Penulis : Ardian Syam ( Profil Penulis )
Semua orang tahu bahwa elang adalah burung yang mampu terbang paling tinggi
di dunia ini. Elang bahkan membuat sarang di ketinggian. Padahal semua tahu
bahwa di ketinggian, angin selalu bertiup sangat kencang.
Elang merupakan jenis unggas yang mempunyai umur paling panjang didunia.
Umurnya dapat mencapai 70 tahun. Tetapi untuk mencapai umur sepanjang itu
seekor elang harus membuat suatu keputusan yang sangat berat pada umurnya yang
ke 40.
Ketika elang berumur 40 tahun, cakarnya mulai menua, paruhnya menjadi
panjang dan membengkok hingga hampir menyentuh dadanya. Sayapnya menjadi sangat
berat karena bulunya telah tumbuh lebat dan tebal, sehingga sangat menyulitkan
waktu terbang. Pada saat itu, elang hanya mempunyai dua pilihan: Menunggu
kematian, atau mengalami suatu proses transformasi yang sangat menyakitkan ---
suatu proses transformasi yang panjang selama 150 hari.
Untuk melakukan transformasi itu, elang harus berusaha keras terbang ke
atas puncak gunung untuk kemudian membuat sarang di tepi jurang , berhenti dan
tinggal disana selama proses transformasi berlangsung.
Pertama-tama, elang harus mematukkan paruhnya pada batu karang sampai paruh
tersebut terlepas dari mulutnya, kemudian berdiam beberapa lama menunggu
tumbuhnya paruh baru. Dengan paruh yang baru tumbuh itu, ia harus mencabut satu
persatu cakar-cakarnya dan ketika cakar yang baru sudah tumbuh, ia akan
mencabut bulu badannya satu demi satu. Suatu proses yang panjang dan
menyakitkan. Lima bulan kemudian, bulu-bulu elang yang baru sudah tumbuh. Elang
mulai dapat terbang kembali. Kutipan di atas saya dapat dari Hendry Risjawan di
www.wikimu.com.
Elang selama ini menjadi icon bagi banyak motivator trainer untuk menunjukkan
bahwa seseorang perlu memotivasi diri untuk terus terbang ke atas semakin
tinggi hingga sampai di atap dunia. Bahkan ada novel kecil dengan judul
"Jonathan Livingstone Seagull", tentang seekor Camar yang berusaha
untuk terbang lebih tinggi seperti elang.
Ternyata elang tidak mendapatkan semua itu secara serta merta. Bahkan
secara genetis saja elang tidak mendapatkan kemudahan untuk terbang tinggi.
Benar bahwa bentuk tubuh, rentang sayap dan kekuatan kepak dan bulu-bulu sayap
memang memungkinkan elang untuk terbang tinggi. Tetapi kemampuan terbang tinggi
itu tidak mudah untuk dipertahankan.
Hanya saja, elang tidak melakukan pilihan. Elang melakukan begitu saja
tanpa berfikir. Semua proses 150 hari tersebut dilakukan tanpa pernah
menimbang-nimbang apakah akan terasa menyakitkan. Bagaimana dia mengumpulkan
makanan agar tetap memiliki energi selama proses transformasi, tidak pernah dia
fikirkan. Semua dijalankan sebagai sebuah keharusan hidup.
Sebagai manusia kita memang memiliki kebebasan untuk memilih. Namun
sayangnya ada zona kenyamanan yang seringkali membatasi pilihan-pilihan hidup
kita. Tetapi benarkah kita lebih menyukai kenyamanan kekinian dibandingkan
kenyamanan lain.
Kenyamanan lain? Ya, ada beberapa hal yang selama ini kita tidak miliki dan
sangat ingin kita miliki, tetapi itu berarti kita harus mengubah sesuatu. Cara
hidup kita selama ini perlu kita ubah bila kita ingin mendapatkan sesuatu.
Analoginya sangat mudah, ketika Anda ingin pergi ke suatu tempat padahal
Anda tidak sedang berada di tempat itu, maka Anda harus bergerak pindah tempat.
Bukankah itu berarti tempat Anda berdiri berubah. Maka, ketika Anda memang
tidak ingin pergi kemana-mana, Anda memang tidak perlu berubah. Ketika Anda
tidak ingin mendapatkan sesuatu, Anda memang tidak perlu berubah. Tidak perlu
keluar dari zona kenyamanan Anda.
Zona yang Anda tuju justru bisa saja lebih nyaman, namun sayang sekali,
antara zona kenyamanan yang sekarang dengan zona kenyamanan yang Anda tuju
berjarak dan melewati zona tidak-nyaman. Lihatlah ada 150 hari penuh zona
tidak-nyaman bagi elang.
Ada kabar baik, ada kabar buruk di atas tadi. Semua sekarang tergantung
pilihan Anda. Anda toh bukan elang yang tidak bisa memilih.
No comments:
Post a Comment