu di sini, ada di rumah saat ini
?. Aneh sekali". "Kan Bosku punya HP, kenapa dia tidak langsung
telpon ke rumah untuk menanyakan apakah dia ada di rumah atau tidak saat
ini?".
Mungkin kita akan tersenyum lebar membaca cerita di atas sambil berpikir
apakah benar ada orang sebodoh Sono dan Sunu, kedua sopir tersebut.
Dalam dunia nyata, kita sangat dekat dengan orang-orang 'bodoh' yang teriak
'bodoh' seperti kedua sopir yang mengatakan kedua Bos mereka bodoh tanpa mereka
mengerti bahwa sebenarnya mereka 'lebih bodoh'. Bahkan, tanpa bertendensi
apapun, jangan-jangan kitapun termasuk kelompok 'bodoh teriak bodoh' ini.
Banyak orang yang terbiasa mencela orang lain terutama karena kesalahan dan
kekurangan orang lain tersebut. Tidak jarang celaan itu muncul dari pikiran
iri, dengki, takut kalah, dan lain-lain penyakit pikiran yang banyak
menghinggapi orang jaman sekarang. Padahal setiap orang memiliki kelebihan dan
kekurangan. Ada keterbatasan dalam diri setiap orang. Tidak ada yang sempurna
segala-galanya. Apakah kita memiliki hak untuk mengatakan orang lain bodoh,
selalu salah, jelek, dan lain-lain yang tidak baik ? Bukankah kita sendiri
pasti pernah melakukan kesalahan dan 'kebodohan' sewaktu kita belum 'sepintar'
saat ini ?
Bos A dan B juga termasuk kelompok 'bodoh teriak bodoh' karena
mempertandingkan kebodohan sopirnya. Mereka tidak sadar bahwa merekapun
dikatakan bodoh oleh kedua sopir yang dibodoh-bodohi oleh mereka walaupun pemberian
'cap bodoh' oleh kedua sopir kepada kedua Bos dalam konteks yang berbeda.
Kita perlu sering 'berkaca' dan mengevaluasi diri untuk terus melakukan
perbaikan terhadap diri sendiri baik dalam tataran pemahaman maupun perbuatan
langsung melalui pikiran, ucapan dan perbuatan.
Jangan habiskan waktu kita untuk mencari-cari kesalahan dan kekurangan
orang lain. Manfaatkan waktu tersebut untuk mengolah diri menjadi lebih baik
dari waktu ke waktu, untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kita
menjadi orang-orang yang punya daya saing tinggi untuk berkompetisi dalam dunia
bisnis atau profesional, dan sosial kemasyarakatan.
Pada akhirnya kita tidak akan terperosok ke dalam kelompok 'bodoh teriak
bodoh' dan bisa menjadi orang-orang yang 'pintar', yang tidak mudah memberikan
klaim atau label (terutama 'bodoh') kepada orang lain.
Penulis : Toni Yoyo, STP, MM, MT (toni_yoyo@yahoo.com)
No comments:
Post a Comment