Dec 25, 2011

HADIAH NATAL TERINDAH UNTUK HANNAH

Natal tahun ini menjadi kado terindah bagi seorang Hannah Jones, gadis berusia 14 tahun dari pasangan Kristy dan Andrew Jones. Menurut pemberitaan media Inggris Daily Mail, Hannah didiagnosa mengidap leukimia stadium IV pada Juli 2009, namun kini ia bisa berkumpul kembali merayakan Natal bersama kedua orang tua dan saudara-saudaranya.

Hannah menghabiskan waktu berbelanja keperluan Natal dan menghias pohon Natalnya sendiri berharap keinginannya untuk mendapat hadiah Wii Fit computer game dari Santa Claus.

Natal tahun ini menjadi hari yang sangat spesial baginya. Tidak seperti Natal tahun-tahun sebelumnya, dimana ia menghabiskan hampir sebagian waktunya terbaring lemas di rumah sakit, tanpa pesta, kado, pohon Natal, bunyi lonceng, seakan memberitahunya akan betapa berharganya waktu yang masih tersisa.

"Hari Natal itu sendiri adalah kado terindah buatku. Aku bisa berkumpul bersama nenek, orang tua dan semua saudara-saudara yang aku sayangi," kata Hannah.

Selama bertahun-tahun, opsi yang ditawarkan oleh para dokter dan rumah sakit sangatlah jelas bahwa satu-satunya jalan untuk bertahan hidup adalah menjalani operasi cangkok jantung. Namun di luar dugaan, pada usianya yang yang ke-13, di saat kondisi fisiknya yang kian hari kian memburuk, Hannah secara mengejutkan mengeluarkan pernyataan bahwa dirinya tidak bersedia dimasukkan ke dalam daftar pasien penerima cangkok jantung.

Dengan ketabahan dan keberanian, Hannah menerima segala sesuatunya dengan besar hati, meski ia tahu suatu hari nanti jantungnya akan berhenti memompa dan saat itulah hidupnya akan berakhir.

Ia lebih memilih menghabiskan waktu yang tersisa di rumah, di sekeliling orang-orang dan anjing peliharaannya yang ia sayangi daripada harus menjalani sebuah operasi yang menyakitkan yang memungkinkan ia harus tinggal dan beristirahat di rumah sakit selama beberapa bulan, di samping itu, operasi tidak menjamin kepastian apapun.

"Berada di rumah sakit mengingatkanku akan masa-masa yang buruk, aku telah menghabiskan waktu yang cukup lama di sana. Sekarang aku hanya ingin tinggal di rumah walau mungkin umurku tidak lama lagi," papar Hannah.

Adalah hingga Juli 2009, Hannah yang dikenal sangat keras dan kokoh dengan pendiriannya membuat tindakan yang cukup berani ketika ia mengumumkan telah mengubah keputusannya dan menyerah di tangan dokter bedah dan bersedia menjalani operasi.

Seketika kasusnya diangkat, namanya segera berada di urutan nomor satu dalam daftar pasien penerima cangkok jantung dan dalam selang waktu beberapa minggu, ia pun menjalani operasi dan berlangsung sukses.

Sesaat setelah mencuatnya berita ini, banyak simpatisan terutama dari kalangan orang tua merasa terkejut dan bingung atas sikap kedua orang tua Hannah yang menganggap anak mereka sudah cukup dewasa untuk membuat keputusan bagi dirinya apakah cangkok jantung adalah pilihan terbaik, mengingat usianya yang baru 13 tahun.

"Aku sadar jika saat itu aku tetap bersikukuh dengan pendirianku, aku mungkin tidak akan bertahan hingga saat ini. Aku ingin sekali melihat dunia dan melakukan hal-hal yang tidak bisa aku kerjakan tanpa adanya jantung ini." ungkap Hannah.

Saat ditanya perihal keputusan yang diambil, Hannah buru-buru menegaskan bahwa ia tidak peduli apa yang dipikirkan orang lain tentang dirinya, bahkan orang tuanya sendiri tidak berhak memberitahu apa yang ia rasakan dan lakukan sebab mereka bukanlah dirinya.

Ibarat berdiri di depan sebuah tembok bata, tanpa tahu siapa yang ada dibalik tembok. Namun pada situasi genting, kita harus memutuskan apakah melompatinya atau tidak.

"Aku tidak pernah menginginkan Ibu dan Ayah membuat keputusan buatku. Aku cukup bersyukur bahwa mereka semua sepenuhnya mendukung dan membantuku untuk melakukan apa saja yang menurutku benar. Aku bahkan sekarang merasa lebih senang bisa melakukannya dengan caraku sendiri." tambahnya.

Bagi Hannah, memilih meja operasi adalah suatu langkah yang besar, ia tahu tidak ada kepastian bahwa jantung itu akan tersedia baginya tepat waktu. "Aku berharap akan ada sumbangan jantung di luar sana buatku, tapi aku tidak tahu berapa lama aku harus menunggu," ucap Hannah.

Sama halnya dengan sang Ibu, Kristy mengatakan bahwa tak seorang pun yang bisa menjamin hidup anaknya.

Tranplantasi tidak berarti menyembuhkan. Meski kondisi Hannah semakin membaik setelah operasi namun kini ia menjadi sangat bergantung pada jantung barunya. Belum lagi risiko terkena infeksi dan kenyataan bahwa jantung cangkok tidak dapat bertahan untuk kurun waktu yang panjang.

Hannah dan keluarganya sangat beruntung jantung itu datang tepat pada waktunya, jika tidak mungkin ceritanya akan jadi berbeda.

Semenjak operasi itu, Hannah kini menjadi gadis yang ceria, setelah kehilangan 6 tahun pendidikannya, kini ia kembali ke bangku sekolah dan diizinkan mengambil kelas bahasa Inggrisnya setahun lebih awal. Ia tidak pernah menyesali penantiannya selama ini, baginya menunggu hingga waktu yang tepat menjadikan dirinya tampak jauh lebih baik.

Masing-masing orang memiliki jalan hidupnya sendiri. Tak seorang pun bisa menentukan jalan hidup seseorang selain dirinya sendiri. Bukan tanpa sebab, dalam perjalananannya manusia akan menemukan banyak sekali rintangan, adalah supaya ia bisa memperbaiki dan mematut diri untuk hidup lebih baik. Niat yang tulus, kemurnian hati dan kebajikan merupakan faktor yang dapat membimbing seorang menuju ke jalan hidup yang sebenarnya.


No comments:

Post a Comment

Bookmark and Share
Custom Search