Kehidupan manusia
ibarat sebuah kapal, jika di dalam pelayaran hidupnya terlalu banyak dan
terlalu berat dimuat dengan keinginan (nafsu) materi dan sifat sombong, maka
perahu kehidupan ini sangat mudah kandas dan tenggelam di tengah perjalanan.
Jika ingin mencapai tepian kehidupan di seberang sana
dengan lancar, maka wajib untuk segera mengurangi muatan yang berat itu, dan
hanya mengambil batas terendah materi yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup,
dan dengan tegas melepaskan ketamakan serta nafsu keinginan dalam hati manusia
yang berlebihan.
Baru-baru ini saya sering mendengar perkataan beberapa
teman melakukan investasi di saham atau kegiatan MLM (multi level marketing).
Uang mereka dalam jumlah besar telah tertipu oleh pedagang curang. Dari
teman-teman yang tertipu ini mereka semua memiliki kelemahan yang sama, yaitu
hati yang sangat tamak.
Jika dipikir dengan seksam a, akan segera dapat diketahui
bahwa dalam investasi dan perdagangan sangat mustahil untuk bisa mendapatkan
keuntungan 50 kali lipat hanya dalam satu kali raup, tapi masih ada saja orang
yang dihantui dengan ketamakan yang dengan mudah mempercayai perusahaan yang
mengatakan bahwa saham perusahaannya dapat naik 50 kali lipat, sehingga
akhirnya tertipu dan uangnya habis.
Jelas-jelas mengetahui bahwa pengelolaan dan aturan
pembagian hasil dari perusahaan MLM tidak transparan, tapi ketika kelihatan
satu lembar cek tunai bernominal satu juta dollar, masih saja beranggapan bahwa
asalkan serius menjalankan MLM bisa segera menjadi jutawan, cek tersebut juga
sudah tidak perlu diperiksa lagi keasliannya dan dengan mudah percaya pada
janji orang lain, akhirnya uang dalam jumlah besar pun habis tak bersisa hanya
untuk membeli barang-barang tak berkualitas yang menumpuk bagaikan gunung.
Penduduk asli di Afrika mempunyai cara yang unik untuk
menangkap simpanse : Di dalam sebuah kotak kayu kecil diletakkan buah-buahan
yang berkulit keras yang disukai oleh simpanse, pada salah satu sisi kotak
tersebut dibuat sebuah lubang yang besarnya persis sebesar tangan simpanse agar
dapat masuk untuk mengambil buah-buahan di dalamnya, begitu simpanse
menjulurkan tangan ke dalam dan meraih buah-buahan yang ada di dalam, maka
tangannya tidak akan dapat ditarik keluar lagi dari lubang itu, cara ini sering
digunakan oleh penduduk untuk menangkap simpanse.
Sebab simpanse ada satu kebiasaan, yaitu tidak mudah
melepaskan benda apa pun yang telah digenggam dalam tangannya.
Orang-orang selalu menertawakan kebodohan simpanse :
mengapa tidak melepaskan buah dalam genggamannya itu lalu melarikan diri?
Sesungguhnya jika kita renungkan kembali hal yang terjadi pada diri kita, kita
juga akan mendapati bahwa tidak hanya simpanse yang bisa berbuat kesalahan
seperti itu.
Di kampung halaman saya, semasa kecil dulu, pernah
terjadi bencana kebakaran, waktu itu ada satu keluarga yang miskin yang
berhasil selamat dari kobaran api karena tidak memiliki harta apa pun, sehingga
lolos dari mara bahaya itu. Sebaliknya tetangga mereka yang kaya raya,
menerjang masuk kembali ke dalam kobaran api dan berusaha untuk menyelamatkan
perabotnya yang mahal dan mencari uangnya, akhirnya tertelan kobaran api dan
tidak pernah keluar lagi.
Kehidupan bagaikan perahu. Semakin sedikit memiliki
kekayaan benda materi, semakin ringan pula beban dalam kehidupan ini, maka dari
itu melepaskan ketamakan hati manusia akan meringankan muatan dan bisa bergerak
maju ke depan, maka manusia akan hidup wajar dan lepas bebas.
Kekayaan materi hidup tidak bisa dibawa serta, mati pun
tidak bisa dibawa pergi, tahu akan batasan dan mengekang keinginan materi dan
sifat sombong, maka pasti akan membuat perjalanan hidup ini menjadi lancar,
dengan lega dan mudah mencapai ke tepian di seberang sana yang terang
benderang.
No comments:
Post a Comment