Jean-Dominique Bauby adalah seorang jurnalis
Perancis, dia mengalami kelumpuhan total pada tubuh akibat serangan stroke pada
1995.
Dia kehilangan seluruh fungsi tubuhnya,
termasuk kemampuan berbicaranya. Satu-satunya gerakan yang dapat dilakukan oleh
tubuhnya adalah mengerdipkan mata kirinya.
Bauby mulai menulis buku sebelum menderita
lumpuh. Kemudian dia berniat untuk menyelesaikannya tulisannya. Seorang
amanuensis (seseorang yang bertugas untuk menuliskan ataupun menterjemahkan
perkataan) dipekerjakan untuk dirinya.
Bauby hanya dapat mengerjapkan mata kirinya,
yang merupakan satu-satunya cara untuk berkomunikasi dengan amanuensis
tersebut. Dengan menyebutkan abjad secara berulang-ulang, si amanuensis dapat
mengetahui huruf yang diinginkan oleh Bauby dengan kerdipan matanya.
Jika Bauby mengerdipkan matanya sekali, itu
berarti abjad tersebut benar. Jika mengerdipkan dua kali, berarti abjad
tersebut salah.
Pada awalnya Bauby dan amanuensis tidak
terbiasa dengan cara komunikasi tersebut. Seringkali mereka menemui banyak
rintangan dan masalah. Mereka menghabiskan waktu 6 jam sehari, hanya untuk
menulis satu halaman buku.
Akan tetapi secara berangsur-angsur, dengan
saling berusaha membangun sebuah hubungan kerjasama yang baik, mereka dapat
menyelesaikan 3 halaman buku per hari.
Setelah berbulan-bulan melakukan kerja keras
ini, akhirnya mereka dapat menyelesaikan 150 halaman buku yang berjudul The
Diving Bell And The Butterfly: A Memoir Of Life In Death. Selama proses
pembuatan buku ini, diperkirakan Bauby telah mengerdipkan mata kirinya sebanyak
200.000 kali.
No comments:
Post a Comment