Showing posts with label AYAH. Show all posts
Showing posts with label AYAH. Show all posts

Jun 9, 2017

UNGKAPAN HATI PADA AYAH DAN IBU

Sudah 16 tahun lamanya saya tidak berjumpa dengan ayah dan ibu. Saat-saat paling berharga dalam hidup selama 16 tahun ini, hanya saya bisa lewatkan sendiri, tak dapat berbagi dengan mereka. Ketika ayah dan ibu menghadapi saat kritis antara hidup dan mati, saya hanya bisa mencemaskan dari tempat nan jauh. Saya hidup di luar negeri semenjak meneruskan sekolah juga tidak merasa santai dan bahagia.
Kedua orang tua saya sudah berusia lanjut, tertimpa penganiayaan selama 11 tahun ini, suasana ‘masyarakat harmonis’ penuh kedamaian yang digemborkan pemerintah, hanya diperuntukkan bagi orang lain. Jika kain penutup layar disobek, terlihat kekejamannya, pemandangan yang terhampar di layar begitu indah dan megah itu, dirajut oleh tetesan darah dan air mata dari banyak keluarga yang terbungkam, termasuk keluarga saya. Jika langit dan bumi bisa melihat betapa rindunya saya, maka kerinduan itu sudah membalut rapat Samudera Pasifik.
Ayah pandai dalam berbagai bidang, beliau seorang profesor fisika di fakultas pendidikan Jinan Provinsi Shandong, dia berkepribadian tanpa pamrih, dimana saja dia selalu sebagai pusat perhatian masyarakat. Ibu penuh bakat, bersikap ceria dan terbuka, di matanya hidup ini bagai kaledoskop.
Ayah dan ibu bergandengan selama 40 tahun, serasi dan harmonis bagai harpa dan kecapi, senang dan bahagia. Walaupun saat hidup dalam serba kekurangan, keluarga kami masih penuh dengan muatan kegembiraan, bukan kemiskinan. Ketika kami beranjak dewasa, adik laki-laki saya pergi ke Beijing dan saya pergi ke Amerika, kami berdua bagaikan seekor burung kecil yang terbang ke tempat idaman masing-masing, tetapi tak bisa menahan diri untuk merindukan kehangatan rumah di kampung halaman, mencemaskan kesehatan ayah dan ibu.
Hingga pada suatu hari, ayah dan ibu mempelajari Falun Gong, kami sangat penasaran atas keefektifan Falun Gong dalam hal menghalau penyakit dan menyehatkan tubuh dan teori yang mengharuskan seseorang menjadi orang baik.
Ketika saya mendengar ayah dan ibu bertutur harus menjadi seorang manusia yang berakhlak tinggi, berdasarkan kriteria Sejati, Baik, Sabar, untuk menuntun segala perilaku kita, kami semua dapat merasakan keindahan Falun Gong. Kami bercerita apa yang kami dambakan, melampaui ruang waktu dan dimensi, hati berubah menjadi semakin murni dan bersih, seperti kembali ke waktu yang dulu, perasaan kedekatan itu bagai tak pernah berpisah walau hanya sehari. Kehidupan membentangkan di depan mata sebuah gambaran yang selama ini tidak pernah kami alami, kami saling bergandeng tangan dalam perjalanan kembali ke asal dan pulang ke jati diri.
Awan dan angin tiba-tiba berubah, pada 20 Juli 1999, orang kerdil yang berkuasa dalam tubuh PKT (Partai Komunis Tiongkok) atas kemauannya sendiri memutuskan menganiaya Falun Gong, itu adalah hari yang tak terlupakan. Mulai saat itu, kesengsaraan dan air mata darah memadati kalender harian yang ada di rumah kami. Di bawah teror merah nyawa seseorang bisa dilenyapkan dengan sangat mudah, dengan sekejap mata, sejumlah besar masyarakat yang berkultivasi ‘Sejati Baik Sabar’, didorong ke arah berlawanan dengan pihak komunis yang selalu mengatakan dirinya ‘agung dan benar’.
Sejak itu ayah dan ibu kehilangan kebebasannya, hati saya juga seperti ditekan sebuah batu raksasa, menjadi hancur. Sama sekali tidak ada kabar dari mereka, tak jelas hidup atau meninggal, hari-hari berubah menjadi sangat panjang.
Mengapa sepasang orang tua yang berkultivasi Sejati Baik Sabar harus menerima kesengsaraan tanpa sebab seperti ini? Begitu terancamkah penguasa oleh masyarakat yang hanya mengejar keyakinan mereka yang indah, dan haus menjebloskan mereka ke dalam penjara?
Beginilah nyawa dari para pengikut Falun Gong direnggut dengan kejam, dari usia yang termuda hanya beberapa bulan hingga orang tua yang uzur, puluhan ribu keluarga menjadi hancur berantakan, banyak sekali tragedi tragis tak adil yang terjadi membuat langit dan bumi menjadi murka.
Tetapi saya merasa sangat bangga pada ayah dan ibu, tak peduli dalam lingkungan yang seberapa bahaya, mereka tetap memegang teguh prinsip menjadi orang baik, mempertahankan dengan teguh keyakinan, tidak menyerah dengan kekuasaan jahat manapun. Namun sebagai anak, hati saya sakit sekali, ditilik dari usia mereka yang telah uzur, bagaimana saya bisa tidak menjadi khawatir?
Dalam dunia saat ini yang menjunjung tinggi nilai Hak Asasi Manusia, cerita kejam semacam ini yang masih terjadi dan berulang-ulang terjadi, di negara kuno yang memiliki kebudayaan selama 5.000 tahun, hingga saat ini kekejaman itu masih tetap terjadi.

Bila penganiayaan tidak berhenti sehari, kesengsaraan banyak orang akan kian bertambah, bila penganiayaan tidak berhenti, hati saya tak bisa merasa tenang walau hanya sedetik. Ayah dan ibu yang telah uzur, keteguhan hati Anda bisakah menggugah jiwa mati rasa yang sedang tertidur?! Kepada orang yang ikut melakukan kejahatan ini, apakah hati Anda sama sekali tidak ada rasa penyesalan dan takut, telah memberikan kesengsaraan terhadap orang-orang yang tak berdosa? Hentikanlah penganiayaan terhadap Falun Gong.  

Apr 13, 2017

AYAH YANG RELA TAK MAKAN DEMI ANAKNYA

Ayah yang rela tak makan demi anaknya ini dapat kejutan ulang tahun

Brilio.net - Beberapa waktu lalu, dunia maya dibuat heboh oleh foto seorang ayah yang hanya bisa duduk termenung menyaksikan anak-anaknya makan dengan sangat lahap. Ayah tersebut adalah Ryan Arebuabo (38). Sosok Arebuabo menjadi viral setelah seorang netizen bernama Jhunnel Sarajan mengunggah fotonya lewat akun Facebook.
Dalam foto yang diunggah Sarajan, Arebuabo duduk sambil melihat putrinya makan. Sementara dirinya tak bisa ikut makan lantaran uangnya hanya cukup untuk membeli dua porsi ayam goreng saja.
Ayah yang rela tak makan demi anaknya ini dapat kejutan ulang tahun
Potret pengorbanan Arebuabo ini pun langsung sukses mengaduk-aduk hati netizen lainnya. Tak hanya itu, pihak restoran tempat Arebuabo dan putrinya makan pun ikut bersimpati. Seperti dikutip dari laman Viral4Real, Senin (3/4), lewat akun media sosial, restoran yang bernama Jollibee itu mengatakan akan memberi kejutan untuk Arebuabo dan keluarganya.
"Kejutan dari Jolly bagi keluarga Tatay Ryan!" tulis Jollibee.
Ayah yang rela tak makan demi anaknya ini dapat kejutan ulang tahun
Jollibee memberikan kejutan bagi Arebuabo dan sang anak yang rupanya berulang tahun 31 Maret 2017 kemarin. Mereka mengadakan perayaan khusus, dan memberikan beberapa mainan untuk kedua anaknya. Tak hanya itu, pihak restoran juga memberikan bahan-bahan makanan untuk Arebuabo sekeluarga.
Kisah Arebuabo ini tentu bisa menjadi contoh, jika orangtua pasti akan melakukan apapun demi membuat anak-anaknya bahagia. Orangtua akan selalu rela mengorbankan apa saja untuk memenuhi setiap kebutuhan dan keinginan anaknya.

https://babe.news/id-id/read/11530689

Feb 27, 2013

AYAHKU TUKANG BATU



Alkisah, sebuah keluarga sederhana memiliki seorang putri yang menginjak remaja. Sang ayah bekerja sebagai tukang batu di sebuah perusahaan kontraktor besar di kota itu. Sayang, sang putri merasa malu dengan ayahnya. Jika ada yang bertanya tentang pekerjaan ayahnya, dia selalu menghindar dengan memberi jawaban yang tidak jujur. "Oh, ayahku bekerja sebagai petinggi di perusahaan kontraktor," katanya, tanpa pernah menjawab bekerja sebagai apa.

 Si putri lebih senang menyembunyikan keadaan yang sebenarnya. Ia sering berpura-pura menjadi anak dari seorang ayah yang bukan bekerja sebagai tukang batu. Melihat dan mendengar ulah anak semata wayangnya, sang ayah bersedih. Perkataan dan perbuatan anaknya yang tidak jujur dan mengingkari keadaan yang sebenarnya telah melukai hatinya.

 Hubungan di antara mereka jadi tidak harmonis. Si putri lebih banyak menghindar jika bertemu dengan ayahnya. Ia lebih memilih mengurung diri di kamarnya yang kecil dan sibuk menyesali keadaan. "Sungguh Tuhan tidak adil kepadaku, memberiku ayah seorang tukang batu," keluhnya dalam hati.

 Melihat kelakuan putrinya, sang ayah memutuskan untuk melakukan sesuatu. Maka, suatu hari, si ayah mengajak putrinya berjalan berdua ke sebuah taman, tak jauh dari rumah mereka. Dengan setengah terpaksa, si putri mengikuti kehendak ayahnya.

 Setelah sampai di taman, dengan raut penuh senyuman, si ayah berkata, "Anakku, ayah selama ini menghidupi dan membiayai sekolahmu dengan bekerja sebagai tukang batu. Walaupun hanya sebagai tukang batu, tetapi ayah adalah tukang batu yang baik, jujur, disiplin, dan jarang melakukan kesalahan. Ayah ingin menunjukkan sesuatu kepadamu, lihatlah gedung bersejarah yang ada di sana. Gedung itu bisa berdiri dengan megah dan indah karena ayah salah satu orang yang ikut membangun. Memang, nama ayah tidak tercatat di sana, tetapi keringat ayah ada di sana. Juga, berbagai bangunan indah lain di kota ini di mana ayah menjadi bagian tak terpisahkan dari gedung-gedung tersebut. Ayah bangga dan bersyukur bisa bekerja dengan baik hingga hari ini."

 Mendengar penuturan sang ayah, si putri terpana. Ia terdiam tak bisa berkata apa-apa. Sang ayah pun melanjutkan penuturannya, "Anakku, ayah juga ingin engkau merasakan kebanggaan yang sama dengan ayahmu. Sebab, tak peduli apa pun pekerjaan yang kita kerjakan, bila disertai dengan kejujuran, perasaan cinta dan tahu untuk apa itu semua, maka sepantasnya kita mensyukuri nikmat itu."

Setelah mendengar semua penuturan sang ayah, si putri segera memeluk ayahnya. Sambil terisak, ia berkata, "Maafkan putri, Yah. Putri salah selama ini. Walaupun tukang batu, tetapi ternyata Ayah adalah seorang pekerja yang hebat. Putri bangga pada Ayah." Mereka pun berpelukan dalam suasana penuh keharuan.

Pembaca yang budiman,
Begitu banyak orang yang tidak bisa menerima keadaan dirinya sendiri apa adanya. Entah itu masalah pekerjaaan, gelar, materi, kedudukan, dan lain sebagainya. Mereka merasa malu dan rendah diri atas apa yang ada, sehingga selalu berusaha menutupi dengan identitas dan keadaan yang dipalsukan.

Tetapi, justru karena itulah, bukan kebahagiaan yang dinikmati. Namun, setiap hari mereka hidup dalam keadaan was was, demi menutupi semua kepalsuan. Tentu, pola hidup seperti itu sangat melelahkan.

Maka, daripada hidup dalam kebahagiaaan yang semu, jauh lebih baik seperti tukang batu dalam kisah di atas. Walaupun hidup pas-pasan, ia memiliki kehormatan dan integritas sebagai manusia.

Sungguh, bisa menerima apa adanya kita hari ini adalah kebijaksanaan. Dan, mau berusaha memulai dari apa adanya kita hari ini dengan kejujuran dan kerja keras adalah keberanian!

Salam Sukses Luar Biasa!!!!
Andrie Wongso

Jan 28, 2013

DIDIKAN BERTANGGUNG JAWAB AYAH

Lauter tua adalah seorang pedagang besar di pasar ikan. Dia memiliki seorang putra yang tinggi badannya mencapai 1,9 m, sangat pandai, berbudi dan penurut. Selain waktu bersekolah, dia mempergunakan hampir seluruh waktu senggangnya untuk bekerja membantu ayah dan ibunya.

Lauter tua adalah seorang yang sangat ramah dan selalu riang bersemangat, kecuali saat peristiwa yang terjadi pada hari itu. Dengan mata kepala sendiri saya menyaksikan Lauter tua dengan muka merah padam, menarik Lauter junior ke atas mobil. Saya bergegas maju ke depan menanyakan permasalahannya.

Dengan menahan kemarahan Si Lauter tua menceritakan kepada saya bahwa pada siang itu Lauter junior yang berada di toko, telah menjual sebuah coolbox (kotak pendingin) yang berkualitas rendah, dimana penyumbat plastiknya kendur kepada seorang nelayan. Sebenarnya coolbox tersebut telah dia keluarkan untuk dikembalikan, tetapi Lauter junior yang tidak tahu telah menjualnya. Sambil tertawa saya meminta si Lauter tua jangan emosi, saya katakan, "Di Tiongkok ada sebuah pepatah yang mengatakan, yang tidak tahu tidak bersalah."

Si Lauter tua menjawab, "Memang saya tidak memberitahu Junior, tetapi sebagai seorang pegawai toko ketika dia menjual coolbox itu, sudah seharusnya ia memeriksanya terlebih dahulu dengan saksama sebelum diberikan kepada pembeli. Sekarang, dia perlu pergi dengan saya untuk menutup kerugian yang sudah diderita oleh pembeli itu." Pada hari itu, sangat tidak kebetulan sekali, nelayan yang bernama Fandersar itu sedang tidak ada di tempat.
Masalahnya seperti apa yang telah diduga. Keesokan harinya setelah Lauter tua menjumpai nelayan itu di pasar ikan, ia menemukan bahwa coolbox yang penuh dengan ikan itu, telah menyebabkan isinya berubah kualitas, mengeluarkan bau ikan yang busuk.

Kemudian si Lauter tua itu memanggil anaknya yang sedang bersekolah. Di hadapan orang banyak, Lauter tua meminta Lauter junior mengangkat coolbox yang berisi ikan busuk itu untuk diletakkan di atas timbangannya sendiri, lalu ditimbang.
Setelah itu dia mengeluarkan kalkulator, ikan-ikan itu ia hargai sesuai harga yang ada pada hari itu. Kemudian menghitung kerugian yang diderita oleh nelayan itu, totalnya sekitar 1.000 Euro.

Dia menunjukkan hasil hitungannya itu kepada anaknya, kemudian berkata, "Sudah kamu lihat, oleh karena keteledoranmu telah mengakibatkan terjadinya kerugian ini. Kamu harus tahu, kesalahan yang kamu lakukan harus kamu tanggung sendiri. Ayah sudah meminta ijin ke sekolahmu selama satu bulan. Dalam satu bulan ini kamu harus bekerja untuk tuan Fandersar, sampai cukup untuk menutupi kerugian yang telah diderita olehnya."

Cerita di atas terdengar agar berlebihan bagi orang jaman sekarang, tetapi hal ini sungguh-sungguh merupakan hal biasa pada dekade tahun enam puluhan. Perubahan ini, semuanya tidak lain karena telah terjadi kemerosotan moralitas manusia yang tajam. Manusia jaman sekarang tidak menyadarinya. Orang-orang saling bersaing dan berebut tanpa memperdulikan apa pun, bahkan ada yang sampai mempertaruhkan nyawa orang lain. Master Li Hongzhi pernah menulis dalam bukunya, Zhuan Falun, sebagai berikut:

"... sekiranya setiap orang selalu berkultivasi (memperbaiki diri) ke dalam, setiap orang selalu mencari pada Xinxing (moralitas) sendiri, mencari sendiri sebab dari suatu kekurangan, agar waktu lain dapat melakukan dengan lebih baik, sebelum berbuat mempertimbangkan kepentingan orang lain. Dengan demikian masyarakat umat manusia tentu juga akan berubah baik, moralitas juga akan kembali meningkat; peradaban spiritual tentu juga berubah baik, keamanan publik tentu juga akan berubah baik, boleh jadi bahkan tanpa polisi. Tidak perlu ada yang mengatur, setiap orang mengurus diri sendiri, mencari ke dalam hati sendiri, menurut Anda bukankah ini sangat baik. Anda tahu bahwa dewasa ini hukum sudah makin sehat dan makin sempurna, namun mengapa masih ada yang berbuat kejahatan? Ada hukum mengapa tidak dipatuhi? Semata-mata karena Anda tidak dapat mengatur hatinya, ketika tidak terlihat, mereka masih akan berbuat kejahatan. Jika setiap orang selalu berkultivasi ke dalam lubuk hati, hasilnya akan sama sekali berlainan. Juga tidak perlu sampai Anda membela seseorang dari perlakuan tidak adil...."

Nov 14, 2012

CATATAN HARIAN SEORANG AYAH UNTUK PUTRI KECILNYA

Wang Chuang pada pagi hari, 18 September memeriksakan anaknya di rumah sakit pusat Ladang Minyak - Da Qing (baca: Ta Jing), putrinya didiagnosa ginjal kanan, terkena batu sebesar 6 mm. Oleh karena si anak terlalu kecil sedangkan batu yang mengeras terlalu besar, hingga saat ini pada dasarnya belum terdapat metode penyembuhan yang sesuai.

Ia menulis di dalam buku hariannya: "Kamu telah membawa kepadaku suka cita yang begitu besar, tetapi apa yang bisa papa berikan kepadamu, papamu yang tak becus ini bukan pejabat tinggi maupun konglomerat, ia hanyalah seorang karyawan kecil yang biasa-biasa saja yang hanya bisa menggunakan gaji bulanan minimnya memberi kepadamu sebuah susu formula Sheng Yuan yang konon masih termasuk produk unggulan, aku merasakan bahwa ini adalah cinta papa kepadamu, akan tetapi sekarang bila dipikirkan lagi, aku sedang menyalurkan racun ke dalam tubuhmu yang masih begitu lunak, begitu memikirkan hal ini, hatiku yang menyesal nyaris terbelah."

Menurut angka yang dikeluarkan oleh pemerintah RRT, bayi yang terkena batu ginjal dikarenakan susu formula beracun hampir 53.000 orang, diantaranya ada 10.000 lebih menjalani rawat inap di RS. Selain itu menurut perhitungan pakar tentang hasil penjualan susu formula beracun, bayi yang terimbas kemugkinan mencapai 6 juta orang.

Kini para orang tua korban tak mempunyai pintu keadilan untuk mengadu, yang ada hanya api kemarahan membakar di dalam dada. Wang Chuang, sang ayah dari bayi terkena batu ginjal ini dari kota Da Qing-propinsi Hei Long Jiang, minggu lalu tangannya mengacungkan poster muncul di depan bisnis area Xin Ma Te-Da Qing, menyerukan pertolongan kepada masyarakat. (littlemelonfishno1.blogspot.com/

Aug 31, 2012

AYAHKU TUKANG BATU

"Wo ba ba shi jian zhu gong ren"
Alkisah, sebuah keluarga sederhana memiliki seorang putri yang menginjak remaja. Sang ayah bekerja sebagai tukang batu di sebuah perusahaan kontraktor besar di kota itu. Sayang, sang putri merasa malu dengan ayahnya. Jika ada yang bertanya tentang pekerjaan ayahnya, dia selalu menghindar dengan memberi jawaban yang tidak jujur. "Oh, ayahku bekerja sebagai petinggi di perusahaan kontraktor," katanya, tanpa pernah menjawab bekerja sebagai apa.

 Si putri lebih senang menyembunyikan keadaan yang sebenarnya. Ia sering berpura-pura menjadi anak dari seorang ayah yang bukan bekerja sebagai tukang batu. Melihat dan mendengar ulah anak semata wayangnya, sang ayah bersedih. Perkataan dan perbuatan anaknya yang tidak jujur dan mengingkari keadaan yang sebenarnya telah melukai hatinya.

 Hubungan di antara mereka jadi tidak harmonis. Si putri lebih banyak menghindar jika bertemu dengan ayahnya. Ia lebih memilih mengurung diri di kamarnya yang kecil dan sibuk menyesali keadaan. "Sungguh Tuhan tidak adil kepadaku, memberiku ayah seorang tukang batu," keluhnya dalam hati.

 Melihat kelakuan putrinya, sang ayah memutuskan untuk melakukan sesuatu. Maka, suatu hari, si ayah mengajak putrinya berjalan berdua ke sebuah taman, tak jauh dari rumah mereka. Dengan setengah terpaksa, si putri mengikuti kehendak ayahnya.

 Setelah sampai di taman, dengan raut penuh senyuman, si ayah berkata, "Anakku, ayah selama ini menghidupi dan membiayai sekolahmu dengan bekerja sebagai tukang batu. Walaupun hanya sebagai tukang batu, tetapi ayah adalah tukang batu yang baik, jujur, disiplin, dan jarang melakukan kesalahan. Ayah ingin menunjukkan sesuatu kepadamu, lihatlah gedung bersejarah yang ada di sana. Gedung itu bisa berdiri dengan megah dan indah karena ayah salah satu orang yang ikut membangun. Memang, nama ayah tidak tercatat di sana, tetapi keringat ayah ada di sana. Juga, berbagai bangunan indah lain di kota ini di mana ayah menjadi bagian tak terpisahkan dari gedung-gedung tersebut. Ayah bangga dan bersyukur bisa bekerja dengan baik hingga hari ini."

 Mendengar penuturan sang ayah, si putri terpana. Ia terdiam tak bisa berkata apa-apa. Sang ayah pun melanjutkan penuturannya, "Anakku, ayah juga ingin engkau merasakan kebanggaan yang sama dengan ayahmu. Sebab, tak peduli apa pun pekerjaan yang kita kerjakan, bila disertai dengan kejujuran, perasaan cinta dan tahu untuk apa itu semua, maka sepantasnya kita mensyukuri nikmat itu."

Setelah mendengar semua penuturan sang ayah, si putri segera memeluk ayahnya. Sambil terisak, ia berkata, "Maafkan putri, Yah. Putri salah selama ini. Walaupun tukang batu, tetapi ternyata Ayah adalah seorang pekerja yang hebat. Putri bangga pada Ayah." Mereka pun berpelukan dalam suasana penuh keharuan.

Pembaca yang budiman,
Begitu banyak orang yang tidak bisa menerima keadaan dirinya sendiri apa adanya. Entah itu masalah pekerjaaan, gelar, materi, kedudukan, dan lain sebagainya. Mereka merasa malu dan rendah diri atas apa yang ada, sehingga selalu berusaha menutupi dengan identitas dan keadaan yang dipalsukan.

Tetapi, justru karena itulah, bukan kebahagiaan yang dinikmati. Namun, setiap hari mereka hidup dalam keadaan was was, demi menutupi semua kepalsuan. Tentu, pola hidup seperti itu sangat melelahkan.

Maka, daripada hidup dalam kebahagiaaan yang semu, jauh lebih baik seperti tukang batu dalam kisah di atas. Walaupun hidup pas-pasan, ia memiliki kehormatan dan integritas sebagai manusia.

Sungguh, bisa menerima apa adanya kita hari ini adalah kebijaksanaan. Dan, mau berusaha memulai dari apa adanya kita hari ini dengan kejujuran dan kerja keras adalah keberanian!

Salam Sukses Luar Biasa!!!!
Andrie Wongso

May 17, 2012

KALUNG BUNGA UNTUK AYAHKU

Tuhan kadang mendekati kita dengan caranya sendiri. Sewaktu gadis aku punya kemarahan yang teramat sangat ke Ayahku (ayahku seorang ABRI), karena dia tadinya idolaku tetapi akhirnya mengecewakanku, aku gadis kecilnya yang sangat dekat dengannya, kadang aku pura-pura tertidur di ruang tamu, agar sekedar merasakan gendongannya memindahkanku ke kamar.

Kekecewaan pada ayahku karena telah terambil dari wanita selain ibuku, membuatku ingin memutuskan semua history mengenainya, semua kenangan yang dulu indah bagiku hanyalah jejak lampau yang tidak perlu ditengok ke belakang lagi. Aku menghilangkan fam belakang namaku, aku menolak diantar les maupun diambilin raport lagi oleh ayahku, aku sengaja menurunkan prestasiku yang saat itu tidak pernah lewat 3 besar, tapi kubuat menjadi rangking di atas tiga puluh.

Aku sampai bilang dia tidak boleh hadir di wisudaku dan tidak boleh jadi waliku saat aku menikah kelak, saya pernah mengusirnya dan mengancam akan pergi dari rumah jika dia tidak bersedia keluar dan pergi dari rumah, akhirnya ayahku pergi juga, kemudian kudengan dia sakit. Ibuku saat itu menghadapi dilema, antara anak dan suami. Kemudian ibuku menyuruhku menjemputnya karena ayahku tidak mau pulang jika bukan aku yang menjemputnya.

Dengan pertimbangan perasaan ibukuku, juga aku takut berdosa jika seandainya saat itu terjadi apa2, aku hanya takut menyesal, tetapi saat itu walau belum tulus memaafkannya, akhirnya kujemput juga ayahku pulang.
.
Sampai aku masuk ke PT. Telkom yang mengharuskanku mengikuti pelatihan semacam wamil di Pusdikhub Cimahi-pendidikan ABRI selama 3 bulan. Di mana disekitarku kulihat ABRI disiksa, habis makan disuruh guling-guling, sampai muntah2, ada yang sampai diinjak kepalanya. Walau kami juga mengalaminya tetapi tetap kami berbeda karena institusi Telkom toh bayar.
Aku seolah melihat dunia ayahku, begitu rupanya cara dia memberi makan ke anak2nya, ternyata dengan mengorbankan nyawanya sendiri, apalagi saat instrukturku cerita saat terjun di Timor-timor pakai parasut, banyak yang mati ditembaki musuh (terutama pasukan gelombang ke-2, untunglah ayahku dikirim pada gelombang-1), saya teringat saat aku kecil Ayahku berangkat untuk berjuang ke Timor-timor juga. Di hatiku berkecamuk, merasa bersyukur Ayahku tidak apa-apa saat di Timor-timor tersebut.

Setiap kenaikan pangkat, ABRI itu wajib menempuh pendidikan selama beberapa bulan, mungkin sekitar 6 bulan, sampai dengan akhirnya lulus, mereka banyak berada di field, outdoor, tentunya dengan situasi perang dan diktatorisme. Dan setahuku Ayahku sudah 4 kali ke Cimahi, tapi tetap saja pulangnya bawa oleh-oleh baju baru dari Bandung buat kami.

Akhirnya pulanglah 1 angkatan (sekitar 200 prajurit), di mana kami 5 cewek Telkom dan 5 cewek Wamil (ada dr & Ir.) diminta menyambutnya, prajurit yang pulang itu kulitnya sudah hitam banget, bajunya sudah kayak lumpur, penuh semak, wajahnya teramat letih dan putus asa, mungkin sekitar 6 bulan mereka di field, tidak mandi, makan cari sendiri ke kebun-kebun rakyat seperti pernah Ayahku bercerita.

Kami berbaris menyambutnya, para pejabat Pusdikhub, kami wanita di depan sambil pegang kalung bunga, dan terdengarlah derap-derap langkah yang berirama, aduh … saya begitu tidak bisa menahan tangis dan degup di dadaku begitu bergemuruh …, aku seperti menyambut Ayahku sendiri pulang dari field … dan aku yang langsung mengalunginya dengan bunga, aku menangis saat itu (mungkin pemuda yang kukalungi itu bingung ya .., isteri kagak ..pacar kagak .. kok cewek ini menyambutku dengan air mata?), aku menyesal dengan segala kemarahan yang kupelihara kepada ayahku, dalam kejelekannya dia tidak pernah menyia-nyiakan anaknya, kami tetap disekolahin sampai sarjana, tetap diberi makan, selalu mau berbagi bagiannya.

Oh Tuhan betapa semua telah Kamu atur dengan indah, slide-sllide kehidupan ayahku sengaja Kamu tampilkan di depan mataku agar aku menjadi sadar, tiada manusia yang really sempurna, termasuk ayahKu. Saya berjanji sampai dengan sekarang, apapun itu kesalahannya akan selalu tersedia maaf buatnya.


SUMBER : WWW.RESENSI.NET

Apr 8, 2012

CURHAT AYAH PADA ANAK SEBELUM BERPISAH

Anak-anakku, kalian semua sudah dewasa.

Kalian berpendidikan, dan sudah menjalani hidup masing-masing, baik yang sudah berkeluarga maupun yang masih jatuh bangun membina hubungan dengan pasangannya.

Kalian sudah tidak bergantung pada papa dan mama lagi. Dan cepat atau lambat, kalian pun akan berpisah dengan kami. Seperti sekarang ini kami sudah berpisah dengan papa dan mama kami, atau kakek dan nenek kalian… Perpisahan itu pasti akan terjadi. Mungkin akan ada kesedihan, tapi pasti akan berlalu seiring dengan berlalunya sang waktu. Suatu saat nanti, kalian pun akan berpisah dengan semua yang kalian sayangi..

Papa bermaksud membuka rahasia hidup yang beberapa tahun terakhir ini papah jalani, yang membuat perubahan besar dalam hidup papah dan berdampak pada keluarga kita. Kalian merasakan dan menyaksikan perubahan itu. “Papa sekarang jauh lebih sabar..”. “Dibanding dengan keluarga calon pasangan saya yang penuh intrik, keluarga kita jauh lebih nyaman meski hidup sederhana.”

Dan mungkin satu tambahan komentar dari mama kalian: “Sudah dua tahun ini papah kalian tak lagi minum obat apapun. Padahal dulu tiap hari selalu minum obat kolesterol dan asam urat!”

Apa yang membuat perubahan hidup papa?

Mengapa papa sekarang memilih, misalnya, “lebih baik disakiti daripada menyakiti”? Mengapa di usia senja ini papa merasa lebih sehat dan lebih bahagia? Tidak gentar akan berpisah dengan kalian yang papa cintai?

Banyak yang ingin papa ceritakan, demi kebaikan kalian. Tapi secara bertahap ya, besok akan papa lanjutkan. Antara lain, tentang buku super ajaib yang akan membuat siapapun yang berjodoh akan mendapatkan beribu keberuntungan. Sampai besok ya.

Tentang mengapa ia lebih memilih disakiti daripada menyakiti, dan hal-hal yang membuat hidupnya kini justru lebih mantap dan lebih bahagia.

BUKU AJAIB YANG MERUBAH HIDUP PAPA.
Anak-anakku, sekarang bicara tentang buku ajaib. Mengapa papa sebut ia buku ajaib? Karena ia benar-benar buku penuh keajaiban dan manfaat. Buku yang telah merubah hidup papa. Kalian tahu kan, di rumah kita ada ratusan bahkan ribuan buku. Buku agama, buku spititual, buku motivasi, buku pengetahuan, sastra dan lain-lain.. Tapi yang selama beberapa tahun terakhir ini, satu buku inilah yang terus menerus dan berulang-ulang papa baca dan nikmati. Siang malam, pagi sore. Apa sih istimewanya buku ini?

Yang pasti, buku ini bukan buku agama. Tapi buku yang mengajarkan orang untuk berbuat kebaikan. Lebih kuat dari buku agama yang papah kenal. Buku yang membuat manusia meningkat. Buku yang menceritakan darimana dan akan kemana manusia ini. Buku tentang semesta. Buku yang mengajarkan bagaimana manusia bersikap menghadapi segala peristiwa, termasuk hubungan antar manusia. Bagaimana menghadapi penyakit, kesedihan, penderitaan bahkan kematian. Semua dijelaskan dengan jelas-sejelas-jelasnya. Mungkin awalnya agak susah dimengerti, tapi dengan semakin dibaca semakin jelas, semakin mengasyikkan.

Sayangnya, mama kalian, saat papa menulis ini,  belum ikut menikmati manfaat buku luar biasa ini. Seperti halnya kalian juga. Ingat kan, ketika kalian bertanya “Buku apa itu pah, kok asyik banget bacanya?” Lalu papa menjawab.: Buku ini luar biasa bagus! Kalian musti ikut baca. Siapa mau? Besok papa belikan.” Salah satu dari kalian lihat judul buku papa “ZHUAN FALUN! Li Hongzhi. Li Hongzhi ini pengarangnya pah?” “Ya,” jawab papa waktu itu. “Baca deh.” Lalu kalian jawab “Wah, tebal pah, males bacanya…”

Papa hanya tersenyum, maklum. Memang, yang tidak punya “takdir pertemuan” dengan buku ini, mungkin tak akan tertarik untuk baca. Maka papa pun tak mungkin memaksa kalian untuk membacanya. Juga, bila saatnya nanti papa meninggalkan kalian, papa tak akan membuat ‘surat wasiat’ agar kalian mempelajarinya. Buku ini terlalu agung untuk dipaksakan pada orang untuk membacanya. Meski kepada isteri dan anak-anak kesayangannya.

Toh, papa berharap kelak kalian mau membacanya. Sambil mengenang ‘almarhum’ papamu ini? Kalau begitu ingat tips ini. Begitu kalian mulai baca, usahakan baca sampai habis. Jangan berhenti di tengah jalan. Kalian mungkin bertanya: “Mengapa pah?”  Haha, ingin tahu? Baca saja, nanti kalian akan tahu sendiri.  Dan papa jamin, kalian tak akan rugi. Semoga kalian ada jodoh dengan buku ini. Daah..(bersambung)

(Dikisahkan oleh YangKung)

Apr 4, 2012

KEWAJIBAN MENDIDIK SEORANG AYAH DARI DENMARK

Lauter tua adalah seorang pedagang besar di pasar ikan. Dia memiliki seorang putra yang tinggi badannya mencapai 1,9 m,  sangat pandai, berbudi dan penurut. Selain waktu bersekolah, dia mempergunakan hampir seluruh waktu senggangnya untuk bekerja membantu ayah dan ibunya.
Lauter tua adalah seorang yang sangat ramah dan selalu riang bersemangat, kecuali saat peristiwa yang terjadi pada hari itu ….

Dengan mata kepala sendiri saya menyaksikan Lauter tua dengan muka merah padam, menarik Lauter junior ke atas mobil. Saya bergegas maju ke depan menanyakan permasalahannya.
Dengan menahan kemarahan Si Lauter tua menceritakan kepada saya bahwa pada siang itu Lauter junior yang berada di toko, telah menjual sebuah coolbox (kotak pendingin) yang berkualitas rendah, dimana penyumbat plastiknya kendur kepada seorang nelayan. Sebenarnya coolbox tersebut telah dia keluarkan untuk dikembalikan, tetapi Lauter junior yang tidak tahu telah menjualnya.

Sambil tertawa saya meminta si Lauter tua jangan emosi, saya katakan, “Di Tiongkok ada sebuah pepa-tah yang mengatakan, yang tidak tahu tidak bersalah.”

Si Lauter tua menjawab, “Memang saya tidak memberitahu Junior, tetapi sebagai seorang pegawai toko ketika dia menjual coolbox itu, sudah seharusnya ia memeriksanya terlebih dahulu dengan saksama sebelum diberikan kepada  pembeli. Sekarang, dia perlu pergi dengan saya untuk menutup kerugian yang sudah diderita oleh pembeli itu.”

Pada hari itu, sangat tidak kebetulan sekali, nelayan yang bernama Fandersar itu sedang tidak ada di tempat.

Masalahnya seperti apa yang telah diduga. Keesokan harinya setelah Lauter tua menjumpai nelayan itu di pasar ikan, ia menemukan bahwa coolbox yang penuh dengan ikan itu, telah menyebabkan isinya berubah kualitas, mengeluarkan bau ikan yang busuk.

Kemudian si Lauter tua itu memanggil anaknya yang sedang bersekolah. Di hadapan orang banyak, Lauter tua meminta Lauter junior mengangkat coolbox yang berisi ikan busuk itu untuk diletakkan di atas timbangannya sendiri, lalu ditimbang.

Setelah itu dia mengeluarkan kalkulator, ikan-ikan itu ia hargai sesuai harga yang ada pada hari itu. Kemudian menghitung kerugian yang diderita oleh nelayan itu, totalnya sekitar 1.000 Euro.

Dia menunjukkan hasil hitungannya itu kepada anaknya, kemudian berkata, “Sudah kamu lihat, oleh karena keteledoranmu telah mengakibatkan terjadinya kerugian ini. Kamu harus tahu, kesalahan yang kamu lakukan harus kamu tanggung sendiri. Ayah sudah meminta ijin libur ke sekolahmu selama satu bulan. Dalam satu bulan ini kamu harus bekerja untuk tuan Fandersar, sampai cukup untuk menutupi kerugian yang telah diderita olehnya.”

Cerita di atas terdengar agar berlebihan bagi orang jaman sekarang, tetapi hal ini sungguh-sungguh merupakan hal biasa pada dekade tahun enam puluhan. Perubahan ini, semuanya tidak lain karena telah terjadi kemerosotan moralitas manusia yang tajam. Manusia jaman sekarang tidak menyadarinya. Orang-orang saling bersaing dan berebut tanpa memperdulikan apa pun, bahkan ada yang sampai mempertaruhkan nyawa orang lain.

Master Li Hongzhi pernah menulis dalam bukunya, Zhuan Falun, sebagai berikut: 
“… sekiranya setiap orang selalu berkultivasi (memperbaiki diri) ke dalam, setiap orang selalu mencari pada Xinxing (moralitas) sendiri, mencari sendiri sebab dari suatu kekurangan, agar  waktu lain dapat melakukan dengan lebih baik, sebelum berbuat mempertimbangkan kepentingan orang lain. Dengan demikian masyarakat umat manusia tentu juga akan berubah baik, moralitas juga akan kembali meningkat; peradaban spiritual tentu juga berubah baik, keamanan publik tentu juga akan berubah baik, boleh jadi bahkan tanpa polisi. Tidak perlu ada yang mengatur, setiap orang mengurus diri sendiri, mencari ke dalam hati sendiri, menurut Anda bukankah ini sangat baik. Anda tahu bahwa dewasa ini hukum sudah makin sehat dan makin sempurna, namun mengapa masih ada yang berbuat kejahatan? Ada hukum mengapa tidak dipatuhi? Semata-mata karena Anda tidak dapat mengatur hatinya, ketika tidak terlihat, mereka masih akan berbuat kejahatan. Jika setiap orang selalu berkultivasi ke dalam lubuk hati, hasilnya akan sama sekali berlainan. Juga tidak perlu sampai Anda membela seseorang dari perlakuan tidak adil…

Mar 12, 2012

LIMA HAL YANG DILAKUKAN SEORANG AYAH

Kita harus tahu bahwa menjadi seorang ayah bukan semata-mata sebuah peran sentimentil, tetapi sebuah peran yang sangat praktis juga. Peran ayah tidak hanya sekedar membantu menyiapkan makan di atas meja, mengajar kita naik sepeda atau mengajak kita bermain. Para ayah sangat kritis terhadap anak yang sehat dan pengembangan manusia. Dengan kata lain, ayah-ayah kita membantu kita menjadi orang yang pandai, penuh belas kasih, percaya diri dan dapat menyesuaikan diri.

Ada lima hal penting untuk bisa hidup dengan baik dalam masyarakat yang dikatakan oleh ilmu sosial dan psikologi dan yang cenderung kita peroleh dari ayah dari pada ibu kita:


Ayah mengajarkan empati (merasakan apa yang dirasakan orang lain)
Suatu studi selama 26 tahun yang dipublikasikan oleh American Psychological Association menemukan bahwa anak-anak dengan ayah yang sangat terlibat dalam kehidupan mereka sepertinya lebih sensitif terhadap keperluan orang lain pada saat mereka dewasa dari pada mereka yang ayahnya tidak terlibat dalam kehidupannya.

Kenyataannya, para peneliti menemukan bahwa keterlibatan ayahnya secara substansial berpengaruh lebih besar terhadap pengembangan perasaan murah hati dan kepedulian pada masa dewasanya dibandingkan dengan tiga gabungan sifat ibu yang diprediksi terkuat.


Ayah dapat  memberi keyakinan
Untuk dapat memperoleh kepercayaan dari orang lain bukan sekedar dari orang lain yang mengatakan bahwa kita baik, tetapi sesungguhnya dengan mencoba melakukan sesuatu yang sulit dan menemukan bahwa kita dapat melakukannya. Para ayah lebih punya kemungkinan besar untuk menantang anak-anaknya mencoba hal-hal yang sulit dengan mengambil risiko yang aman dan teratur.

Penelitian bahkan menunjukkan bahwa bayi-bayi dengan keterlibatan ayah lebih memiliki kepercayaan diri dan antusias untuk lebih mengenal dunia di seputar mereka. Gaya para ayah yang lebih aktif dalam bermain dan yang lebih lamban dalam merespon guna membantu anak-anak mereka melewati situasi frustrasi dapat menciptakan kapasitas pemecahan masalah yang lebih besar dan kepercayaan diri yang lebih besar pada anak-anak laki-laki maupun perempuan.


Sosok ayah dapat meningkatkan perbendaharaan kata
Anak-anak yang pada masa kecilnya banyak meng-habiskan waktunya bersama dengan ayah mereka, akan memiliki lebih luas dan  kompleks perbendaharaan kata. Seorang ibu, karena lebih menaruh perhatian pada kebutuhan anak-anaknya, cenderung berbicara pada level anak. Hal ini bagus dan untuk komunikasi yang langsung.

Tetapi, para ayah saat berbicara pada anak-anak mereka, ia lebih seperti berbicara pada orang-orang dewasa lainnya. Arahan ayah kepada anak mereka cenderung lebih panjang dari arahan ibu mereka, menjadikan anak-anak berkesempatan mendengar kata-kata lebih banyak dan kemudian belajar bagaimana mereka mencocokkan diri untuk menyampaikan sebuah pemikiran. Dan kita tahu bahwa sebuah kosa kata yang kuat adalah dasar untuk membangun ketrampilan baca yang kuat.


Para ayah melindungi anak dari  kejahatan dan kekerasan
Anda mungkin akan sulit menemukan anak-anak dalam kelompok ‘geng’ yang mempunyai ayah yang baik. Hal ini bukan hanya karena para ayah menjaga anak-anak mereka jauh dari kelompok geng, tetapi yang lebih penting lagi, para ayah telah menyediakan untuk anak laki-laki mereka hal-hal yang telah membuat kehidupan ‘geng’ menarik.

Dahulu, banyak anak lelaki yang labil menggunakan pengeras suara, mobil dan sepeda motor untuk menarik perhatian para tetangga. Kini anak-anak itu menggunakan senapan dan penyerangan.

Anak-anak dengan ayah yang baik tidak mempunyai keinginan seperti itu. Mereka tahu dari ayah mereka bahwa hal itu bermasalah, dan mereka merasa tidak seharusnya memaksakan cara mereka itu pada lelaki yang sudah matang.

Begitu juga, anak-anak perempuan yang memiliki ayah yang baik, tidak akan terjatuh pada tekanan godaan seksual  anak laki-laki, karena gadis-gadis dengan ayah yang baik lebih memiliki kepercayaan diri, karena mereka sudah mendapatkan cinta seorang laki-laki yang baik.


Ayah meningkatkan pelayanan lebih baik bagi perempuan
Carilah seorang perempuan yang penuh percaya diri, cemerlang, berkemampuan, dan tidak mungkin jadi korban seksual, korban emosi atau korban keuangan, maka saya akan menunjukkan pada Anda seorang perempuan yang mempunyai seorang ayah yang baik dalam hidupnya.

Seorang ayah yang baik akan menunjukkan pada anak lelaki maupun anak gadisnya bagaimana seharusnya seorang lelaki yang baik memperlakukan perempuan. Hal ini ditunjukkan oleh perilaku seorang ayah yang berperilaku baik, dan juga dari perilakunya yang agak kurang baik. Ketika seorang ayah yang baik kurang menaruh perhatian dan Ibu menegurnya, ayah lalu menanggapinya dengan cara seperti seorang gentleman, saat itu baik anak lelaki maupun anak gadis akan mencatatnya dalam hati.

Penelitian dari Universitas Kalifornia melihat pada 90 budaya yang berbeda untuk mempelajari bagaimana keikut-sertaan laki-laki dalam mempedulikan anak dihubungkan dengan status perempuan dalam budaya itu. Mereka menemukan sebuah hubungan yang erat, yang menjelaskan, “Masyarakat dengan keterlibatan yang signifikan dari orangtua dalam mempedulikan anak secara rutin lebih mungkin dari pada masyarakat yang tanpa kehadiran ayah dan yang menyertakan perempuan dalam mengambil keputusan serta  mengizinkan perempuan menduduki posisi yang berkuasa.” Mungkin berita yang terbaik diantara semuanya, lima pernyataan ini tidak hanya benar bagi ayah-ayah yang bergelar “Ayah favorit” tetapi juga bagi ayah-ayah lain yang cukup baik, yang setiap hari muncul dan menyempatkan diri dalam pekerjaan yang melibatkan kehidupan anak-anak mereka. Dalam menjadi ayah, kuantitas akan dapat memperbaiki banyak kekurangan tipikal dalam kualitas. 
Bookmark and Share
Custom Search