By Dedy Susanto Posted in: Pemulihan Jiwa
Pola pengasuhan memengaruhi
kepribadian anak ketika tumbuh dewasa. Anak laki-laki yang dididik dengan baik
dan benar sejak belia, akan tumbuh menjadi pribadi yang membanggakan dan dapat
diandalkan oleh keluarganya. Orangtua perlu membekali anak, terutama anak laki-laki,
dengan empati sejak belia.
Anak laki-laki yang semasa tumbuh
kembangnya terlatih berempati, ia akan tampil sebagai pribadi yang memahami
perasaan orang lain. Pribadi penuh empati seperti ini memudahkan ia untuk
berteman, dan menjadikannya sebagai calon suami dan ayah yang baik untuk
keluarganya kelak.
“Empati adalah kemampuan sosial yang
sangat berharga dan bisa membantu diri sendiri, juga orang lain. Empati juga
mencegah seseorang dari perilaku buruk yang melukai orang lain,”. “Empati
adalah salah satu fondasi terbaik yang bisa orangtua berikan kepada anak
laki-lakinya,”
Bagaimana cara melatih empati anak?
* Permainan seni peran
Ciptakan sebuah permainan, yang bisa dilakukan kapan saja, di mana saja, terkait dengan sesuatu yang disukainya. Kalau anak menyukai sepakbola, saat ia menonton pertandingan sepakbola, Anda duduk bersamanya. Ketika pemain favoritnya ditugaskan menendang bola di kotak penalti, ajak anak Anda memposisikan dirinya seolah-olah menjadi pemain sepakbola tersebut. Ajak anak menelusuri perasaannya, bagaimana rasanya jika ia berada dalam posisi tersebut. Bagaimana tekanan yang ia rasakan, sekaligus semangat dan kebanggaan yang luar biasa. Dengan cara ini anak belajar mempertimbangkan perasaan orang lain dengan menempatkan dirinya berada di posisi orang lain tersebut.
Ciptakan sebuah permainan, yang bisa dilakukan kapan saja, di mana saja, terkait dengan sesuatu yang disukainya. Kalau anak menyukai sepakbola, saat ia menonton pertandingan sepakbola, Anda duduk bersamanya. Ketika pemain favoritnya ditugaskan menendang bola di kotak penalti, ajak anak Anda memposisikan dirinya seolah-olah menjadi pemain sepakbola tersebut. Ajak anak menelusuri perasaannya, bagaimana rasanya jika ia berada dalam posisi tersebut. Bagaimana tekanan yang ia rasakan, sekaligus semangat dan kebanggaan yang luar biasa. Dengan cara ini anak belajar mempertimbangkan perasaan orang lain dengan menempatkan dirinya berada di posisi orang lain tersebut.
“Jika cara ini dilakukan terus
menerus setiap tahun, ia akan tumbuh menjadi pribadi yang mampu mengatasi
situasi emosi dengan baik,” jelas Dan Kindlon, PhD, penulis buku Raising Cain: Protecting
the Emotional Life of Boys.
* Picu anak membaca novel
Studi yang masih berlangsung di York University di Toronto menunjukkan seseorang yang membaca buku fiksi lebih sering dibandingkan nonfiksi memiliki empati lebih tinggi.
Studi yang masih berlangsung di York University di Toronto menunjukkan seseorang yang membaca buku fiksi lebih sering dibandingkan nonfiksi memiliki empati lebih tinggi.
Para peneliti menelaah pengaruh bacaan fiksi terhadap empati.
Menurut mereka, bagian dari otak yang digunakan untuk memahami karakter fiksi
dari sebuah novel, sama dengan yang digunakan seseorang ketika memahami
perasaan atau kondisi orang lain. Ketika bagian otak ini semakin sering
digunakan, kemampuan seseorang dalam berempati akan terus terasah.
Sumber: WomansDay
No comments:
Post a Comment