“Kebahagiaan berada pada sekilas angan-angan
manusia atas perolehan dan kehilangan.”
Apa itu perolehan? Apa pula yang disebut
kehilangan? Banyak orang beranggapan bahwa kekayaan, kesuksesan, beranak-pinak
sebagai “perolehan”, atau ada yang
menganggap memperoleh sesuatu yang
menggembirakan, membanggakan dan pujian yang bersifat jangka pendek
sebagai “perolehan”. Sedangkan kemiskinan, kepapaan serta mengalami sesuatu
yang tidak diinginkan dan hidup sebatang kara dianggap “kehilangan”, atau ada
juga yang menganggap, dipersalahkan orang lain dengan tidak sepatutnya,
penderitaan dan perlakuan tidak adil terhadap dirinya sebagai “kehilangan”.
Namun diluar dugaan, ketika kita mencengkeram
erat-erat “perolehan” dan takut kehilangan. Ketika karena ketakutan ini bahkan
lebih berupaya keras untuk memperolehnya lebih banyak, maka apa yang kita
cengkeram bukanlah kebahagiaan, melainkan hanya merupakan pengejaran terhadap
dambaan akan kebahagiaan, kebahagiaan akan selalu berada di depan kita sebagai
umpan, menarik kita untuk berjerih payah, namun tidak berada dalam genggaman
kita.
Yang benar-benar menguasai hati kita adalah
rasa cemas akan untung rugi pribadi, karena kecemasan tersebut kita tidak
berani menikmati segala apa yang telah kita peroleh. Kecemasan telah mengusir
kepuasan akan kebahagiaan untuk meninggalkan hati kita, sehingga kedua kaki
kita selalu berpijak pada kehampaan, berjalan dalam ilusi dan tak berdaya menghentikan langkah
pada jalan pengejaran.
Sesungguhnya, perolehan adalah kehilangan, dan
kehilangan adalah perolehan, mereka sebuah benda dengan dua sisi yang tidak
dapat dipisahkan. Kehilangan datang menyertai perolehan, dan perolehan muncul
dengan disertai kehilangan, seperti halnya kehidupan dan kematian yang tidak
dapat dipisahkan.
Kehidupan dan kematian hanya merupakan bentuk
lain dari perolehan dan kehilangan.
Dunia memang terus berputar silih berganti secara harmonis. Orang yang hanya
memusatkan perhatian pada hari ini tanpa mau menengok hari esok, barulah akan
berusaha di luar batas kemampuan untuk menghamburkan segala apa yang dimiliki
pada hari ini.
Karena Anda, kekayaan bisa terkumpul dan
menguap. Karena Anda, nama besar akan meningkat juga akan pudar. Saat untung,
maka yang diperoleh adalah nama besar, dan perolehan tersebut bisa dilihat,
diraba dan didengar, namun yang hilang adalah energi dan spirit yang kasat
mata.
Di dunia ini tidak ada yang dapat diperoleh
tanpa pengorbanan. Saat rugi, maka yang hilang adalah nama besar dan perolehan
yang nampak dan dapat diraba, namun yang terkumpul justru keberanian, tekad
baja, toleransi dan keyakinan terhadap kebenaran yang tidak dapat dilihat
maupun diraba.
Di dunia ini juga tidak ada pengorbanan yang
tanpa hasil. Pasang surut samudera tak berbekas, dalam alam semesta yang maha
luas ini, manusia sangatlah kecil tak berarti, kecil tak terlihat, suara
berisik yang tak terdengar dalam hiruk-pikuk, rupa yang tak berbentuk, yang
benar-benar abadi adalah alam semesta. Kekayaan dan nama besar duniawi sungguh
tak terhitung apa-apa dalam alam semesta.
Orang yang sungguh-sungguh bijak tidak akan
hidup mengikuti bagaimana orang lain memandang kita, tidak membiarkan orang
lain membentuk diri kita sesuai dengan pandangan mereka; juga tidak akan hidup
di antara kekayaan dan kekuasaan, tidak membiarkan nafsu keserakahan menentukan
nasib dirinya.
Mereka percaya akan keadilan nasib,
persesuaian antara kondisi dan waktu, akan menerima apa yang diperoleh juga
akan menyerahkan apa yang diambil darinya. Saat ini tidak ada, lain waktu akan
diperoleh, masa ini tidak berhasil, akan berhasil pada masa yang akan datang.
Menikmati kehidupan bebas lepas tanpa
kekhawatiran tentang perolehan dan kehilangan, telah menghayati arti perolehan
dan kehilangan serta kehidupan dan kematian, barulah dapat benar-benar hidup di
saat ini. Membiarkan kebahagiaan tidak meninggalkan kita sekejap pun, bukannya
hidup pada jalan pengejaran terhadap kebahagiaan.
Dengan demikian kebahagiaan adalah sederhana,
diperoleh tanpa perlu perjuangan, cukup dengan melaksanakan apa yang menjadi
kewajiban, tanpa keletihan akibat pengejaran yang tiada hentinya.
Dengan demikian kebahagiaan adalah transparan,
tanpa bayang-bayang perolehan, tanpa helaan napas penuh siksaan dalam
mengejarnya, hanya cukup mengikuti hukum kodrati yang tiada hentinya naik
turun, bagaikan perahu yang sedang berlayar, naik turun mengikuti pasang
surutnya air.
Dengan demikian kebahagiaan adalah sempurna,
sekalipun seseorang tinggal di puncak gunung dan dalam hutan belukar yang
terisolasi, atau menyelam di dasar laut biru berteman udang dan kepiting,
ataupun hidup dalam hiruk-pikuknya dunia ramai, berkumpul dengan manusia, dia
tidak akan pernah merasa kesepian dan menyendiri, karena dunia hidup bersama
dengannya!
Spirit dan pikirannya selalu berkomunikasi
dengan segala makhluk, gunung, sungai dan tumbuhan merupakan teman intimnya,
burung dan binatang adalah sahabatnya, bulan dan bintang-bintang adalah
pendampingnya, dan spiritnya ada di kedalaman alam semesta, bergaung bersama
suara-suara alam, menari bersama, memancarkan cahaya yang penuh kelembut-an dan
kedamaian yang kokoh dan mandiri.
Kebahagiaan tidak berada dalam keduniawian.
No comments:
Post a Comment