May 31, 2017

KELAPANGAN DADA BAGAI LAUTAN

Pertama kali melihat laut, saya merasa senang. Saya pernah melihat laut yang berombak dahsyat, juga pernah melihat laut yang tenang tak bergelombang. Setiap  kali melihat laut, perasaan hati tidak selalu sama, tetapi rasa kegembiraan itu tidak akan pudar untuk selamanya.

Saya bisa duduk diam di tepi pantai dalam waktu lama, saat itu dalam benak sama sekali tidak ada niat yang tidak tulus, hanya merasakan keluasan yang diserahkan laut kepada kita. Di hadapan laut saya merasa betapa kecil. Di hadapan laut, segala kerisauan di dunia fana menjadi sama sekali tak berarti. Di hadapan laut, dada kita bisa berubah menjadi lebih lapang, hanya merasakan bahwa segala sesuatu dalam kehidupan apapun bisa dimaafkan.

Selasa lalu, sekali lagi saya pergi ke pantai selatan bersama teman-teman. Waktu itu mentari bersinar hangat menggembirakan hati, langit yang biru dipenuhi oleh beberapa gumpal awan putih, sedangkan laut jernih dalam ketenangan sesekali mengeluarkan suara bisikan.

Hari itu perasaan saya santai dan gembira. Saya mencari suatu tempat yang sunyi, diam-diam duduk di sana, dan mulai berdiskusi dengan laut. Lautan juga memberikan jawaban tulus dengan menggunakan bahasanya yang lembut.

Entah sudah berapa lama saya duduk di sana, awan berangsur-angsur menjadi banyak, mentari cerah itu juga bersembunyi di balik awan, laut tetap tenang seperti sediakala, segala kehiruk-pikukan di dunia luar juga menjadi agak reda dalam suasana keheningan semacam ini, saya memutuskan untuk bermeditasi di sini.

Karena itu saya menghadap ke lautan yang luas, dalam gemuruh ombak yang lembut, saya memejamkan kedua mata, dan mulai bermeditasi. Dalam sekejap, seolah masuk ke dalam ruang waktu yang murni damai, sama sekali tak ada nafsu keinginan. Mungkin keadaan ini berlanjut dalam waktu lama atau mungkin singkat, mendadak saya merasakan di sekitar saya menjadi lebih terang, seluruh badan saya terbungkus dan dialiri hawa hangat, terasa nyaman sekali. Saat saya membuka kedua mata, terlihat sinar mentari  menerobos keluar dari lapisan awan, sekali lagi memberi kehangatannya kepada pelancong.

Dalam hati penuh keharuan dan rasa syukur. Laut berangsur-angsur melapangkan dada saya menjadi lebih luas, tetapi setelah berkultivasi saya baru benar-benar memahami, adalah hal yang sangat mengembirakan jika kita bisa memiliki kelapangan dada yang luas bagai laut!

Tanpa benci dan dendam, hati benar-benar terasa lapang.


No comments:

Post a Comment

Bookmark and Share
Custom Search