Angin
Tornado telah menerpa sebuah kota kecil di dekat
tempat tinggal kami, banyak sekali penduduk dalam kota itu menderita kerugian yang sangat
parah. Sebuah foto khusus yang dimuat dalam surat kabar benar-benar sangat menyentuh hati
saya.
Di
dalam foto itu terlihat seorang ibu muda berdiri di depan rumahnya yang hancur
total diterpa oleh angin Tornado, di samping ibu muda itu berdiri seorang bocah
yang kira-kira berusia tujuh sampai delapan tahun menundukan kepalanya dengan
sedih. Di sisi lain ibu muda itu berdiri seorang anak perempuan kecil. Kedua
tangan kecilnya sedang memegang erat baju ibunya, matanya memandang ke arah
kamera, dengan sinar mata yang penuh dengan ketegangan dan ketakutan.
Dalam
berita tersebut, wartawan juga memaparkan ukuran pakaian dari orang-orang yang
berada di dalam foto. Setelah saya perhatikan ternyata ukuran pakaian mereka (anak
yang berada dalam foto) hampir sama dengan ukuran pakaian anak-anak saya. Saya
pikir ini merupakan kesempatan yang sangat baik untuk mendidik anak-anak saya
agar mengerti bagaimana memberi bantuan kepada mereka yang tertimpa kemalangan.
Saya
menempelkan foto dalam surat
kabar itu di pintu lemari es, menceritakan kesulitan yang mereka (orang-orang
yang berada dalam foto) hadapi sekarang, kepada sepasang anak kembar saya
Brando dan Brant yang berusia tujuh tahun serta putri saya Mery yang masih
berumur tiga tahun.
Saya
katakan kepada mereka bertiga, “Kita memiliki begitu banyak barang, sedangkan
orang-orang yang tertimpa bencana itu sekarang tidak memiliki apa-apa lagi.
Sekarang kita akan berbagi benda-benda yang kita miliki dengan mereka.”
Saya
mengeluarkan tiga kardus besar dari gudang dan meletakkan kardus-kardus itu di
atas lantai. Ketika saya dan kedua anak lelaki saya sedang sibuk memasukkan
makanan kalengan serta barang-barang yang tidak mudah rusak, juga sabun dan
lain sebagainya ke dalam salah satu kardus besar itu, saya melihat Mery sedang
memeluk Lucy, boneka kain yang sangat disayanginya, datang menghampiri diri
saya.
Dia
memeluk erat-erat boneka itu di depan dadanya, menempelkan pipi bundar kecilnya
di atas wajah Lucy yang berwarna semu dan berbentuk pipih itu, setelah
memberikan ciuman terakhirnya, kemudian
dia meletakkan Lucy dengan perlahan di atas mainan-mainan yang lain.
Melihat
itu saya berkata kepadanya, “Oh, sayangku kamu tidak perlu menyumbangkan boneka
Lucy yang sangat kamu sayangi itu.”
Mery
mengangguk-anggukkan kepalanya dengan serius, kedua matanya berkaca-kaca.
Nampaknya dia sedang menahan agar air matanya tidak menetes keluar dan berkata,
“Mama, Lucy memang telah membawakan aku kebahagiaan. Saya berharap dia juga
bisa membawakan kebahagian kepada anak perempuan kecil itu.”
Saya
mendadak tersadar, sesungguhnya setiap orang bisa saja dengan hati ringan
menyumbangkan barang-barangnya yang sudah tidak dipakainya kepada orang lain,
tetapi tidak semua orang bisa bermurah hati menyumbangkan barang yang paling ia
sayangi kepada orang lain.
Murah
hati yang sesungguhnya ini, kebaikan hati yang tulus ini terpancar dari
tindakan dan harapan seorang anak yang masih berusia tiga tahun. Menyumbangkan
sebuah boneka kain yang biarpun sudah usang, tetapi merupakan boneka yang
paling dia sayangi itu kepada orang lain.
Saya
sendiri yang semula ingin memberikan didikan kepada anak-anak, akhirnya malahan
mendapatkan pelajaran dari tindakan yang dilakukan oleh anak-anak.
Mendengar
kata-kata adiknya yang begitu polos,
sepasang kakak laki-lakinya terperangah sampai lupa menutup mulut mereka.
Brant
tidak mengatakan sepatah kata apapun, dia masuk ke dalam kamar mengeluarkan
robot yang paling dia sukai. Dengan sedikit keraguan, memandang ke arah Mery,
lalu meletakkan robot itu di samping boneka Lucy.
Wajah
Brando memperlihatkan senyuman yang hangat, kedua matanya bersinar, dia juga
lari masuk ke dalam kamar mengeluarkan beberapa mobil-mobilan kecil seperti
kardus korek api yang paling dia sayangi, dengan serius dan hati-hati
memasukkan mobil-mobil itu ke dalam kardus.
Saya
mengeluarkan kembali jaket coklat yang lengannya sudah sangat aus itu dari
kardus yang terisi pakaian. Lalu sebagai gantinya saya masukan jaket hijau yang
baru saya beli minggu yang lalu ke dalam kardus baju.
Saya
berharap wanita di dalam foto itu juga bisa seperti saya, akan menyenangi jaket
hijau itu.
No comments:
Post a Comment