Bagaimana menjalani hidup? Ada orang yang sama
sekali tak berdaya melewati hari-harinya. Ada orang yang menganggap hanya ada
hari ini, tidak ada hari esok, memuaskan diri sepuas-puasnya dalam sisa waktu yang
sangat pendek ini. Namun ada orang yang menikmati kehidupan sejati di setiap
terbit dan terbenamnya matahari. Ada orang yang berpegang teguh pada prinsip,
“tidak bekerja sehari, maka tidak makan sehari”, hidup dalam ketenangan batin
dengan bekerja. Ada orang yang suka bermalas-malasan dan benci bekerja,
frustrasi, serta menjalani hidup asal-asalan. Ada orang yang berusaha keras
dengan positif, menyusun rencana kehidupan dan mewujudkan impian mereka.
Sebagai contoh, sama-sama menikmati semangkuk
pangsit mie kuah, ada orang merasakan kelezatannya, ada pula yang merasa tidak
enak dimakan. Orang yang merasa lezat mungkin karena perutnya sedang lapar,
sedangkan orang yang merasa tidak enak mungkin karena perutnya kenyang. Orang
yang belum pernah mengalami kelaparan tidak akan mengetahui berharganya
makanan, sama halnya dengan seorang anak yang merasa kenyang saat makan siang.
Sang ibu sambil membawa sepiring nasi mengejar dan membujuknya, namun si anak
bersikukuh tidak mau memakannya. Sang ibu mengkhawatirkan anaknya tidak akan
tumbuh besar karena tidak makan. Ia telah menjalani kehidupan dengan
mengkhawatirkan hal yang tidak akan terjadi.
Sesungguhnya hari-hari dapat dilewati dengan
sederhana dan santai, juga dapat dilewati dengan sangat sibuk dan rumit, semuanya
merupakan tuntutan dan pilihan individu. Seperti halnya saya yang pernah
membelikan pakaian yang kualitasnya agak tinggi untuk anak saya, namun dia
justru rela memilih sendiri pakaian yang murah, karena teman-teman sekolahnya
juga demikian! Sejak itu saya tidak lagi memilihkan baju untuknya, melainkan
hanya mengusulkan, dengan demikian malah terasa menyenangkan dan relaks.
Siapapun tidak bisa mengatur jalan hidup orang
lain, kita tidak dapat meminta orang lain mengikuti jejak kita, namun kita hanya
dapat memberikan saran. Mungkin saja jalan yang kita usulkan itu aman dan
mulus, tetapi bukan pilihannya sendiri, bahkan kalaupun pilihannya salah, itu
menjadi urusannya sendiri. Hanya saja anak-anak tidak bisa merasakan
ketidak-nyamanan hati orang tua. Namun mungkin pada suatu hari ketika saatnya
tiba, dia akan sadar. Selama niat dalam hatinya baik, meskipun telah mengambil
jalan memutar, pada hakikatnya ia juga akan dapat menempuh jalan hidup yang
benar.
Yan Hui (salah satu murid Konfusius) pernah berkata,
“Sekalipun hidup hanya dengan sepiring nasi dan segayung air minum, saya tidak
akan mengubah niat hati.” Dengan keluhuran jiwa anggun semacam ini, ia rela
menerima nasibnya, ini mungkin hanya dapat dilakukan segelintir orang saja.
Namun dengan belajar mengurangi keinginan materi, menaikkan tingkat spiritual,
maka kita tidak akan dapat dikendalikan oleh kebendaan, tidak mudah terpengaruh
oleh godaan jahat eksternal. Tidak ada yang bisa membuat kita menjalani
kehidupan yang sulit, kecuali kita sendiri yang merasa sulit melewatinya.
“Gunung tidak berbelok, jalannya yang berbelok, jalan tidak berbelok, orangnya
yang berbelok, orangnya tidak berbelok, hatinyalah yang berbelok.” Kebesaran
manusia adalah karena kita dapat membuat pilihan. Memilih untuk menjadi majikan
bagi diri sendiri, bukan menjadi budak orang lain.
Bagaimana menjalani kehidupan? Tergantung
bagaimana hati akan menjalaninya! Tidak peduli nyaman atau sulit dijalani,
asalkan benar-benar dijalani untuk diri sendiri, maka tidak ada yang perlu disesalkan.
Semoga hati Anda dapat menjalani kehidupan dengan sebaik-baiknya.
No comments:
Post a Comment