Bukan hanya bagi orang yang terjerumus dalam
kerisauan saja yang membutuhkan seorang pendengar saksama, bagi orang yang
sedang dalam keadaan lancar pun juga membutuhkannya.
Teman saya membuka praktek psikiater. Suatu
ketika datang pasien seorang ibu tua yang terlihat sangat risau. Dia berkata,
“Saat muda, saya menanggung banyak kesengsaraan demi anak. Setelah anak
menikah, saya mengira bisa sedikit santai, tetapi siapa sangka menantu saya
setiap hari bertengkar dengan saya, sedangkan anak saya juga tidak mau
mendengarkan perkataan saya, selalu membuat emosi.”
Selanjutnya ibu itu tak henti-hentinya
bercerita tentang masalah-masalah kecil dalam keluarga kepada dokter psikiater
itu. Sebenarnya masalah itu biasa saja, setiap rumah tangga pasti akan
menemuinya. Namun teman saya tidak mengeluarkan sepatah kata pun, dengan penuh
perhatian dia mendengarkan keluh kesahnya yang semakin meracau.
Akhirnya ibu tua itu menghela napas panjang,
dengan perasaan puas dia berdiri dari tempat duduknya dan berkata, “Anda
seorang dokter yang baik, melalui bimbingan Anda, saya sudah merasa lebih
baik.” Sebenarnya teman saya sama sekali tidak mengatakan apa pun, karena dia
tahu yang dibutuhkan ibu itu bukanlah pengobatan, dia hanya membutuhkan
seseorang yang bisa mendengarkan segala kerisauan hatinya.
Kebanyakan orang dalam tahap tertentu
mempunyai semacam hasrat bisa mencurahkan segala perasaan hatinya. Ketika
Amerika sedang perang saudara, Presiden Lincoln pernah menulis sepucuk surat
kepada tetangga lama yang tinggal di desa, mengundangnya datang ke Washington
DC. Dalam surat, Lincoln mengatakan ada persoalan yang ingin di diskusikan
dengannya.
Setelah datang ke Gedung Putih, Presiden
Lincoln membicarakan masalah deklarasi tentang pembebasan perbudakan kulit
hitam apakah sesuai atau tidak. Dan beberapa jam kemudian, Lincoln mengucapkan
salam perpisahan dengan temannya. Di luar dugaan dia sama sekali tidak
menanyakan pendapat apapun kepadanya.
“Setelah percakapan itu Lincoln terlihat agak
tenang dan nyaman,” kata teman lama itu. Lincoln sebenarnya tidak membutuhkan
saran, dia hanya membutuhkan seseorang yang baik dan simpati untuk
mendengarkannya, dengan demikian dia bisa melampiaskan semua keresahan dalam
hatinya tanpa unsur tekanan.
Bukan hanya ibu tua dan Lincoln saja yang
terjerumus dalam keresahan, bagi orang yang sedang dalam keadaan yang lancar,
juga membutuhkan orang yang bisa mendengarkan mereka dengan saksama.
Seorang teman wartawan pernah bercerita
pengalamannya kepada saya. Ada seorang artis film yang sangat ternama. Menurut
cerita, artis tersebut sangat sulit untuk didekati. Dengan wartawan yang ingin
mewawancarainya, juga tidak pernah mau bekerja sama. Tetapi suatu hari teman
wartawan saya malah bisa duduk bersama dengan artis ternama ini. Mereka berdua
duduk di sebuah café yang sepi, ngobrol hampir setengah hari penuh.
“Tidak ada kunci rahasia apapun,” kata teman
wartawan itu. “Saya hanya menganggap dia sebagai seorang teman yang karib,
mendengarkan dia menceritakan semua masalah kecil apapun yang ingin
diceritakan, serta tidak memutus pembicaraannya.”
Orang yang mencapai keberhasilan dalam karier
acapkali hasilnya sebanding dengan besarnya tekanan yang dia alami. Tekanan
semacam ini tidak bisa ditunjukkan dengan sekehendak hati. Seringkali kita
semua mengagumi prestasi yang dia capai, tetapi mengabaikan kerisauan hati yang
mereka alami. Bagi mereka boleh dikatakan, pendengar yang jujur dan tulus jauh
lebih penting jika dibandingkan dengan tepuk tangan dan karangan bunga.
Dengan sikap sebagai seorang pendengar,
bertukar pandangan dengan orang lain, adalah cara yang baik untuk mendapatkan
kesan baik bahkan dihormati orang lain. Senantiasa ingatlah untuk bisa menjadi
seorang pendengar yang saksama, tidak menyebarluaskan, tidak ribut, mau
mengerti maksud orang lain, mengerti bagaimana memberi perhatian dan memberi
kelonggaran kepada orang lain.
Di dalam kehidupan zaman modern ini, memiliki
perangai seperti ini merupakan hal yang patut dihargai
No comments:
Post a Comment