Belas kasih Tuhan, tidak menginginkan apapun
dari manusia, juga tidak membawa kerugian apapun pada manusia, hanya meminta
manusia untuk mempercayai sepatah kata kebaikan-Nya.
Umumnya manusia paling mempercayai benda-benda
yang berada di depan mata. Hati mudah tergiur pada hal yang mereka anggap indah
atau menarik, keinginan ini dan itu paling mudah timbul, tetapi yang paling
sulit mereka capai adalah perasaan puas dengan apa yang mereka peroleh.
Mana ada kehidupan yang menganggap dirinya
hidup tanpa prinsip? Semua orang menganggap dirinya paling berakal budi dan
pandai, keputusan yang mereka ambil jika bukan yang paling baik, juga bisa
terhitung sangat bijaksana. Manusia masih mempunyai banyak sekali ciri khas
seperti pelupa, mendekati keuntungan dan menghindari kerugian, pencuriga, mudah
tergoyahkan dan lain sebagainya.
Film yang mengisahkan Bahtera Nabi Nuh
menggambarkan sebuah kisah yang sangat bagus. Meski kisahnya diketahui setiap
orang, tetapi siapa yang dapat mengingat dan mengambil hikmah dari kisah
tersebut? Tak jarang orang beranggapan, “Itu hanya dongeng, legenda, atau
karangan belaka!” Ada pula yang menganggapnya sebagai penghibur untuk
menghabiskan waktu, tak perlu dianggap serius.
Dalam sejarah ada berbagai bangsa yang
memiliki catatan tentang air bah. Termasuk bangsa China. Bukankah orang
Tionghoa banyak mengetahui cerita Da Yu menanggulangi air? Siapa yang
benar-benar memikirkan makna mendalam kisah tersebut dan asal usul cerita ini?
Sesungguhnya cerita tersebut merupakan catatan sejarah tentang hidup atau mati
seluruh umat manusia di dunia, mengingatkan agar anak cucu kita jangan sampai
mengulang kesalahan dan tragedi yang sama.
Moral manusia yang sudah bejat akan
dimusnahkan Sang Pencipta, yang disisakan hanyalah manusia yang benar-benar
patuh pada titah-Nya dan manusia yang benar-benar jujur serta lurus.
Tuhan memusnahkan Kota Sodom merupakan
peringatan pertama kepada umat manusia. Nabi Ibrahim (Abraham) merasakan
terlalu kejam. Tuhan lalu bertanya kepada Nabi Ibrahim, jika dia bisa memilih
sepuluh orang yang benar-benar jujur dan lurus dalam kota itu, maka Tuhan akan
membebaskan kota itu dari kemusnahan.
Nabi Ibrahim dan istrinya, Sarah, memeras otak
memilihnya, akhirnya hanya Lot (kemenakan Nabi Ibrahim) saja yang memenuhi
syarat sedangkan istrinya masuk hitungan secara terpaksa. Tuhan memberikan
petunjuk, agar dalam perjalanan mereka meninggalkan kota tersebut, jangan
sekali-kali menengok ke belakang. Akhirnya istri Lot tidak kuasa menahan godaan dari rasa ingin
tahu dan mengabaikan perkataan Tuhan. Ia berteriak histeris melepas pegangan
suaminya, dan menoleh ke belakang untuk memuaskan rasa ingin tahunya. Sekejap
dia segera menjadi sosok mayat kering yang berdiri di sana. Lot menahan
kesedihan dan rasa ingin tahu. Sekuat tenaga dia merangkul leher untuk tidak
melihat ke belakang, akhirnya dia terselamatkan.
Api langit yang memusnahkan Kota Sodom, tidak
juga menggugah hati generasi penerus, moralitas terus merosot kian drastis
seperti sediakala. Perkelahian, kebohongan, kemalasan, melakukan perbuatan
sumbang, pembantaian. Karena itu Tuhan terpaksa mengambil keputusan yang
menyedihkan, yakni memusnahkan seluruh umat manusia. Maka dari itu baru ada
kisah Bahtera Nabi Nuh yang menjadi cerita sepanjang masa.
Keluarga Nabi Nuh sangat baik dan jujur,
banyak sekali hewan baik pilihan Tuhan juga mendapatkan penyelamatan. Tetapi
ketika air bah hampir tiba, anak Nabi Nuh menjadi sedikit ragu terhadap Tuhan,
karena rasa putus asa akan penantian yang panjang dan tidak menentu. Sehingga tercetus
ucapan yang keterlaluan terhadap ayahnya, sebenarnya perkataan anak Nabi Nuh
itu mempunyai maksud mempertanyakan Tuhan.
Manusia sulit sekali meyakini sesuatu dengan
teguh. Memang tidak mudah, bahkan sangat sulit bagi seseorang untuk tetap
percaya saat dalam kesulitan, dalam perjalanan yang tidak nampak penghujungnya,
ia masih tetap mempertahankan keyakinan dengan teguh, bahkan tak segan
mengorbankan nyawa untuk membela prinsip kebenaran yang tidak terlihat.
Kita bisa memahami perasaan anak Nabi Nuh saat
itu, tetapi pada hakikatnya merupakan lembaran catatan manusia yang kurang
terhormat. Sebagai seorang manusia yang telah melihat dan membuktikan
kemukjizatan dan janji Tuhan, dalam keputusasaan penantian jangka waktu yang
sangat lama akhirnya ia juga masih bisa merasa risau dan tergoyahkan.
Andaikata seseorang yang telah melangkah pada
jalan kematian, tetapi dia sudah menyaksikan sejarah, bisa hidup beberapa hari
lebih lama dan mati dengan jelas dibandingkan dengan orang yang mati secara
tidak sadar, apakah masih ada yang disesalkan? Tetapi tidak demikian pemikiran
orang zaman sekarang, banyak dari mereka jika tidak bisa mendapatkan kepuasan
sesaat akan merasa sakit hati.
Manusia memang manusia, setiap saat bisa
dijumpai nyawa manusia yang terbatas dalam taraf hidupnya. Bukan karena masalah
kehidupan tingkat tinggi yang tidak memberikan perhatian kepada manusia, tetapi
keterbelakangan manusia itu sendiri yang menyebabkannya. Kebanyakan orang sulit
sekali memahami hal ini. Jika dibandingkan, Nuh sebagai ayah masih lebih jujur
dan baik hati, lebih tahan uji daripada anaknya.
Memang benar, bagaimanapun juga semua cerita
itu adalah peninggalan yang lama sekali dalam sejarah, percaya atau tidak, ada
bukti apa yang masih tersisa? Baik api langit maupun air bah, bukankah sangat
berlawanan dengan hukum obyektif? Pada hakikatnya matahari terbit dari sebelah
timur dan tenggelam di sebelah barat merupakan sebuah hukum alam, hukum alam
selama beribu-ribu tahun yang tidak perlu diragukan lagi.
Tetapi jika dua kutub dari bumi ditukar tempat
maka matahari akan terbit dari sebelah barat. Tentu hal ini hanya merupakan
sebuah fiksi saja, siapa yang bisa melakukan hal itu? Tetapi alam semesta luas
tak terbatas, planet-planet yang bagaikan pasir dan debu, semuanya bergerak
dengan sangat teratur dan presisinya melebihi sebuah alroji buatan Swiss.
Bukankah ini menunjukkan keagungan Sang Pencipta? Jika semua bisa diatur dengan
sangat presisi dan cerdik, lalu bukankah merupakan hal kecil jika posisi salah
satu partikel itu akan diganti? Hanya tergantung memang dibutuhkan atau
tidak.
Maka tidak peduli api langit atau air bah,
tidak boleh hanya karena fenomena hukum itu tidak sering kita jumpai, kita lalu
menyangkalnya tanpa sebab. Lagi pula belas kasih Tuhan, tidak menginginkan
apapun dari manusia, juga tidak membawa kerugian apapun pada manusia, hanya
meminta manusia untuk mempercayai sepatah kata kebaikan-Nya..
Seorang kultivator yang percaya pada Sang
Pencipta, dalam pengorbanan dan kesengsaraan ia akan meneguhkan pikiran lurus.
Dengan keyakinan hati yang teguh, ia memberitahu manusia tentang masa depan,
membantu manusia untuk memilih masa depan, dengan demikian baru bisa
menyelamatkan manusia. Jika sebagai seorang kultivator masih memiliki hati yang
serba ragu, bagaimana bisa membuat orang lain percaya? Perasaan suka dan duka
di dalamnya, tidak bisa dibayangkan manusia yang masih belum berkultivasi.
Pikiran Dewa yang demikian teguh itu jauh lebih sulit dibandingkan dengan
mendaki Gunung Himalaya.
Tidak boleh ada sedikit keraguan, perasaan ini
harus dimusnahkan semua. Inilah yang disebut kultivasi, hal tersebut adalah
proses membumbung dari hakiki kehidupan. Ini tidak bisa dijelaskan ahli
psikologi atau kejiwaan lainnya, karena sesungguhnya ini bukanlah persoalan manusia.
Sejarah mendatang yang akan memberikan kesaksian bagi semuanya ini.
Masa mendatang, kesadaran dan kepercayaan, ini
adalah persoalan antara manusia dan Dewa, merupakan semacam pengalaman khusus
dalam suatu proses kehidupan. Bagi yang menganut ateisme atau yang kurang
percaya, mereka tidak akan memahami
semuanya ini, mereka tidak akan pernah menempuh perjalanan seperti ini, tidak
ada pengalaman hidup seperti ini.
Wahai manusia, kalian hanya diminta
mendengarkan dan mempercayai sepatah kata kebaikan saja, suatu pernyataan sikap
saja, tidak ada orang yang akan mendaftar ataupun merekrut Anda untuk menjadi
anggota, hanya membutuhkan sepatah kata yang keluar dari lubuk hati Anda saja.
Selanjutnya kita melanjutkan perjalanan hidup
masing-masing, tanpa saling mengenal, apa yang Anda khawatirkan dan takutkan?
Hanya dengan kepercayaan yang tidak terhitung apa-apa tetapi yang dapat
membawakan kebahagiaan yang kekal bagi kehidupan, mengapa Anda tidak mau?
No comments:
Post a Comment