Kehidupan
bagaikan jeruk, jika sudah tiba “waktu”nya, cepat atau lambat akan berubah
rasa, “kehidupan” yang hanya satu-satunya adalah waktu dia sebelum berubah
rasa.
Dalam cerita film Forrest Gump, ibu Gump
mengatakan padanya bahwa kehidupan manusia bagaikan sekotak coklat, Anda tidak
tahu bakal mendapatkan rasa yang mana. Saya pikir, sekotak coklat itu pasti
berisi aneka rasa! Karena setahu saya kebanyakan orang akan memilih rasa yang
disukai saat membeli, bagaimana dengan Anda?
Guru Lin Guizhen menulis sebuah buku yang
berjudul Kehidupan Bagaikan Jeruk. Saya sangat mengemari buku tersebut, lalu
saya menjulukinya dengan sebutan “Guru Jeruk”. Di bawah ini mengutip beberapa
bagian dalam buku tersebut untuk kita simak:
“Kehidupan bagaikan jeruk”, Anda sendiri yang
menentukan nasib Anda, seperti saat memutuskan memilih jeruk, setelah dibeli
manis atau masam harus Anda tanggung sendiri. Bukankah begitu? Jeruk sudah
dibeli manis atau masam harus ditanggung sendiri, mengapa harus menyalahkan?
“Kehidupan bagaikan jeruk”, kehilangan
kesehatan bagaikan jeruk yang sudah berubah rasa, bisa jadi akan menimpa diri
sendiri, juga mungkin terjadi pada diri teman kita. Kehidupan bagaikan jeruk,
jika sudah tiba “waktunya, cepat atau lambat akan berubah rasa, “kehidupan”
yang kita miliki hanyalah saat dia belum mengalami perubahan rasa.”
“Kehidupan bagaikan jeruk”, satu buah jeruk
kupas, belum tentu keseluruhannya manis, kadang juga ada yang masam, tetapi
untuk mengetahui manis ataupun masam harus kita sendiri yang mencoba baru bisa
tahu rasanya.
“Kehidupan bagaikan jeruk”, terlalu masam juga
tidak enak dimakan, terlalu manis juga bisa bosan, dengan bisa merasakan manis
dan masam, barulah kehidupan manusia yang sebenarnya!
“Kehidupan bagaikan jeruk”, sepanjang
kehidupan yang kita jalani, apakah harus menunggu kehidupan ini mendekat ke
titik akhir dari hidup, baru bisa benar-benar menyadari apakah jeruk tersebut
lebih banyak masam daripada manis? Ataukah manis lebih banyak daripada masam?
Mungkin beginilah yang disebut sebagai makna yang hakiki dari kehidupan!
”Kehidupan bagaikan jeruk”, masalah selalu
terjadi silih berganti, rasanya masam ataukah manis hanya diri kita sendiri
yang memutuskan.
Kehidupan bagaikan jeruk”, Sepertinya
kehidupan manusia ini tidak perlu harus mempunyai aturan main yang tetap, mana
ada jawaban dari kehidupan? Jika kehidupan hanya seperti sebutir jeruk, maka
jeruk itu jika disimpan terlalu lama bukankah akan menjadi rusak? Mengapa tidak
memakan dan merasakannya sewaktu jeruk itu masih segar?
Sebenarnya hidup ini melalui episode demi
episode, tetapi jika dikumpulkan menjadi satu adalah kehidupan manusia. Persis
seperti halnya sebutir jeruk, dalamnya terdiri dari lapis demi lapis yang
melingkar dan membentuk menjadi satu buah jeruk
Maniskah jeruk Anda? Masamkah jeruk saya?
Rasanya bagaimana hanya bisa terjawab oleh diri kita sendiri.
”Kehidupan bagaikan jeruk”, persis seperti
ketika Anda membeli sebutir jeruk, majikan yang berhati baik lalu memberi
tambahan sebutir buah pir kepada Anda,
agak di luar dugaan dan merasa sedikit terheran-heran. Hidup ini sungguh
menakjubkan, jika belum sampai sisa nafas yang terakhir, Anda benar-benar tidak
bisa mengetahui sebelumnya apa rasa sesungguhnya dari jeruk itu?
Setiap orang hanya memiliki sebutir jeruk
kehidupan, bagaimana agar jeruk ini penuh dengan warna yang berlimpah, dapat
terlihat segar bulat dan bercahaya, dan kalau dimakan luar biasa enaknya,
lebih-lebih mempunyai perasaan yang khas, maka Anda harus berlaku seperti
petani buah yang telah mencurahkan pikiran dan tenaga berlipat ganda. Seperti
halnya saat menjaga serta melindungi anak kecil, jeruk yang sudah ditambah dengan
kasih dalam hati, jika dicicipi sudah pasti rasanya luar biasa enak tiada tara.
No comments:
Post a Comment