Lauter tua adalah seorang pedagang besar di pasar ikan. Dia memiliki
seorang putra yang tinggi badannya mencapai 1,9 m, sangat pandai, berbudi dan
penurut. Selain waktu bersekolah, dia mempergunakan hampir seluruh waktu
senggangnya untuk bekerja membantu ayah dan ibunya.
Lauter tua adalah seorang yang sangat ramah dan selalu riang
bersemangat, kecuali saat peristiwa yang terjadi pada hari itu. Dengan mata
kepala sendiri saya menyaksikan Lauter tua dengan muka merah padam, menarik
Lauter junior ke atas mobil. Saya bergegas maju ke depan menanyakan
permasalahannya.
Dengan menahan kemarahan Si Lauter tua menceritakan kepada saya bahwa
pada siang itu Lauter junior yang berada di toko, telah menjual sebuah coolbox
(kotak pendingin) yang berkualitas rendah, dimana penyumbat plastiknya kendur
kepada seorang nelayan. Sebenarnya coolbox tersebut telah dia keluarkan untuk
dikembalikan, tetapi Lauter junior yang tidak tahu telah menjualnya. Sambil
tertawa saya meminta si Lauter tua jangan emosi, saya katakan, "Di Tiongkok
ada sebuah pepatah yang mengatakan, yang tidak tahu tidak bersalah."
Si Lauter tua menjawab, "Memang saya tidak memberitahu Junior,
tetapi sebagai seorang pegawai toko ketika dia menjual coolbox itu, sudah
seharusnya ia memeriksanya terlebih dahulu dengan saksama sebelum diberikan
kepada pembeli. Sekarang, dia perlu pergi dengan saya untuk menutup kerugian
yang sudah diderita oleh pembeli itu." Pada hari itu, sangat tidak
kebetulan sekali, nelayan yang bernama Fandersar itu sedang tidak ada di tempat.
Masalahnya seperti apa yang telah diduga. Keesokan harinya setelah
Lauter tua menjumpai nelayan itu di pasar ikan, ia menemukan bahwa coolbox yang
penuh dengan ikan itu, telah menyebabkan isinya berubah kualitas, mengeluarkan
bau ikan yang busuk.
Kemudian si Lauter tua itu memanggil anaknya yang sedang bersekolah. Di
hadapan orang banyak, Lauter tua meminta Lauter junior mengangkat coolbox yang
berisi ikan busuk itu untuk diletakkan di atas timbangannya sendiri, lalu
ditimbang.
Setelah itu dia mengeluarkan kalkulator, ikan-ikan itu ia hargai sesuai
harga yang ada pada hari itu. Kemudian menghitung kerugian yang diderita oleh
nelayan itu, totalnya sekitar 1.000 Euro.
Dia menunjukkan hasil hitungannya itu kepada anaknya, kemudian berkata,
"Sudah kamu lihat, oleh karena keteledoranmu telah mengakibatkan
terjadinya kerugian ini. Kamu harus tahu, kesalahan yang kamu lakukan harus
kamu tanggung sendiri. Ayah sudah meminta ijin ke sekolahmu selama satu bulan.
Dalam satu bulan ini kamu harus bekerja untuk tuan Fandersar, sampai cukup
untuk menutupi kerugian yang telah diderita olehnya."
Cerita di atas terdengar agar berlebihan bagi orang jaman sekarang,
tetapi hal ini sungguh-sungguh merupakan hal biasa pada dekade tahun enam
puluhan. Perubahan ini, semuanya tidak lain karena telah terjadi kemerosotan
moralitas manusia yang tajam. Manusia jaman sekarang tidak menyadarinya.
Orang-orang saling bersaing dan berebut tanpa memperdulikan apa pun, bahkan ada
yang sampai mempertaruhkan nyawa orang lain. Master Li Hongzhi pernah menulis
dalam bukunya, Zhuan Falun, sebagai berikut:
No comments:
Post a Comment