Abad
ke - 21 adalah suatu zaman meledaknya informasi, ditambah lagi dengan semakin
mudahnya transportasi, semakin lancarnya bahasa, manusia pun memanfaatkan
berbagai jenis media untuk berkomunikasi dan tukar informasi.
Pertukaran
informasi seperti ini telah semakin memperpendek jarak antar manusia, dan
membuat manusia yang hidup di berbagai belahan dunia ini serasa seolah hidup di
sebuah desa dunia saja, inilah yang tak terbayangkan oleh manusia sebelum hidup
di abad ke - 21 ini. Akan tetapi karena hidup di tengah kehidupan yang penuh
informasi ini jugalah yang telah membuat orang kehilangan tukar pengalaman
antara sesama manusia.
Tujuan
dari pertukaran adalah memudahkan bagi generasi penerus agar dapat dengan cepat
dan tepat memasuki keadaan atau
mengambil hikmah dari pengalaman pendahulu kita sebagai cermin. Biasanya
kita sering mendengar ungkapan dari para orang tua atau sepuh kita: "garam
yang saya makan, jauh lebih banyak daripada beras yang kamu makan" atau
pun ungkapan: "jembatan yang saya lewati, jauh lebih panjang daripada
jalan yang kamu lalui", dan lain sebagainya.
Orang
yang mendengar ungkapan ini mungkin akan merasa geli atau lucu di dalam hati,
atau pun merasa ragu-ragu, namun setelah dipikirkan kembali, di balik semua
perkataan para tetua ini tersembunyi pengalaman dan kebijaksanaan generasi
sebelum kita, setiap perkataan, makna di
balik setiap perkataan, memiliki filosofi kehidupan manusia yang sangat kaya,
karena semua itu adalah pengalaman tak ternilai yang ditukar oleh para tetua
kita dengan mengorbankan cucuran keringat, uang, waktu, bahkan darah dan hidup
yang tak ternilai harganya.
Orang
di jaman sekarang ini jika dapat berpegang teguh pada sikap rendah hati,
menerima pendapat dari para tetua dengan hati lapang, mungkin akan jarang
menemui jalan yang berliku, sebaliknya akan semakin mendekati tujuan yang
hendak dicapainya. Sementara orang yang bersikeras berpegang teguh pada
pandangannya sendiri adalah ibarat membatasi diri sendiri, karena kekurangan
diri sendiri umumnya tidak terlihat, sama halnya kita sendiri tidak bisa
melihat dengan jelas paras kita sendiri, hanya dengan cara bercermin atau
melihat refleksi di permukaan air, kita baru bisa melihat wajah kita dengan
jelas.
Di
tengah masyarakat masa depan yang penuh dengan persaingan, tukar pengalaman
antar sesama manusia telah menggerakkan interaksi yang unik antar sesama
manusia, berpedoman pada prinsip rendah hati dan lapang dada dalam menerima
pandangan atau pemikiran yang berbeda, adalah hal yang paling krusial dalam
meningkatkan kemampuan diri sendiri, mungkin karena kekuatan "mewariskan"
inilah yang merupakan titik balik untuk menuju pada kesuksesan. Setelah kita
"mewarisi dari pendahulu" barulah kita dapat "meneruskan pada
penerus", ini adalah suatu pendidikan yang sangat mendalam!
No comments:
Post a Comment