Dikisahkan
tentang seorang wanita kaya yang cantik dan berkulit bersih. Kebetulan ia
mendapatkan tempat duduk di dalam pesawat tepat bersebelahan dengan seorang
wanita yang berkulit hitam dan berpenampilan sangat sederhana. Dengan wajah
sinis, wanita cantik itu memperlihatkan sikap tak senang kepada wanita
sederhana itu.
“Pramugari,
saya tidak mau duduk bersebelahan dengan orang ini. Tolong carikan saya tempat
duduk yang lain saja,” teriak wanita cantik itu kepada seorang pramugari.
Dengan
senyum ramah, pramugari tersebut memberitahu bahwa pesawat sudah penuh. “Tak ada tempat
duduk lain yang kosong,” jelas pramugari itu.
“Aku tidak mau tahu! Kamu harus mencarikan satu
tempat lagi untuk aku!” sergah wanita cantik itu dengan nada ketus dan setengah
berteriak.
“Baiklah, saya akan mencoba memeriksa kelas
bisnis. Semoga masih ada tempat duduk kosong untuk Ibu,” jawab sang pramugari
mengalah.
Tiga
menit kemudian, pramugari kembali dengan senyuman manis. “Di kelas bisnis
masih ada satu tempat duduk kosong. Saya telah mendapat izin untuk satu
penumpang yang ingin duduk disana,” kata pramugari tersebut ramah.
“Tetapi saya tidak diijinkan memberikan tempat
tersebut kepada Anda (sambil menunjuk wanita cantik dan kaya), orang yang tidak
berbudi pekerti. Karena itu, saya persilahkan Ibu (menunjuk kepada wanita
sederhana dan berkulit hitam) untuk menempati kursi di kelas bisnis yang masih
kosong,”
lanjut pramugari tersebut kemudian memandu wanita sederhana itu menuju tempat
duduk yang dimaksud.
Rupanya
banyak penumpang yang memperhatikan kejadian tersebut. Mereka ternyata juga
tidak bersimpati terhadap sikap sombong wanita cantik dan kaya itu. Sebagai
bentuk dukungan terhadap wanita sederhana tersebut, para penumpang pesawat yang
lain serentak memberikan tepukan hangat ketika wanita sederhana itu berdiri dan
berjalan menuju kelas bisnis.
Pesan :
Berbicara
adalah kenikmatan tiada tara yang tidak dapat
dinikmati oleh semua orang di dunia ini. Kemampuan berbicara memungkinkan kita
dapat mengutarakan keinginan melalui kata-kata yang diucapkan. Kenikmatan
berbicara akan mendatangkan manfaat lebih besar, jika yang terlontar adalah
kata-kata yang bermakna positif dan mengandung tujuan yang positif pula.
Dalam
kisah di atas kita dapat memetik pelajaran bahwa kenikmatan berbicara ternyata
juga mendatangkan bencana bagi pemiliknya. Wanita cantik dan kaya sebagai tokoh
dalam kisah tersebut tidak dapat memanfaatkan kenikmatan berbicara yang ia
miliki untuk melontarkan kata-kata dan tujuan yang positif. Sehingga ia
mendapatkan malu luar biasa.
Itu
baru salah satu contoh orang yang tidak dapat memanfaatkan kenikmatan
berbicara. Pada kenyataannya, sangat banyak orang yang harus menanggung akibat
lebih buruk karena tidak dapat menggunakan kenikmatan berbicara dengan baik. “Kata-kata yang
baik tidaklah mahal… Tapi banyak maknanya,” kata Blaise Pascal.
Banyak
sekali manfaat dari kemampuan berbicara. Seandainya wanita cantik dan kaya itu
memanfaatkan kenikmatan berbicara yang ia miliki untuk menegur dan berbincang
tentang hal-hal positif dan menyenangkan. Selain merasa lebih senang, wanita
itu tentu akan mendapatkan banyak keuntungan misalnya jaringan yang lebih luas.
Berdasarkan
penjelasan di atas, kita akan mendapatkan manfaat positif atau negatif dari
kenikmatan berbicara sangat ditentukan oleh sikap kita dalam menghadapi keadaan
dan orang lain, entah suasana hati kita sedang senang atau sedih, sedang
bahagia atau berduka. Tanamkan dalam hati dan pikiran bahwa kitalah yang
sepatutnya menyesuaikan diri dengan lingkungan, bukannya menuntut mereka
menjadi seperti yang kita senangi. Caranya adalah, “Perlakukan mereka sebagai orang
dewasa. Perlakukan mereka sebagai mitra. Perlakukan mereka dengan bermartabat.
Perlakukan mereka dengan rasa hormat,” demikian disebutkan dalam
buku In
Search of Excellence tulisan Tom Peters dan Robert Waterman.
No comments:
Post a Comment