Pelajaran hidup dapat datang dari tempat yang
paling tidak diharapkan. Ia memberi tahu namanya adalah “Mo”, kependekan dari
Mohamed, dan ia mengantar keluarga saya ke bandara udara dari hotel kami di
Orlando, Florida pada suatu Jum’at pagi pukul 4.45.
Mo menjadi pengemudi taksi setahun lalu pada
sebuah perusahaan Ramada Transportation, karena bank dimana ia bekerja selama
15 tahun telah memberhentikannya dari pekerjaan tanpa pesangon. Ia dulu seorang
wakil direktur wilayah.
“Tidak ada kesetiaan lagi. Perusahaan tidak peduli terhadap orang-orang
kebanyakan seperti Anda atau saya,” katanya dengan bekas luka hati mendalam
dalam suaranya.
Mo pindah ke Florida dari New York 10 tahun
lalu. Ia menyukai New York dan merasa orang dapat maju jika mereka mau bekerja
keras, tetapi ia mempunyai satu alasan utama untuk pindah. “New York, OK,
tetapi segalanya bergerak demikian cepat. Florida merupakan tempat yang lebih
baik untuk sebuah keluarga,” tuturnya.
Anak lelakinya sekarang 21 tahun, baru satu
tahun lulus dari akademi. Itu bagian terberat baginya, berusaha menjaga
keluarganya tetap bertahan setelah kehilangan kedudukan dan pendapatan. “Saya
lakukan apa yang saya bisa, tetapi tidak
ada kesempatan bekerja di sini. Tidak ada orang yang
merekrut pekerja dalam kondisi ekonomi seperti ini,” katanya lebih lanjut.
Itulah sebabnya Mo lalu bekerja sebagai
pengemudi taksi yang mengantar turis ke dan dari bandara udara sepanjang siang
hari atau sore hari, dan ia sangat bersyukur untuk setiap panggilan, bahkan
pada pukul 4.45 pagi sekalipun. Tentang pekerjaannya ini, ia berkata, “Ini
tidak masalah, meskipun penghasilannya tidak menentu. Pariwisata turun 50%,
padahal Florida adalah kota turis,” ia menyimpulkan. Ia dapat terselamatkan
dari krisis yang ada karena ia telah menabung uangnya ketika bekerja di bank.
Ia seorang master akutansi tetapi tak ada lowongan bagi akuntan juga.
Sehingga Mo kerja keras melakukan hal-hal yang
bukan keahliannya, karena ia harus menghidupi keluarganya. Walaupun ia
menderita pukulan dalam hidupnya, ia tak mau menyerah. “Segala kejadian ada
sebabnya”, katanya. Siapa tahu, mungkin ada sesuatu di luar ini semua. Mungkin
keberuntungan yang lebih baik akan terjadi.”
Ia berhenti sejenak, di wajahnya nampak
merenung sangat dalam. Kemudian ia berkata lagi, “Tuhan yang baik akan memberi.
Saya harus percaya hal itu.”
Walupun saya hanya mengenal Mo selama 15 menit,
namun saya merasakan sebuah kekaguman dan penghargaan yang tulus untuknya. Dia
seorang pria yang baik, seorang pria jujur yang peduli pada keluarganya. Ia
akan mengatasi kesulitan ini karena ia mempunyai prioritas-prioritas. Ia tahu mana yang penting.
Dan melalui pertemuan 15 menit itu telah memberi sebuah kesempatan padanya
untuk mengantar keluarga kami ke Disney World. Saya tercerahkan oleh seorang
lelaki yang telah menunjukkan pada diri saya bahwa walau seseorang sedang
menghadapi penderitaan atau kesulitan adalah mungkin baginya untuk dapat tetap
mempertahankan martabat dan banyak hal yang dapat disyukuri. (Ray M. Wong)
No comments:
Post a Comment