Dalam kolam di
lingkungan taman sebuah vihara, tinggallah sekumpulan katak. Salah satu katak
itu gemar mendengarkan lantunan lagu-lagu do'a dari dalam vihara. Setiap pagi
ia sengaja melompat ke tepi kolam dan memperhatikan para pengunjung yang sedang
berdoa kepada Buddha.
Lama kelamaan katak
itu ingin berdiri dan berjalan seperti para pengunjung yang setiap pagi memberi
hormat dan berdo'a kepada sang Buddha. Sudah hampir satu bulan katak itu rajin
berdo'a, memohon agar sang Buddha menga-bulkan impiannya itu. Tiba-tiba muncul
sekilat cahaya terang menerpa kakinya. Sungguh ajaib, sejak saat itu ia dapat
berdiri diatas kedua kakinya.
Sang katak merasa
sangat girang. Ia segera terjun kedalam kolam, tidak sabar ingin segera
menunjukkan kehebatannya berdiri diatas dua kaki kepada katak-katak yang lain.
Dengan bangga ia menunjukkan kehebatannya, dan menda-patkan respon yang luar
biasa dari katak yang lain.
Tetapi celakanya,
pada saat yang sama tiba-tiba datang serangan dari seekor ular yang sedari tadi
sudah bersiap menerkam sang katak. Sang katak berusaha kabur. Ia berlari dengan
kedua kakinya, karena itu ia tidak dapat berlari kencang. Hampir saja ia
dimangsa ular, bila tidak ditolong seorang penjaga taman.
Setelah kejadian
itu ia baru mengerti bahwa ia telah menghabiskan terlalu banyak waktu untuk
mengagumi kemampuan manusia. Seharusnya waktu yang sangat berharga itu ia
manfaatkan untuk mengasah kemampuannya. "Saya ingin melompat lebih jauh
dan tinggi, dan menjadi katak pelompat yang paling hebat," bisiknya dalam
hati. Sejak saat itu ia sangat menghargai waktu dan potensinya, dengan terus
meningkatkan kemampuan melompat serta menjalani kehidupan dengan lebih bersemangat
dan percaya diri.
Pesan :
Kisah tersebut
merupakan cerminan kehidupan kita, dimana sangat banyak orang yang mengagumi
kelebihan orang lain, misalnya dalam hal fisik yang rupawan, prestasi yang
cemerlang ataupun kemampuan lainnya. Sampai-sampai tidak sedikit diantara
mereka rela meniru setiap gerak-gerik maupun penampilan orang-orang yang
dikagumi. Mereka mengalami krisis identitas.
Padahal sebenarnya
diri kita sendiri menyimpan kelebihan-kelebihan yang dapat menjadi kekaguman
banyak orang. Mengapa kita tidak ingin membuat orang lain kagum terhadap segala
kelebihan yang kita miliki? Jangan hanya mengagumi orang-orang yang telah
berhasil itu, tetapi jadikan mereka sebagai inspirasi untuk mengembangkan
potensi besar yang kita miliki. "Untuk memahami hati dan pemikiran
seseorang, jangan melihat apa yang telah mereka capai, tapi lihat apa yang
mereka inspirasikan saat ini," kata Kahlil Gibran.
Langkah pertama
untuk menjadi kekaguman banyak orang adalah mengenali diri kita sendiri, dengan
segala kelebihan dan kekurangan, dengan segala prestasi maupun kesalahan yang
pernah kita perbuat. Kemudian ciptakan impian yang mampu menjadi daya dorong
atau memicu semangat untuk berbuat sesuatu. Jack Kinder menyebutkan,
"Prestasi yang tinggi selalu adalah hasil harapan dari yang tinggi."
Jadi jangan pernah takut untuk bermimpi.
No comments:
Post a Comment