Dec 24, 2011

SEKILAS TENTANG POHON NATAL

Oleh : Susan Hallet

Gardiner Museum di Toronto mempunyai program tahunan pameran menghias pohon Natal. Tahun ini “Dua Belas Pohon Natal” masing-masing dikerjakan oleh perancang top di tiap-tiap kota dengan mengusung tema “Children of the World” (Anak-anak Dunia). Tampilan hiasan yang diminta mengacu kepada tradisi suasana Natal yang hijau di dalam ruangan.

Christmas atau Natal pada awalnya dirayakan oleh penduduk Eropa Timur, dimulai dari Abad Pertengahan. Pada masa itu pohon Natal telah menjadi suatu tradisi bangsa Jerman, dimana pohon yang mereka sebut sebagai Paradeisbaum atau pohon surga, setiap tahunnya akan diboyong masuk kedalam rumah mereka selama Perayaan Adam dan Hawa yang jatuh pada 24 Desember.

Di Eropa Utara, nenek moyang orang Jerman yang lebih awal lagi, memiliki tradisi perayaan persembahan kepada Dewa mereka, Woden. Pohon yang terlihat selalu hijau digunakan sebagai simbol kehidupan abadi.

Tradisi khas bangsa Inggris saat Natal adalah menghias dengan menggunakan holy (sejenis tum-buhan hijau yang runcing daunnya serta memiliki buah berwarna merah) dan mistletoe (sejenis tanaman hijau) serta saling memberikan hadiah Natal.

Tradisi pohon Natal di Inggris diawali oleh keluarga Kerajaan yang memiliki akar keturunan dari bangsa Jerman. Faktanya kaum puritan (orang yang teguh berpegang pada peraturan dan tata-susila) sangat menentang kayu Yule (sebutan Inggris kuno terhadap pohon Natal), holy dan mistletoe. Oliver Cromwell (tokoh militer dan politik terkemuka di Inggris pada abad ke-17) sebenarnya menyebut memotong pohon natal dan menyanyikan lagu pujian sebagai “tradisi orang kafir”.

Kebiasaan meletakkan pohon natal kedalam rumah dibawa hingga ke Amerika Utara oleh para imigran Jerman sekitar 1700-an. Tidak sampai pertengahan abad ke-19, pohon natal menjadi sangat populer di Amerika, hal ini mungkin dikarenakan Presiden Franklin Pierce (1804-1869, presiden AS ke-14) telah meletakkan pohon Natal di Gedung Putih.

Hingga kini, orang yang memiliki kepercayaan yang berlainan atau yang sama sekali tidak memiliki keyakinan juga ikut-ikutan memasang pohon Natal dalam rumahnya. Dan tradisi Santa Claus yang mengunjungi anak-anak di dunia untuk meninggalkan hadiah di bawah pohon Natal masih terus berlangsung.

Tak ada yang lebih spesial daripada sebuah boneka Teddy yang menggemaskan duduk di bawah pohon Natal, menunggu untuk ditemukan oleh anak-anak pada Natal dini hari.

Terinspirasi oleh ingatan masa kecilnya, disainer Gardiner memajang sekumpulan boneka beruang dalam berbagai variasi yang tentunya akan membuat gemas para anak, remaja maupun ortu.

Jika Anda mengamati lebih jeli pohon yang dipenuhi boneka Teddy itu (lihat foto), Anda akan melihat berbagai aktivitas yang ditampilkan oleh boneka tersebut. Ada bayi beruang yang mengenakan piyama tidur dan memeluk boneka Teddynya, juga ada sekumpulan beruang yang membuat bola salju sedangkan kumpulan beruang lainnya sibuk menggantungkan hiasan Natal dan membungkus hadiah. Mama beruang juga sedang menghidangkan sepiring gula-gula sementara itu Papa beruang membawa pohon natal yang didapatnya dari hutan.

Teringat akan suatu perkataan, “Teddy bear tidak membutuhkan hati karena mereka telah diisi dengan cinta kasih.” Bisa jadi perancang tersebut langsung menyetujuinya.

No comments:

Post a Comment

Bookmark and Share
Custom Search