Seorang petani bersama dengan kuda serta
anjingnya sedang menempuh perjalanan. Mendadak saja mereka semuanya meninggal
tersambar sebuah halilintar. Namun seperti kebanyakan roh-roh yang baru
meninggal, mereka pun tidak menyadari kalau sudah meninggal, masih tetap
melanjutkan perjalanan mereka.
Jalanan yang mereka tempuh semakin lama
semakin panjang, teriknya sinar matahari telah mem-buat mereka bermandikan
keringat. Ketika mereka merasakan kehausan yang luar biasa, petani tersebut
melihat sebuah pintu besar yang amat megah, pintu ini tembus ke sebuah lapangan
yang berkilauan cahaya emas, di tengah-tengah la-pangan terdapat pancuran air
yang bersih dan jernih, dia segera menghampiri pintu itu, menyapa si penjaga
pintu, "Tempat apakah ini, mengapa sangat indah?"
"Surga" jawab si penjaga dengan
ramah. "Kalau begitu bagus sekali! Kami semua sangat haus, izinkanlah kami
masuk ke dalam untuk minum air?" pinta sang petani.
"Anda boleh masuk, tapi kuda dan anjing
tidak boleh!" kata si penjaga. "Oh, kalau begitu ya sudahlah"
petani pun melangkah pergi, dia tidak tega meninggalkan kuda dan anjingnya,
terpaksa melanjutkan perjalanan dengan membawa kedua teman hewannya itu mencari
minum. Setelah berjalan cukup lama, mereka menemukan suatu tempat yang ada
airnya. Di depan pintu juga ada seorang penjaga.
"Apa kabar, saya dan kuda beserta anjing
sangat haus, bolehkah kami minum air di sini?" "Terserah Anda!"
kata penjaga pintu.
Petani itu sudah tidak kehausan lagi, ketika
kuda dan anjingnya sudah cukup minum air, dia sekali lagi mengucapkan banyak
terima kasih kepada penjaga pintu itu, lalu bertanya, "Mohon tanya tempat
apakah ini?"
Penjaga pintu itu berkata, "Di sini
adalah Surga." Petani itu jadi sangat bimbang, "Tidak mungkin!
barusan saja kami melewati sebuah bangunan dengan pintu besar yang megah,
penjaga pintu yang berada di sana juga mengatakan bahwa di sana adalah
Surga."
"Di sana itu neraka" jawab si
penjaga pintu. "Astaga, kalian seharusnya mencegah mereka me-ngacaukan
pendapat umum. Hal itu bisa membuat orang salah arah" kata si petani.
"Tidak bisa." Penjaga pintu itu
berkata, "Kami masih harus berterima kasih atas bantuan mereka, karena
mereka telah membiarkan orang-orang yang mencampakkan teman untuk tetap tinggal
di sana."
No comments:
Post a Comment