Apr 5, 2012

BOCAH YANG BENGAL

Bercerita tentang kenakalanku, mungkin boleh dikatakan nomor satu di dunia! Dikatakan demikian, mungkin sulit untuk Anda mengerti, akan tetapi jika saya ambilkan contoh, Anda bakal lebih jelas.

Misalkan : Beberapa hari yang lalu, ibu mengajak saya ke rumah sakit bagian THT. Sebelum dokter datang, saya telah menyelinap ke dalam ruang periksanya dengan sembunyi – sembunyi, memainkan peralatannya, ada alat untuk menyemprot hidung, ada juga untuk semprot mulut, pokoknya asyik sekali. Begitu dokter bersiap – siap membuka pintu untuk memeriksa, lantai, dinding, meja, kursi, termasuk juga satu – satunya bonsai telah saya semprot semuanya hingga tidak karuan.

Pada saat itu kemarahan ibu membuat wajahnya berbentuk X, sedangkan suster akan memasang tampang seperti setan, apalagi dokternya, marahnya meluap – luap, berjalan mondar mandir di dalam ruangan. Harap jangan dipertanyakan lagi apa yang akhirnya terjadi pada saya, Anda dan saya sama – sama sudah tahu.

Guru saya telah mendaftarkan saya sebagai “Anak Bengal”. Di dalam kartu catatan untuk orang tua, sering tercatat “bukti dosa” yang tidak menguntungkan bagi saya, yang paling sering dibicarakan adalah, “Sejarah moderen saya tentang cara menggunakan gelang karet memukul orang lain”.

Dia bilang, awalnya saya hanya bisa memakai gelang karet untuk memukul kepala teman sekelas, kemudian mengeluarkan suara tawa terbahak – bahak. Kemudian karena dirasa sangat mengasyikkan, hingga membuat peluru ‘kertas’, memakai kertas buku pelajaran, buku catatan yang disobek dan digulung menjadi kertas yang keras dan padat lalu digunakan untuk menyerang orang lain.

Baru – baru ini saya telah beralih menggunakan hasil karya saya sendiri yang disebut sebagai “senapan sumpit bambu” yang saya gunakan untuk membom tetangga kanan kiri.

Atas prestasi saya ini, guru saya sama sekali tidak bisa menyetujui, dia menggunakan nada yang mendekati murka berkata kepada ibu saya: “Mohon Anda pindahkan anak ini ke kelas lain, atau periksakan ke dokter Psikologi apakah anak Anda ini ada kecenderungan menjadi anak hiper aktif”. Saat itu ibu saya cemas sekali, dia berpikir: “Jika tidak memakai jurus kejam, anak ini bakalan habis”.

Dia bahkan bergumam sendiri, “saya telah berbuat dosa apa, mengapa bisa melahirkan anak macam ini?”
Tak peduli seberapa sedihnya dia, seberapa menggerutunya, dia harus memikirkan seperangkat cara untuk mengatasi saya. Ibu saya yang tabiatnya kurang baik, juga emosinya tidak mudah dikendalikan itu, pertama – tama yang dipikirkan-nya adalah strategi “Rencana Rocky”. Dia menganggap saya sebagai samsak, asalkan saya nakal sedikit, dia menggunakan tenaga yang cukup sekali pukul saja bisa merobohkan saya untuk memukul saya.

Setelah beberapa bulan, saya sudah melakonkan berulang – ulang “masa tragis yang menyedihkan”.
Terhadap guru dan ibu saya yang “terorisme”, saya juga ada perkataan yang ingin saya utarakan, sesungguhnya, saya bukanlah anak bengal, seperti yang dikatakan oleh dokter psikiater, saya adalah “anak jenius”!

Kenakalan saya datang dari apa yang diajarkan guru, dan pemberian orang tua, sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan saya, yang saya perlukan adalah sesuatu yang lebih mendalam, lebih memerlukan pemikiran, seperti pesawat, roket, bagaimana pembuatannya? Hal tersebut saya sangat berminat lho! Akan tetapi ibu selalu tidak membelikan buku – buku sejenis ini, dia bilang: “berhitung saja masih belum bisa, sudah mau lihat buku di luar mata pelajaran, tunggu kamu mendapatkan rangking 1!” Hei, sangat aneh, apa hubungan ujian dapat rangking 1 dengan melihat buku – buku di luar buku pelajaran!

Jika saja ibu bisa lebih memahami saya, tahu apa yang saya kehendaki, apa yang saya pikirkan, maka saya tak akan sengsara.
Ibu sering berkata pada orang lain bahwa saya tidak senang belajar. Tapi poin yang sebenarnya adalah, saya tidak melihat buku yang dia “tunjuk”. Sungguh aneh, buku yang saya lihat apakah tidak termasuk buku? Saya senang buku “Doraemon”, “Perjalanan ke Barat”, “Kura – Kura Ninja”, “Putri Salju”, “Lala dan Saya”, “Formosa”.

Coba anda katakan, apakah semua ini bukan termasuk buku? Buku sebanyak ini, setiap hari saya lihat, dia (ibu) masih mengatakan saya tidak belajar, apakah ini adil? Yang lebih tidak saya pahami adalah setiap kali saya minta diajak ke perpustakaan, kalau bukan berkata “tidak ada waktu”, selalu saja ia berpesan untuk tidak melihat “Perjalanan ke Barat”, sepertinya buku itu beracun, ada kutukan iblis yang beracun.

Saya pikir, jika ibu tidak melepaskan saya untuk melihat buku yang saya sukai, suatu hari nanti, saya bisa benar – benar tidak mau membaca buku!
Terakhir, yang saya keluhkan adalah cara ibu memukul. Karena, di dunia ini tidak ada seorang anak pun yang senang “dihajar”, juga tidak ada seorang anak pun yang terlahirkan sudah bengal (nakal).

Kenakalan kami acap kali terbentuk kerena kalian “tidak memahami”, asalkan ayah dan ibu bisa menghabiskan sedikit waktu untuk memahami kami, akan bisa mendapatkan: bahwa kami sesungguhnya sangat “manis”.
Ha! Ini adalah perkataan saya yang keluar dari lubuk hati lho!

No comments:

Post a Comment

Bookmark and Share
Custom Search