Melakukan kebaikan dan tidak mengharapkan balasan,
merupakan manifestasi dari semacam keluhuran moral. Seseorang yang baik hati,
selalu bisa menghadapi segala kesulitan dan kegembiraan dalam perjalanan hidupnya
sendiri dengan hati yang wajar.
Orang yang berwibawa tinggi dan dihormati khalayak umum,
kebanyakan mereka mau berkorban untuk segala hal dan tidak mengharapkan balasan
dari orang lain. Oleh karena itu sudah sewajarnya jika mereka yang telah
menerima budi kebaikan tersebut, bisa menyontoh tindakan itu dan melakukan
dengan cara mereka sendiri untuk menghadapi orang lain.
Maka dari itu orang yang melakukan kebaikan dan tidak
mengharapkan balasan seringkali mendapatkan imbalan di luar dugaan mereka, hal
ini merupakan hukum alami dari perputaran sebab dan akibat.
Menurut cerita pada akhir abad ke-19, di Amerika ada dua
orang anak miskin lulus dari ujian dan masuk di sebuah universitas. Demi
mendapatkan biaya hidup dan uang kuliah, mereka mulai bekerja sambil kuliah.
Ketika itu mereka berdua mendapatkan suatu cara untuk
mendapatkan uang yakni mencari seorang pianis ternama, dan diajak untuk bekerja
sama mengadakan konser tunggal. Jika konser berhasil dan mendapatkan untung
maka mereka akan mendapatkan uang yang lebih banyak untuk membiayai hidup
mereka.
Lantas mereka berusaha menemui Ignacy Jan Paderewski (18
November 1860 – 29 Juni 1941), yakni seorang pianis pria ternama pada saat itu.
Manager Paderewski mengadakan kesepakatan usaha dengan dua anak muda tersebut,
dan memutuskan akan memberikan honor kepada
Paderewski sebanyak dua ribu dollar Amerika Serikat untuk sekali pentas.
Angka tersebut adalah suatu angka yang sangat pantas bagi
pementasan seorang pianis ternama seperti Paderewski, tetapi angka ini
merupakan jumlah yang sangat besar bagi dua anak muda tersebut. Jika hasil
konser yang mereka adakan ini tidak bisa mencapai dua ribu dollar, dapat
dipastikan mereka akan mengalami kerugian.
Akhirnya dua orang anak muda tersebut menanda tangani kontrak
perjanjian, dan berjuang mati-matian hingga konser berakhir dengan sempurna,
namun setelah pembukuan dihitung didapatkan bahwa konser tersebut hanya
menghasilkan seribu enam ratus dollar saja.
Uang sebanyak seribu enam ratus dollar tersebut mereka serahkan
seluruhnya kepada Paderewski, masih disertai selembar cek yang bernominal empat
ratus dollar, serta berjanji akan secepatnya melunasi empat ratus dollar
tersebut.
Hati Paderewski tergerak melihat kedua anak muda miskin
tersebut. Secara tak diduga, dia menyobek lembaran cek itu lalu menyodorkan
seribu enam ratus dollar tersebut kepada kedua anak muda ini serta berkata,
“Dari uang ini potongkan dulu uang kuliah dan biaya hidup kalian berdua.
Ambillah 10% dari sisa uang yang ada untuk honor kalian, sisanya baru berikan
untuk saya.” Ketika itu dua orang anak muda ini meneteskan air mata karena
terharu.
Bertahun-tahun kemudian, ketika itu perang dunia pertama
juga sudah selesai, Paderewski pulang ke negara asalnya dan menjabat sebagai
perdana menteri Polandia.
Tetapi oleh karena benturan dari peperangan yang
mengakibatkan terjadinya kesulitan ekonomi dalam negeri Polandia. Teriakan
meminta bantuan yang terus-menerus dari puluhan ribu rakyat yang kelaparan,
membuat Paderewski yang telah berusaha kian kemari tetap tidak bisa mengatasi
krisis besar ini.
Akhirnya dengan sangat tidak berdaya terpaksa dia meminta
bantuan kepada Herbert Hoover (Presiden Amerika ke-31) yang saat itu menjabat
sebagai Head of American Food Administration dan American Relief, setelah
Hoover menerima berita ini, dengan tanpa keraguan sedikitpun dia segera
menyetujui memberi bantuan makanan dalam jumlah yang besar.
Tidak lama kemudian, puluhan ribu ton makanan telah
dikirim ke Polandia, membuat rakyat Polandia terhindar dari bahaya kelaparan.
Guna menyampaikan sendiri rasa terima kasihnya ke-pada
Herbert Hoover, PM Paderewski mengadakan
perjanjian untuk bertemu di Paris.
Tidak terduga ketika mereka berdua bertemu muka, Herbert
Hoover langsung berkata, “Tidak perlu Anda berterima kasih kepada saya, justru
sayalah yang harus berterima kasih kepada Anda! Tuan, ada satu hal yang mungkin
sudah tidak teringat oleh Anda, tetapi bagi saya peristiwa itu tidak akan saya
lupakan untuk selamanya! Ketika Anda masih berada di Amerika, Anda pernah
menolong dua orang mahasiswa miskin, saya adalah salah satu dari dua mahasiswa
miskin itu.”
No comments:
Post a Comment