Sebenarnya
kemurnian dan kebaikan merupakan sari pati yang paling berharga dalam jiwa
manusia. Dengan memiliki kemurnian watak hakiki manusia, seseorang barulah dapat
memiliki ketulusan, karena ketulusan bersumber dari kemurnian. Kemurnian bisa
membuat jiwa seseorang menjadi bersih, sedang kebaikan bisa membuat jiwa
seseorang menjadi luhur.
Kebaikan
hati yang murni bukan sekedar sederhana dan polos, dia merupakan semacam taraf
jiwa yang paling luhur. Oleh karena itu, jika seseorang memiliki sebuah
kebaikan hati yang murni, maka dapat dipastikan dia adalah salah satu orang
yang berperangai paling luhur (mulia).
Dalam
buku “San Zi Jing” (Tiga Aksara, buku pendidikan moral untuk anak zaman
Tiongkok kuno) disebutkan:
•Ren
Zhi Chu, Xing Ben Shan, artinya watak hakiki manusia, pada dasarnya adalah
baik.
•Xing
Xiang Jin, Xi Xiang Yuan, artinya setelah besar karena lingkungan belajar
berbeda, sifatnya mulai ada perbedaan
•Gou
Bu Jiao, Xing Nai Qian, artinya apabila sewaktu kecil tidak dididik dengan baik, maka sifat kebaikan itu akan
berangsur-angsur berubah menjadi jelek.
•Jiao
Zhi Dao, Gui Yi Zhuan, artinya dengan cara bagaimana mendidik anak? yang
penting harus mendidik anak dengan sepenuh hati dan terpusat.
Ada orang yang membagi kemurnian
menjadi dua macam: satu macam adalah kemurnian asli milik anak-anak. Jiwa kecil
yang belum berbudaya, pikirannya sama sekali tidak rumit, putih bersih bagaikan
selembar kertas baru. Yang semacam lagi yaitu kemurnian dengan berjalan kembali
ke asal. Segala macam orang arif dan mahabijak di dunia ini, mereka semua
dengan melalui kepercayaan (keyakinan), pemikiran dan kultivasi telah
mencampakkan pikiran mereka yang rumit serta konsep dari manusia, untuk
akhirnya pulang ke asal, kembali kejati diri yang asli, batin (sanubari) dan
sifat kemanusiaan mereka telah kembali ke keadaan yang murni seperti sifat asal
mula jiwa itu.
Jika
masyarakat moderen ini diperumpamakan sebagai suatu tempat pencelupan warna
atau suatu limbah air kotor, maka mereka yang memiliki kebaikan yang murni
boleh dikatakan bagaikan bunga lotus di atas air limbah itu.
Dahulu
di salah satu desa yang pernah saya tinggali, terdapat satu genangan air, di
mana nampak bayangan indah dari bunga lotus. Sudah menjadi sifat alami, bahwa
bunga-bunga lotus terlihat lebih indah dibandingkan tumbuhan air yang lainnya,
ia tumbuh dari lumpur tetapi tidak terkontaminasi.
Jika
seseorang masih bisa mempertahankan kebersihan diri dari keadaan lingkungannya
yang sangat kotor, ini sungguh bukan suatu hal yang mudah, orang ini
benar-benar luar biasa, dan patut mendapat acungan jempol!
Sejak
kecil saya sangat suka memandangi bunga lotus yang bermekaran di dalam kolam
lotus, mengagumi keindahan, keanggunan dan kesuciannya. Di atas kolam air, hamparan daun-daun lotus
bagaikan permadani hijau yang menutup di atas kolam. Di sana sini, pada celah-celah daun itu
bermunculan kuntum-kuntum bunga lotus putih atau merah muda. Keindahannya
begitu mengagumkan, memikat hampir setiap orang yang lalu lalang di sana, memberikan kedamaian
dan keriangan yang sulit digambarkan. Asalkan seseorang memiliki naluri alami
yang masih belum terkontaminasi, siapapun tidak bisa menolak pesona yang
ditimbulkan, dan hanya bisa terbenam dalam kenikmatan untuk memandangnya secara
berulang-ulang.
Dari
dulu hingga kini, karena keindahan lotus yang begitu memukau, banyak orang yang
menulis tentang lotus, melukis lotus, semua meminjam bunga lotus untuk
mencerminkan keluhuran hati serta watak yang bersih dan agung. Bunga lotus
membuat jiwa dan kehidupan keseharian para seniman mendapatkan peningkatan
spiritual.
Dari
dulu hingga kini, dari dalam maupun luar negeri, dalam setiap syair dan lukisan
tentang bunga lotus, semua mengandung arti murni bersih dan agung. Bunga lotus
yang indah dan anggun seringkali dijadikan topik ideal oleh para seniman untuk
menggambarkan suatu keindahan yang sempurna.
Saat
perasaan mereka berbaur dengan bunga lotus, jiwa mereka menyatu, maka dia telah
menembus keruwetan dan kerumitan dunia ini, memasuki alam impian yang dalam
akan bunga lotus. Itu merupakan dunia dari dirinya sendiri, juga merupakan
dunia tanpa dirinya. Kekacau-balauan telah pudar, kekeruhan telah sirna, tanpa
kesenangan tanpa kekhawatiran, tiada kelahiran dan tiada kematian. Taraf pikiran
yang demikian ini bukan sembarang orang bisa mencapainya.
Di
dunia ini, para kultivator secara tuntas telah mencampakkan nama dan
keuntungan, perasaan dendam dan permusuhan, maka kebaikan hatinya bisa bersih
bagaikan bunga lotus, dan tubuhnya akan menjelma bagai bunga lotus di antara
manusia. Bunga lotus ini merupakan sebuah lampu penerang bagi mereka yang
memiliki kemurnian hati, dari dalam matanya akan terpancar sinar cemerlang yang
bersih.