Pagi ini adalah pagi yang suram dan dingin.
Setelah mengantarkan anak saya ke sekolah, saya mampir di sebuah restoran cepat
saji. Saya mengambil satu eksemplar koran dan duduk di sudut ruangan untuk
sarapan pagi. Tak ada orang lain yang berada di restoran itu. Di beberapa meja
tergeletak gelas kertas, piring kertas dan french fries (kentang goreng) yang
masih belum dibersihkan.
Seorang wanita muda masuk bersama seorang anak
laki-laki berumur 6 tahun. Setelah memesan menu, mereka duduk menunggu pesanan.
Kemudian pintu otomatis di sudut terjauh ruangan terbuka. Seorang gelandangan
kurus dengan mantel gimbalnya masuk. Dengan kepala tertunduk, dia berjalan
lambat-lambat ke arah meja yang dipenuhi oleh piring kertas. Dia mengorek-korek
piring kertas dan mencari sisa-sisa makanan, mengambil keripik dingin dan
memakannya.
Si bocah kecil itu berbisik ke ibunya,
"Ibu, dia makan sisa-sisa makanan!"
Ibunya berbisik kembali, "Itu dikarenakan
dia lapar, tetapi tidak mempunyai uang."
Bocah laki-laki itu kembali berbicara bahkan
dengan suara yang lebih lebih halus lagi. "Bisakah kita membelikannya
sepotong burger?"
"Ibu pikir dia hanya makan makanan sisa
saja," kata ibunya dengan halus menolak.
Gelandangan itu menyadari bahwa dia sedang
diamati dan segera menoleh ke atas. Sewaktu dia menatap mata bocah kecil itu,
dia merasa malu. Akhirnya dengan cepat dia meletakkan french fries dinginnya
dan tersenyum. Tiba-tiba saja dia mendadak berubah menjadi ramah. Seolah-olah
dia menjadi pribadi yang lain.
Pelayan wanita datang dan memberikan sekantong
kertas besar kepada ibunya, dan sekantong kertas kecil kepada anak laki-laki
itu.
Sewaktu mereka berjalan ke pintu, bocah
laki-laki itu tiba-tiba mengeluarkan burgernya yang ma-sih hangat dari kantong
kecilnya dan menggigitnya sekali. Lalu dia berbalik arah dan menaruhnya di atas
meja, tempat di mana mereka duduk tadi. Kemudian lari keluar bagai seekor
burung layang-layang.
Gelandangan tersebut heran terpaku. Dia
memandangi bocah itu saat berlari kearah ibunya.
No comments:
Post a Comment