Madame Blavatsky
(Helena Blavatsky, 1831-1891) adalah pendiri lembaga Theosophy di Rusia, dia
selalu menjinjing dua buah kantung, tidak peduli sedang berjalan di pagi hari
atau sedang berpergian dengan kendaraan, kedua kantung itu selalu dia bawa
serta, dan isi di dalam kantung itu selalu dibuang keluar.
Masyarakat pernah
bertanya kepada dia, "Apa isi kantung itu?"
Dia menjawab,
"Kantung itu berisi biji-biji bunga."
"Lalu
mengapa Anda selalu membuang biji-biji itu keluar?"
"Hal
tersebut telah menjadi kebiasaan saya," sambil tertawa dia menjawab lagi,
"Saya senang bertamasya pergi kemana-mana, sambil jalan saya sebarkan
biji-biji ini ke semua tempat. Mungkin saya tidak akan datang ke tempat itu
lagi, tapi tidak menjadi masalah, ketika musimnya tiba, bunga-bunga itu akan
mekar secara alami, kepada ribuan bahkan puluhan ribu orang yang lewat di sini,
mereka dapat melihat beraneka bunga mekar dalam berbagai warna yang indah."
"Walaupun
mereka tidak akan mengetahui siapa saya, namun hal tersebut tidak menjadi
masalah. Ada satu hal yang bisa saya pastikan adalah, saya sedang membawakan
keindahan bagi dunia ini, hal tersebut bisa dipastikan. Ada sebagian anak-anak
mungkin bisa memetik beberapa bunga untuk dibawa pulang ke rumah, ada sebagian
orang yang sedang berpacaran akan memakai bunga-bunga itu untuk membuat kalung
bunga. Dalam peristiwa yang tidak mereka ketahui ini, saya telah menjadi bagian
dari cinta diantara mereka berdua, saya juga akan menjadi bagian dari
kegembiraan anak-anak, kepada mereka yang hanya numpang lewat di jalan ini,
yang hanya menikmati keindahan bunga, saya juga menjadi bagian dari
mereka."
Benar sekali apa
yang dia katakan. Memiliki yang sesungguhnya itu bukan untuk dikuasai diri
sendiri, melainkan agar orang lain juga bisa ikut menikmatinya, orang yang
benar-benar kaya, bukan untuk diri sendiri, melainkan bisa dikagumi dan
dihormati oleh generasi penerus.
Saya pernah
mendengarkan satu kisah sebagai berikut: Ada seorang kakek tua menanam bibit
pohon di halaman rumahnya, seorang pejalan kaki yang lewat di sana bertanya,
"Pohon ini akan berbuah dalam berapa tahun?"
Kakek tua itu
menjawab, "Mungkin memerlukan 100 tahun!"
Pejalan kaki
tersebut melanjutkan pertanyaan, "Mungkinkah Anda akan hidup seratus tahun
lagi? Ketika pohon-pohon ini berbuah, mungkin Anda sudah tidak ada, saya ingin
tahu mengapa Anda lakukan hal tersebut?"
Kakek tua itu
memandang pejalan kaki tersebut, lalu dengan tertawa dia berkata, "Jika
semua nenek moyangku juga berpikiran seperti Anda, sekarang ini saya tidak bisa
menikmati buah hasil jerih payah mereka. Buah-buahan yang bisa tumbuh
bergerombol di kebun buah ini, juga karena ayah dan para nenek moyang saya yang
menanamkan pohon-pohon ini sebelum saya dilahirkan. Begitu pula saya menanam
pohon-pohon ini juga berharap bisa memberi berkah kepada generasi penerus, saya
mengerjakan hal tersebut dengan perasaan hati bersyukur melakukan apa yang bisa
saya lakukan. Bisa hidup di dalam hati orang lain, keberadaan Anda akan berubah
jadi besar, walaupun Anda sudah tidak berada dalam dunia ini, kehidupan Anda
juga bisa berlangsung terus."
Orang yang
menebarkan keharuman bunga kepada orang lain, dia sendiri juga akan mendapatkan
sebersit keharuman bunga itu, orang yang membawakan sinar mentari kepada orang
lain, dirinya juga tidak akan dikesampingkan. (The Epoch Times/lin)
No comments:
Post a Comment