Dalam
mitologi Yunani dinyatakan bahwa Themis merupakan satu dari 6 putra dan 6 putri
dari Dewi Gaia (Dewi Bumi) dan Dewa Ouranos (Dewa Langit). Keduabelas putra dan
putri Gaia-Ouranos adalah ras yang memiliki kekuasaan mengatur, masing-masing
bernama: Oceanus, Thetys, Hyperion, Theia, Coeus, Phoebe, Cronus, Rhea,
Mnemosyne, Crius, Iapetus dan tentu saja Themis. Merekalah yang oleh orang
Yunani dipercaya mengatur dunia ini.
Themis
dapat diartikan sebagai hukum alam atau bisa juga disebut sebagai pengaturan
bagi kemanusiaan. Dewi Themis juga melambangkan keteraturan, peraturan hukum
dan adat kebiasaan. Dalam banyak penggambaran, Themis merupakan perempuan
dengan mata tertutup, tangan kanan memegang timbangan dan tangan kiri memegang
pedang, seperti yang anda lihat di atas. Dalam beberapa penggambaran, terlihat
ada seekor ular yang sedang melata di kaki Sang Dewi. Penggambaran lain justru
menunjukkan bahwa pedang yang dipegang Dewi Themis di tangan kiri menusuk tubuh
ular yang diinjak oleh kaki Sang Dewi.
Penggambaran
yang sangat jelas tentang bagaimana keadilan harus ditegakkan, bahkan dijunjung
tinggi, fiat justisia ruat coelum. Keadilan harus tetap hidup bahkan andai
langit runtuh dan menimpa dunia. Kejahatan harus dihentikan, bukan hanya
ditusuk dengan pedang, bahkan diinjak-injak bila perlu. Walaupun Amerika
Serikat menggunakan pemikiran bahwa lebih baik membiarkan banyak penjahat bebas
daripada menghukum seorang yang tidak bersalah, tetapi ketika kondisi
reasonable doubt, bahwa berdasarkan alasan dan akal sehat setelah melalui
pertimbangan yang hati-hati atas bukti-bukti yang ada seorang juri dapat
meyakini bahwa seseorang bersalah, maka hukum langsung ditegakkan. Dengan vonis
yang cukup berat.
Mata yang
tertutup sering diartikan bahwa tidak ada ampun, bahkan bila orang yang
melakukan kesalahan adalah orang yang sangat dikenal. Dimaknai bahwa Sang Dewi
hanya menggunakan pendegaran dan setelah itu fikiran serta hati nurani saja
untuk memutuskan apakah orang tersebut bersalah atau ternyata harus dibela.
Tidak peduli apakah orang tersebut baru saja dikenal ataupun merupakan sahabat
lama.
Tetapi banyak
sekali guyonan justru tentang mata Themis yang ditutup itu. Karena mengenali
seseorang tidak hanya perlu mata. Telinga juga dapat membedakan apakah orang
yang ada di depan kita adalah orang yang kita kenal atau orang yang baru sekali
ini bertemu dengan kita. Maka dengan telinga saja Sang Dewi sudah dapat
mengenali apakah dia sedang mengadili sahabat lama atau kenalan baru.
Ada guyonan yang lebih parah lagi. Pernah Anda
perhatikan bagaimana orang buta berdagang? Anda perhatikan ketika mereka
menerima uang untuk membayar barang yang mereka jual dan mengenali uang yang
akan mereka berikan kepada pembeli sebagai kembali bila sang pembeli memberikan
uang dengan nilai yang lebih tinggi dari nilai jual barang tersebut? Si orang
buta akan meraba uang tersebut dari ujung ke ujung. Ternyata tekstur kertas
dari masing-masing pecahan berbeda, begitu pula dimensi kertas uang tersebut.
Maka
lanjutan dari guyonan itu adalah Themis akan meletakkan salah satu dari kedua
gadget yang dipegang. Ketika akan menandai uang, Themis meletakkan pedang maka
berarti dia bersedia untuk tidak membunuh serpent (ular / mahluk jahat) ketika
memegang uang. Bila Themis melepaskan timbangan, maka berarti dia bersedia
untuk bertindak tidak adil.
Padahal
pernah Anda perhatikan bahwa dengan satu lembar kertas uang saja, seorang yang
tidak dapat melihat perlu waktu cukup lama untuk mengetahui uang dengan nilai
berapa yang sedang dia pegang. Bagaimana bila itu terjadi dengan banyak lembr
kertas uang, satu persatu akan diperiksa dengan cara yang sama. Maka akan
sangat lama sekali Sang Dewi melepaskan pedang atau timbangan yang dia pegang.
Semakin
parah bila Sang Dewi memiliki kulit jari yang tidak terlalu sensitif, maka
diperlukan dua tangan untuk memeriksa uang tersebut satu persatu. Sehingga tak
satupun yang dapat dia lakukan, baik menghukum orang yang bersalah maupun
memberikan keadilan bagi semua pihak.
Anda,
mungkin, dalam hati menyebut sebuah kasus, sekelompok orang, sebuah organisasi
maupun seseorang dalam negara kita yang tercinta ini. Ya, begitulah yang
terjadi dalam dunia peradilan. Semua orang di luar sistem peradilan menuduh
orang dalam sistem melakukan hal tersebut, sementara semua orang dalam sistem
akan mati-matian membela diri bahwa tidak ada rekan mereka yang melakukan hal
tersebut.
Menyedihkan
memang. Di saat banyak orang yang semakin lama semakin menderita, semakin lama
semakin banyak yang terkena penyakit gizi buruk, semakin banyak yang secara
nyata sangat memerlukan Subsidi Langsung Tunai, semakin banyak orang yang yang
tidak lagi mempunyai pekerjaan, semakin banyak orang yang harus mengantri untuk
sekedar mendapatkan minyak tanah, tetapi Dewi Themis yang dipercayakan untuk
mempertahankan keseimbangan malah sibuk menghitung uang.
Akan
menjadi lebih seru lagi bila kedua belah pihak yang berseteru sama-sama membuat
Dewi Themis sibuk menghitung uang dari kedua pihak tersebut. Betapa akan
semakin lama pula Themis melupakan tanggungjawab yang diserahkan oleh Zeus.
Apakah Zeus demikian pemaaf, sehingga Themis boleh begitu saja mengabaikan
tanggung jawab yang dia emban?
Lebih
sayang lagi memang bahwa semua yang mengambil peran Dewi Themis jauh lebih
takut pada kehilangan penghasilan, kehilangan kenyamanan hidup, kehilangan
kemewahan. Langit memang tidak pernah runtuh, bahkan kenyamanan hidup pun tidak
berani mereka lepaskan apalagi sampai langit runtuh demi fiat justisia.
Teman saya
pernah berkata, bagaimana mengetahui seseorang sudah sangat kaya atau masih
sangat miskin. Seorang teman lain menyatakan bahwa seseorang bisa dibilang kaya
bila dia memiliki banyak rumah, banyak mobil, banyak perusahaan dan banyak
uang. Saya bilang, bahwa saya tidak pernah dengar (mungkin memang wawasan saya
yang sempit) Bill Gates memiliki perusahaan lain selain Microsoft. Memang ada
banyak perusahaan lain di bawah Microsoft, ada juga perusahaan yang dimiliki
secara bersama dengan perusahaan lain yang juga besar. Tetapi semua perusahaan
tadi adalah milik Microsoft, bukan milik Bill Gates. Bill Gates bahkan hanya
memiliki sebagian saja dari saham Microsoft. Beberapa rumah yang ditempati oleh
keluarga Gates, juga milik Microsoft. Begitu pula dengan mobil yang
dipergunakan.
Beberapa
kali Bill Gates bepergian keliling dunia dengan tujuan bisnis (yang tentu saja
dibayar oleh Microsoft) tetapi bisa travelling di sela-sela bisnis tersebut.
Bila Robert T Kiyosaki saja mengajarkan untuk tidak memiliki uang pribadi
terlalu banyak, dengan memindahkan sebagian besar penghasilan pribadi menjadi
asset perusahaan yang dimiliki, maka sangat mungkin Bill Gates sudah melakukan
hal tersebut dari dulu.
Jadi siapa
yang miskin kalau Bill Gates secara pribadi bukan pemilik banyak perusahaan,
bukan pemilik banyak mobil, bukan pemilik banyak rumah bahkan mungkin uang yang
disimpan atas nama Bill Gates juga tidak banyak?
Saya katakan bahwa orang yang miskin justru orang yang takut kehilangan kekayaan, kemewahan dan kenyamanan hidup. Yang miskin justru orang yang mempertahankan mobil yang dimiliki, mempertahankan uang yang ada dan mempertahankan rumah yang dimiliki. Orang yang melarat adalah orang yang sangat peduli dan berani mengorbankan apapun untuk mendapatkan tambahan uang, tambahan mobil dan tambahan rumah.
Tanpa banyak yang mendengar, orang-orang kaya seperti Bill Gates berani menyumbang sampai lebih dari 1 juta dollar Amerika Serikat untuk orang tidak mampu, mereka lah orang-orang yang oleh SWA bulan April 2006 disebut filantropis. Lalu apa yang dilakukan oleh orang-orang yang mengaku ‘turunan Dewi Themis’ di negara kita yang tercinta ini?
Saya katakan bahwa orang yang miskin justru orang yang takut kehilangan kekayaan, kemewahan dan kenyamanan hidup. Yang miskin justru orang yang mempertahankan mobil yang dimiliki, mempertahankan uang yang ada dan mempertahankan rumah yang dimiliki. Orang yang melarat adalah orang yang sangat peduli dan berani mengorbankan apapun untuk mendapatkan tambahan uang, tambahan mobil dan tambahan rumah.
Tanpa banyak yang mendengar, orang-orang kaya seperti Bill Gates berani menyumbang sampai lebih dari 1 juta dollar Amerika Serikat untuk orang tidak mampu, mereka lah orang-orang yang oleh SWA bulan April 2006 disebut filantropis. Lalu apa yang dilakukan oleh orang-orang yang mengaku ‘turunan Dewi Themis’ di negara kita yang tercinta ini?
Sibuk
mengorbankan banyak hal demi uang. Kasihan sekali orang-orang yang melarat itu
tapi mengaku-aku sebagai ‘turunan Dewi Themis’.
Themis
membangun Oracle di Delphi dan justru diserahkan kepada Sang Ibu, bahkan ketika
Sang Ibu mewariskan Oracle kepada Themis, dia langsung menghibahkan kepemilikan,
tanggung jawab dan pengelolaan kepada Phoebe.
Jadi masih
berani Anda mengaku sebagai keturunan Dewi Themis?
ardian.syam@gmail.com
No comments:
Post a Comment