Sejatinya yang membedakan manusia dengan
makhluk lain adalah karena setiap manusia telah dibekali nurani sejak ia
dilahirkan. Nuranilah yang menggerakkan motivasi, karya, dan ucapan setiap
orang. Dan jika seseorang memperhatikan dan menjaga nuraninya, maka ia akan
merasakan dan menikmati keberadaannya sebagai ciptaan Tuhan yang berbahagia.
Ketika seseorang
melakukan keadilan, kebenaran, dan kebaikan, hati nuraninya akan merasakan
sejahtera, sebaliknya, ketika ia melakukan keburukan, kejahatan dan
ketidakadilan, hati nuraninya akan mengugat dirinya. Seperti yang dilakukan
para narasumber Kick Andy ini.
Liana Christanty.
Keprihatinannya terhadap nasib anak-anak yang terlahir kurang beruntung telah
mencetuskan ide untuk mendirikan Pondok Hayat, yang berlokasi di Dukuh Kupang,
Surabaya. Inilah tempat yang menyediakan penampungan bagi perempuan-perempuan
tak bersuami yang melahirkan anak di luar nikah. Bayi-bayi yang dititipkan di
pondok ini, akan mendapatkan perawatan sebagaimana mestinya secara cuma-cuma,
dan saat ini ada sekitar 33 bayi tinggal di pondok tersebut.
Pondok Hayat
menjadi tempat yang tak hanya aman bagi para perempuan yang hamil pranikah,
tetapi juga pemulihan identitas, serta trauma dan bimbingan pengembangan diri.
Sudah sejak tahun 1998 Liana membantu bayi-bayi dari para perembuan yang hamil
di luar nikah. Hingga beberapa di antara mereka sudah beranjak remaja.
Khususnya untuk anak-anak berusia 3 hingga 10 tahun kemudian ditempatkan di
sebuah rumah anak. Disitulah mereka bisa belajar, bermain, sekaligus menjadi
tempat tinggal bagi mereka. Kepedulian Liana untuk membantu sesama tak hanya
pada bayi-bayi dari perempuan bermasalah, tetapi kemudian meluas hingga ke
dunia pendidikan.
Usia senja, bagi
kebanyakan orang merupakan momok yang menakutkan. Menurunnya kondisi fisik,
masalah kesehatan dan mundurnya produktifitas tentulah menjadi masalah
bagi para lansia dari keluarga miskin.
Keprihatinan pada kondisi lansia miskin, telah membuat Yuherli berpikir keras
untuk membantu para lansia keluar dari ketidakmampuan akan keadaan itu. Untuk
menerjemahkan tekad mulianya itulah, pada tahun 1996 ia pun mendirikan sebuah
yayasan moral Karang Lansia yang anggotnya para lansia di Banjarmasin yang
tergabung dalam sebuah “Lembaga Bina Bhakti Taruna” atau disingkat LB2T. Dalam
perjalanannya LB2T telah memiliki 116 kader yang terbagi dalam 65 kelompok.
Sekitar 2975 lansia kini tersebar di seluruh daerah Banjarmasin Kalimantan
selatan. Menurut Yuherli, banyak orang mendoakan panjang umur pada setiap orang
tua, tetapi banyak yang tidak siap merawat dan memelihara ketika mereka
memasuki masa lansia.
Mendengar kata
mayat, jenazah korban kecelakaan, ataupun pembunuhan, di benak banyak orang
pastilah selain merinding biasanya ada rasa takut bahkan jijik. Tapi tidak bagi
Iwan Hasyim Muya, atau yang lebih dikenal sebagai “Iwan Mayat”. Bagi Iwan,
mayat justru adalah ladang untuk berbuat bagi kemanusiaan. Sudah 33 tahun ia
mengabdikan diri membantu proses evakuasi mayat khususnya di Palembang,
Sumatera Selatan. terlebih lagi semua yang dilakukan Iwan adalah tanpa pamrih
dan bahkan tidak digaji Bagi laki-laki yang kini usianya 66 tahun ini,
mengurusi jenazah dengan berbagai kasus bukanlah perkara mudah. Berbagai
kondisi kematian pernah di hadapinya. Mulai dari gantung diri (bunuh diri), korban pembunuhan,
tenggelam, kecelakaan lalu lintas, terbakar hingga mutilasi. Semua pernah ia
tanganinya tanpa risih dan jijik. Baginya mereka yang telah meninggal adalah
manusia yang membutuhkan pertolongan. Mereka juga perlu diperlakukan dengan
baik.
Bekerja tanpa
pamrih menjadi modal keseriusan Banpol Polresta Palembang ini dalam
mengidentifikasi korban mayat. Sebagai relawan ia harus siap bertugas selama 24
jam setiap hari tanpa libur. Meski saat membantu evakuasi ia hanya menggunakan
peralatan sederhana, tanpa sarung tangan, bahkan tanpa masker, namun hingga
kini Iwan telah berhasil mengevakuasi 6.055 mayat.
Gempa bumi di Liwa
Lampung, Yogyakarta, Bengkulu, bahkan dia pun ikut terjun ke laut ketika Kapal
Tristra Bangka-Palembang karam. Dari bencana tsunami di Nangroe Aceh Darussalam
(NAD) saja, Pak Iwan berhasil mengevakuasi 900 lebih jenazah. Itu pula yang
membuatnya mendapatkan penghargaan dari Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono.
Ia mendapatkan tanda kehormatan berupa Satya Lancana Kebaktian Sosial pada
Desember 2005 lalu. Usianya memang sudah tak muda lagi, tapi keinginannya untuk
memanusiakan manusia walau telah berupa mayat menjadikannya semakin kuat
berniat untuk tidak pensiun menjadi relawan.
http://www.kickandy.com/theshow/1/1/2333/read/ATAS-NAMA-NURANI.html
No comments:
Post a Comment