Jul 24, 2013

GURU YOGA, GURU PUJA



Kekacauan kosmik di mana-mana. Ibarat topi yang mestinya menjadi penutup kepala, malah digunakan menutup kaki. Bali yang lama disebut surga terakhir oleh dunia, belakangan mengalami sejumlah hal menakutkan. Pemimpin yang dulunya menjadi sumber tuntunan, belakangan menjadi tontonan yang ditertawakan. 0rang tua dulu dihormati, belakangan dicaci maki.

Ada banyak kemungkinan sebab yang tersembunyi di balik hal ini, salah satu kemungkinan penting, masyarakat sedang bergerak tanpa bimbingan guru. Keadaanya mirip anak ayam yang kehilangan induk. Semuanya teriak-teriak tidak karuan penuh ketakutan dan ketidakpastian. Dalam kegalauan seperti ini, pertama mungkin gurunya belum lahir, atau gurunya sudah lahir namun manusia belum punya kemampuan untuk melihatnya, menemuinya apa lagi memujanya.

Syarat berjumpa guru

Andaikan guru-guru besar dari masa lalu seperti Sang Rama, Shri Krishna, Sang Buddha datang ke Bali, respon masyarakat akan   tergantung  pada  kesiapan seseorang menjumpai guru. Bagi mereka yang kekotoran batinnya (kemarahan, keserakahan, kedengkian) sudah bersih sempurna, lapar untuk selalu berbakti, akan menggigil menangis di depan tiga guru ini. Tidak ada kebutuhan yang lebih mendesak dari segera sujud mencium kaki guru. Bisa mencium kaki guru adalah berkah spiritual yang amat berlimpah. Jutaan kali pun terlahir jadi manusia, belum tentu ada berkah spiritual seperti ini.

Namun bagi mereka yang baru saja menjadi manusia (setelah lama berputar-putar di alam binatang), ditandai oleh hawa nafsu menggelora, amarah yang membara, dendam ke segala arah, iri yang belum pernah diobati, mencaci mereka yang penuh bakti, dengan entengnya akan bergumam: “turis India sing ngaba pipis” (turis India tidak bawa uang).

Dengan kata lain, memerlukan kebersihan batin sekaligus tabungan karma baik yang berlimpah untuk bisa melihat apa lagi sujud kepada guru.

Esensi versi Guru

Bagi pejalan kaki ke dalam diri yang sudah jauh, ada empat jenis guru yang berfungsi saling melengkapi. Dari guru hidup, guru buku suci, guru simbolik dan guru rahasia di dalam diri. Kebanyakan yogi tingkat tinggi berjumpa keempat guru ini secara berurutan seperti ini. Namun ada juga yang berjumpa guru dengan urutan yang berbeda.

Diantara banyak tugas guru, yang terpenting adalah mengintisarikan ajaran agar murid  punya pedoman bertindak. Bagi   orang  biasa,   bagus   kalau   belajar   bertindak   dalam keseharian dengan inti ajaran berupa Tatvamasi (semua mau bahagia, tidak ada yang mau menderita, untuk itu banyak menyayangi jangan menyakiti). Bagi Yogi di Bali, mungkin baik mengisi seluruh kehidupan dengan Bhakti Yoga. Dari bertani, menari sampai menjadi pegawai negeri, lakukanlah seserius mebakti di Pura. Memodifikasi pendapat Mahatma Gandhi yang menyebut “hidupku adalah pesanku yang sesungguhnya”, di jalan Bhakti Yoga berlaku rumus “hidupku adalah baktiku yang sesungguhnya”.   Guru besar Atisha Dipankara mengintisarikan ajaran ke dalam satu kata: Bodhichitta. Niat altruistik untuk mempersembahkan seluruh hidup demi keselamatan, kebahagiaan dan kebebasan semua mahluk.

Sebagaimana kisah Karna dalam cerita Maha Bharata yang melakukan guru yoga terhadap guru simbolik berupa patung Drona sehingga bisa menyamai Arjuna dalam memanah, di Tibet ada cerita serupa. Seorang Ibu dengan berkah spiritual mengagumkan, meminta puteranya yang sering ke India berdagang untuk membelikan relik (benda suci). Berapa kali pun putera ini pulang selalu lupa. Bosan dengan alasan lupa, Ibu ini pun mengancam bunuh diri kalau lupa lagi. Kali ini pun lupa. Namun begitu dekat rumahnya, tiba-tiba ingat dengan ancaman Ibunya. Takut dengan ancaman tadi, pedagang ini kemudian mencabut salah satu gigi bangkai anjing di pinggir jalan. Setelah dibungkus kain kuning, baru diberikan pada Ibunya.

Dasar seorang Ibu yang lahir dengan berkah spiritual yang berlimpah, tanpa ragu diletakkannya bungkusan kuning tadi di altar. Setiap hari (pagi, siang, sore, malam) ia bersujud tanpa henti di bawah guru simbolik yang diyakini sebagai relik. Untuk membuat ceritanya ringkas, Ibu ini tatkala meninggal merealisasikan tubuh pelangi. Dari tubuhnya keluar cahaya warna-warni sebagai tanda realisasi spiritual tingkat tinggi.

Kadang ada yang bertanya, kenapa sudah berjumpa guru hidup ternyata tidak berubah? Kemungkinan pertama, hubungan karma antara guru dan muridnya lemah, atau malah mungkin tidak ada sama sekali. Untuk itu, disarankan mencari guru lain dengan hubungan karma yang kuat.

Kemungkinan kedua, bila pencerahan diibaratkan sebagai mekarnya bunga Padma, tugas guru hanya memancarkan sinar matahari. Tugas murid lebih banyak. Dari membeli pot, mencari lumpur, menanam bibit, memupuk sampai memelihara pohonnya. Dengan kata lain, berjumpa guru bila tidak disertai kerja keras di sisi murid (tapa brata misalnya), ia serupa menunggu bunga Padma jatuh dari sinar matahari.

Guru sebagai barometer

Guru adalah barometer perjalanan bagi murid. Bila murid masih melihat guru sebagai manusia biasa, apa lagi muridnya masih tidak percaya bahkan menghina, artinya perjalanan spiritual masih jauh. Jika guru sudah terlihat wajah aslinya sebagai mahluk suci (Shiva, Buddha dll) berarti perjalanan sudah dekat. Dari segi guru, judul murid tidak memberikan pengaruh apa-apa. Mau disebut Tuhan atau setan, Buddha atau mara, tidak ada bedanya. Namun bagi murid, guru ibarat cermin dirinya. Bila guru terlihat suci, berarti batin murid sudah suci.

Oleh karena itulah, penekun-penekun guru yoga akan hati-hati sekali dalam memandang dan memperlakukan guru. Bila ada seberkas ketidakyakinan (apa lagi penghinaan) terhadap guru, ia akan buru-buru sujud dan minta maaf. Tidak sedikit manusia yang hidupnya berbahaya, hanya karena melakukan kesalahan dalam hal ini. Di jalan guru yoga, guru senantiasa diletakkan di atas kepala. Apa pun yang muncul dalam kehidupan,  diyakini sebagai kemunculan guru. Yang menyenangkan adalah tanda guru sedang memberi hadiah agar murid penuh semangat dalam berlatih. Yang menjengkelkan,  tanda guru sedang membimbing agar murid tidak terseret oleh arus duniawi yang berbahaya. Dan tugas terpenting murid di jalan Guru Yoga adalah menyenangkan Guru dengan melaksanakan inti sari ajarannya. Banyak murid yang mengalami realisasi spiritual tingkat tinggi dengan melaksanakan tugas terakhir.


No comments:

Post a Comment

Bookmark and Share
Custom Search