Pada zaman Dinasti
Beng, di Kabupaten Xiangso, hidup seorang pedagang kaya yang bermarga Kim.
Beliau membuka sebuah toko gadai. Karena sifatnya yang jujur dan tegas,
sehingga dalam masalah transaksi gadai ia selalu bertindak adil. Harga gadai
sesuatu barang dinilainya cukup tinggi dan lamanya waktu gadai juga cukup
panjang tidak seperti rumah-rumah gadai lainnya yang biasanya terkenal sebagai
lintah darat.
Terhadap orang
sekampung yang miskin lagi tua, yang datang menggadaikan barangnya, sering
beliau tidak menambahkan bunganya. Pernah suatu kali, seorang petani yang
istrinya jatuh sakit, lantaran tidak mempunyai uang untuk berobat lalu
menggadaikan mantel yang terbuat dari kapas, yang dipakainya setiap musim
dingin. Tetapi setelah datang musim dingin berikutnya ia tidak mampu menebus
kembali mantel gadaiannya.
Tuan Kim
memberitahukan petani itu untuk mengambil saja mantelnya tanpa perlu membayar
bunga gadaiannya. Dari sini jelas terlihat toko gadai Kim bukan saja tidak
menyusahkan orang miskin malah selalu membantu mereka yang dalam keadaan
kepepet. Setiap tahun entah telah berapa banyak orang ditolong oleh Tuan Kim.
Walaupun demikian, toko gadainya bukan menjadi rugi malah semakin hari semakin
berkembang dan jaya, hingga Tuan Kim menjadi seorang hartawan yang terpandang
di kotanya.
Dapatlah diketahui
bahwa seseorang itu menjadi kaya, tidak selalu diperoleh dengan cara yang tidak
halal, banyak sekali diperoleh dari kejujuran dan kebaikan.
Pada suatu masa, di
kabupaten berdatangan sekelompok perampok. Banyak sekali hartawan setempat yang
dirampok, hingga habislah harta kekayaan mereka. Namun sebegitu jauh para
perampok itu tidak pernah merampok Tuan Kim yang tetap hidup aman dan tenteram.
Hal mana menimbulkan kecurigaan aparat pemerintah, karena mereka menilai bahwa
orang-orang yang datang ke toko gadai Kim sebagian besar adalah orang tingkat
rendahan yang tentunya tidak sedikit juga ada orang yang tidak baik. Mereka
berpikir, mungkin sekali Tuan Kim bersekongkol dengan gerombolan perampok itu,
kalu tidak, mengapa toko gadainya tidak dirampok.
Akhirnya para
perampok itu berhasil ditangkap. Melalui pemeriksaan yang ketat dan teliti,
mereka tidak mengakui adanya persekongkolan dengan Tuan Kim seperti dugaan
aparat pemerintah. Kemudian melalui suatu penelitian dan penyelidikan dari
berbagai sudut dan secara seksama, ternyata terbukti bahwa Tuan Kim adalah
orang yang cukup ramah dan baik, bukan saja adil dalam melakukan transaksi
gadai, tetapi juga sering menolong orang yang terdesak. Banyak orang yang telah
ditolongnya dan tidak pernah bersekongkol dengan orang jahat.
Namun pihak aparat
pemerintah tetap merasa aneh. Mereka bertanya kepada para perampok tadi mengapa
mereka tidak merampok toko gadai Kim?
Barulah para
perampok mengatakan, bahwa sebenarnya mereka telah beberapa kali menghampiri
toko gadai Kim dan berniat merampok harta kekayaannya, namun setiap kali
datang, mereka selalu melihat para dewata yang tidak sedikit jumlahnya berada
di atas rumah Tuan Kim itu. Karena itu mereka tidak berani menyerang toko gadai
itu.
Setelah mendengar
pengakuan itu, barulah aparat pemerintah dan rakyat setempat betul-betul
percaya bahwa Tuan Kim memang sering melakukan kebajikan sehingga mendapat
perlindungan Tuhan dan para dewata, dan terhindar dari perampokan.
Sejak saat itu bukan
saja aparat pemerintah tidak lagi mencurigai gerak-gerik Tuan Kim, malah
memberikannya penghargaan dengan tanda penghargaan bertuliskan "Toko Gadai
Teladan", untuk memuji sikapnya yang suka melakukan kebajikan.
(Sumber: Buku Aneka
Cerita Karma)*
No comments:
Post a Comment