Pada tahun-tahun
akhir dari kekuasaan kaisar Kang Xi di dinasti Qing, di daerah He Jian Zhang Ge
Qiao ada seseorang yang dijuluki dengan nama panggilan Liu Heng, dia tinggal di
tepi sungai.
Pada tahun itu
berturut-turun turun hujan lebat selama beberapa hari, air sungai mendadak naik
secara dratis, ombak air keruh bergulung-gulung, situasi arus sungai pada saat
itu sangat dasyat sekali, perahu kecil yang bermuatan terlalu berat tidak akan
tahan dengan gempuran angin deras dan ombak besar acapkali akan mengalami
musibah tenggelam ke dalam sungai.
Suatu hari,
secara kebetulan Liu Heng melihat ada seorang perempuan yang memeluk erat-erat
dayung perahu yang sudah rusak di tengah-tengah arus sungai yang sangat deras,
perempuan itu meronta-ronta serta berteriak minta tolong ditengah arus
gelombang. Di tepi sungai sedang berdiri banyak orang yang menonton, tetapi
karena angin kencang dan arus sungai yang deras, tidak ada satu orang pun yang
berani mengambil risiko untuk menolong perempuan itu.
Melihat keadaan
seperti itu Liu Heng menjadi gusar dan berkata : “Kalian semua apa masih
terhitung sebagai seorang pria yang sejati? Mana ada prinsip yang mengatakan
melihat orang yang akan mati dan tidak memberikan pertolongan?” Selesai
berbicara dengan keputusan hati yang teguh dia mengemudikan perahu kecilnya,
menuruti arus mengejar perempuan yang berada di dalam sungai itu hingga 3-4 km
jauhnya, karena angin sangat kencang dan arus yang sangat deras, perahunya
beberapa kali hampir saja terbalik. Tetapi pada akhirnya dia berhasil menolong
perempuan tersebut hingga ke tepi sungai. Keesokan harinya perempuan tersebut
melahirkan seorang bayi laki-laki.
Satu bulan lebih
setelah kejadian ini, Liu Heng mendadak terserang oleh penyakit, dia berpesan
kepada isterinya untuk mengaturkan pemakaman dia. Tetapi para tetangga heran
mengapa Liu Heng mempunyai pikiran yang demikian itu, sedangkan dia sendiri
masih bisa berjalan seperti seorang bsehat, mereka lalu bertanya kepada Liu
Heng.
Setelah menghela
nafas panjang Liu Heng bertutur : “Saya memastikan bahwa diri saya sudah
mendekati ajal. Karena satu malam setelah menolong perempuan yang jatuh dalam
air, saya bermimpi, samar-samar saya datang ke depan pintu sebuah rumah
pejabat.
Penjaga pintu
membawa saya masuk ke dalam rumah itu, lalu ada seorang pejabat pemerintah
mngeluarkan sebuah buku catatan, dengan menunjuk pada buku pejabat itu berkata
kepada saya: ‘Masa hidup Anda yang sekarang ini telah terkumpul berbagai jenis
karma kejahatan, seharusnya Anda meninggal pada hari apa bulan apa dan pada
tahun berapa, lalu dilahirkan kembali sebagai seekor babi, dan akan mengalami
derita hukuman disembelih oleh manusia selama lima keturunan. Beruntung Anda
tadi pagi sekali menolong menghidupkan dua nyawa, sudah terhitung Anda telah
mendapatkan pahala besar di alam baka.
Menurut hukum
akhirat, usia Anda mendapatkan perpanjangan selama 24 tahun. Sekarang
perpanjangan usia Anda ini dibayarkan dengan karma jahat yang terkumpul oleh
karena prilaku jahat yang Anda lakukan semasa hidup, Anda masih tetap mati pada
tanggal bulan dan tahun yang sudah ditetapkan semula, tetapi dibebaskan dari
derita hukuman menjadi seekor babi dan disembelih oleh manusia selama lima
turunan itu. Sekarang ini Anda sudah mendekati ajal, kami takut manusia awam
tidak mengerti fakta yang sesungguhnya, menjadi curiga mengapa berbuat kebaikan
yang begitu besar, malahan harus menemui ajal pada usia muda.
Maka hari ini
saya khusus memanggil Anda datang kemari, untuk menjelaskan permasalahannya
dari awal hingga akhir, agar semua orang tahu hal ikhwal kejadian tersebut.
Sebab dan akibat Anda di masa kehidupan sekarang ini telah berakhir, pada
kehidupan yang akan datang berusahalah dengan keras untuk melakukan kebaikan!’
Setelah saya terbangun dari tidur, merasakan mimpi saya ini sangat sial sekali,
jadi saya tidak menceritakan mimpi saya ini kepada orang lain. Sekarang hari
kematian saya telah tiba, ternyata saya benar-benar terserang penyakit, apakah
saya masih mengharapkan bisa terus hidup?” Tidak lama kemudian, Liu Heng
benar-benar meninggal dunia pada hari yang sudah ditentukan.
Dari cerita
tersebut di atas, kita semua tahu dalam hal hadiah dan hukuman prinsip dari
dewa itu sangat jelas sekali sedikit pun tidak akan sembarangan. Mujur atau
tidaknya nasib seseorang, akan selalu menurut gabungan perhitungan dari prilaku
orang itu sendiri selama beberapa kehidupan dia. Oleh karena itu jangan karena
ada beberapa kejadian yang kebetulan tidak memanifestasikan hukum antara sebab
dan akibat, lalu Anda menganggap Tuhan tidak mengetahui akan hal itu, Anda
salah besar dalam masalah ini! Benih apa yang kita tabur, maka itu pula yang
akan kita tuai.
No comments:
Post a Comment