Jul 3, 2013

PERUSAHAAN HANYA ATM



Sudah baca tulisan saya “Mengapa Hidup Harus Disiasati?” bagian tulisan tentang Pak Murthi yang pendiri Infosys? Ternyata ada beberapa yang tidak setuju dengan beliau. Hebat sekali ya? 

Karena ternyata berapa orang yang saya kenal itu bahkan belum mencapai posisi level ke dua di perusahaan tempat dia bekerja. Tetapi tetap tidak setuju dengan kata-kata Pak Murthi. Mereka menyatakan bahwa untuk mencapai level yang tinggi, Pak Murthi pasti melewati masa-masa bekerja dari pagi hingga pagi lagi.
Saya tidak tahu apakah itu benar atau tidak. Karena saya belum pernah tahu sejarah hidup apalagi perjalanan karir Narayana Murthi. Jadi saya bukan orang yang berani menyatakan apakah beliau pernah bekerja dari pagi hingga pagi lagi, atau tidak. Yang saya tahu tentang beliau mungkin tidak lebih banyak daripada yang Anda tahu, seperti bahwa beliau termasuk dalam daftar orang terkaya sedunia versi majalah Forbes tahun 2007.

Tetapi saya pernah bekerja dari pagi hingga pagi lagi selama dua minggu penuh. Sebaliknya saya juga pernah pulang dari kantor saat jam kerja berakhir.

Tidak banyak bedanya bila dibanding kenyataan dalam perusahaan. Kecuali bahwa bila Anda sedang mengerjakan sebuah proyek, maka akan dapat segera selesai bila Anda bekerja dari pagi hingga pagi lagi. Tetapi seberapa tahan Anda bekerja terus-menerus sedemikian rupa? Sangat tergantung berapa usia Anda sekarang. Bila Anda berusia di bawah 30 tahun, maka Anda mungkin kuat bekerja sedemikian selama kurang lebih 15 sampai 20 hari. Semakin tinggi usia Anda maka semakin pendek pula durasi Anda mampu bekerja terus-menerus dari pagi hingga pagi lagi.

Hal kedua yang perlu saya pertanyakan adalah Anda yang lebih memilih mengikuti permintaan atasan dibandingkan menjaga etika profesi Anda. Andaipun Anda tidak menganggap Anda memiliki profesi seperti sekretaris, jurnalis, akuntan, ahli hukum, atau hal lain, tetapi ada etika lain yang mengatur hal-hal yang bisa dan tidak boleh dilakukan: etika perusahaan.

Sementara mari kita anggap bahwa Anda mempunyai profesi tertentu yang memiliki etika profesi tertentu. Sadarkah Anda bahwa ketika Anda memiliki profesi, maka etika profesi lebih tinggi dari perusahaan. Bila Anda akuntan, maka apapun yang ada dalam PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) dan PABU (Prinsip Akuntansi Berterima Umum) atau dalam bahasa lain dikenal sebagai generally accepted accounting principles adalah dasar etika yang lebih perlu dijaga.

Pernah dengar Enron, Worldcom dan Sarbanes Oxley Act 2002? Ya, itu semua terjadi akibat kepentingan sebagian petinggi perusahaan dan juga kepentingan perusahaan dianggap lebih tinggi daripada etika profesi. Maka perusahaan yang dalam tempo 6 bulan naik tinggi harga sahamnya di NYSE (New York Stock Exchange) mendadak harus mengajukan pernyataan bangkrut, karena kesalahan yang disengaja dalam pengakuntansian.

Mengapa prinsip akuntansi, etika akuntan harus lebih dijaga daripada kepentingan perusahaan. Karena etika akuntan, prinsip akuntansi dibuat dengan didasarkan pada kepentingan banyak pihak yang terlibat dengan perusahaan. Bukan hanya didasarkan pada beberapa pihak tertentu saja. Karena itu bagi akuntan, prinsip akuntansi adalah aturan tertinggi yang harus diikuti.

Bagaimana bila hal itu bertentangan dengan keinginan pimpinan? Oh ya, ada prinsip akuntansi yang bertentangan dengan keinginan pimpinan? Tentu saja ada, kan ada contoh Enron dan Sarbanes Oxley Act 2002 tadi.
 
Itulah maka saya kutip Narayana Murthi yang pernah bilang “jangan pernah terlalu mencintai perusahaan, karena Anda tidak tahu kapan perusahaan berhenti mencintai Anda”.
Perusahaan sebagaimana semua hal yang berada di bawah Allah, adalah fana. Tidak tetap, karena itu ada perkataan bahwa hal yang paling pasti di dunia ini adalah ketidak pastian. Begitu pula dengan perusahaan. Begitu pula dengan jabatan.

Saya kutip kembali perkataan lain dari beliau. Tetaplah pegang 2 kalimat Sansekerta sebagai prinsip hidup: Sathyannasti Paro Dharma – tidak ada dharma yang lebih tinggi daripada setia kepada kebenaran dan Satyameva javate - hanya kebenaran saja yang akan menang. Mari gunakan hal tersebut sebagai motto untuk kepemimpinan.

Lihatlah beliau, orang yang besar karena membesarkan Infosys, orang yang termasuk dalam daftar orang terkaya sedunia versi Forbes dan telah mendapatkan kehormatan dari PM India. PM India bahkan menyatakan beliau sebagai aikon nasional, memiliki nama yang terkenal secara global, sumber inspirasi yang luar biasa (tremendous) bagi entrepreneurs muda dan role model bagi para CEO di seluruh dunia.
Rasanya tidak ada yang kurang dari beliau, dan beliau menyatakan 3 hal penting. Setia pada kebenaran, hanya kebenaran yang akan menang, dan jangan terlalu mencintai perusahaan karena Anda tidak pernah tahu kapan perusahaan berhenti mencintai Anda.

Kebenaran dalam pekerjaan hanya berasal dari hal-hal yang digariskan oleh profesi. Kebenaran dalam perusahaan hanya bersumber dari peraturan dan kebijakan yang ditetapkan oleh perusahaan. Kebenaran di perusahaan bukan bermula dari apa yang diperintahkan oleh atasan. Sehingga tetap saja kebenaran yang harus menang.

Tetapi, mengapa sebagian besar kawan saya begitu patuh pada atasan dan takut kehilangan jabatan?
Sayang sekali, ya. Mereka tidak pernah tahu, tidak mau menyadari bahwa Allah adalah yang tertinggi. Perusahaan, atasan, jabatan, itu semua berada jauh di bawah. Rezeki tidak datang dari perusahaan, atasan dan jabatan. Rezeki dari Allah. Penghasilan, gaji, tunjangan, bonus itu juga datang karena Anda mendapatkan rezeki.

Sama seperti ketika Anda mendapatkan uang yang keluar dari mesin ATM. Uang yang keluar itu adalah milik Anda, mesin ATM hanya alat untuk membuat uang itu keluar agar dapat Anda pergunakan. Maka demikian pula dengan rezeki, itu milik Allah, Sang Maha Penguasa, Pemilik segala hal yang ada di dunia, dan mengalir ke Anda lewat sebuah mesin ATM yang bernama: perusahaan.

ardian.syam@gmail.com – Medan – April 2007

No comments:

Post a Comment

Bookmark and Share
Custom Search