Semua keberuntungan dalam hidup berasal dari
De (keluhuran budi). Dengan memiliki hati yang bajik, dan mengamalkan perbuatan
baik maka yang akan diperoleh hanyalah balasan kebaikan.
Seorang raja yang memerintah dengan keluhuran
budi, menghormati Tuhan dan mengasihi rakyatnya, negaranya akan makmur,
sejahtera dan kuat. Sebaliknya jika memerintah dengan kelaliman, tirani, kalau
bukan akan digulingkan manusia, Tuhan akan memusnahkannya, tidak akan
membiarkannya selalu mencelakai rakyat jelata. Hal ini merupakan perwujudan
balasan atas kebaikan ataupun kejahatan suatu dinasti dan rajanya.
Demikian pula sebuah keluarga, jika
turun-temurun mereka sangat mementingkan keluhuran budi pekerti, maka anak-cucu
mereka akan dilindungi dan diberkati, keluarga besar tersebut akan makmur dan
generasinya akan berlanjut. Jika keluarga tersebut secara bertahap menyimpang
dari tradisi, bertentangan dengan moralitas, melakukan kedurhakaan besar, maka
keluarga besar tersebut akan mulai merosot, ini benar-benar merupakan anak yang
merusak kebesaran keluarga.
Keluarga manakah yang tidak ingin
beranak-pinak? Siapa yang ingin tidak mempunyai keturunan? Namun apakah
keluarga tersebut sejahtera bukanlah ditentukan oleh nasib melainkan ditetapkan
oleh keluhuran budi pekerti dirinya sendiri. Jika orang tersebut mengamalkan
perbuatan baik, baik terhadap orang lain, bermurah hati, Tuhan tidak akan
menamatkan keturunannya, dia hanya akan menerima berkah yang berkelimpahan bagi
anak-cucunya, menerima berkah kebaikan. Nasib ditentukan oleh diri sendiri,
merupakan imbalan atas karma yang telah diperbuat, apa yang ditanam akan
dituai. Ingin mengubah takdir, hendaknya mulai dari mengubah diri sendiri,
bertobat memperbaiki diri, memperbaiki hati barulah dapat memperbaiki nasib.
Rencana manusia yang terbaik pun tidak akan
dapat mengungguli rencana Tuhan, nasib yang ditentukan Tuhan tidak akan dapat
dihindari, namun sesungguhnya tidak ada sesuatu yang mutlak. Nasib manusia
tidak stabil, manusia memiliki sifat baik dan buruk, terserah apa yang dipilih
olehnya. Memilih kebajikan akan mendapatkan akibat baik, memilih yang jahat akhirnya
akan mendapatkan balasannya. Hanya saja pada umumnya manusia semata-mata
melihat untung rugi yang di depan mata, tidak menghiraukan akibatnya di
kemudian hari. Apa yang ditanam adalah
apa yang akan dituai, jika menanam bibit kejahatan bagaimana bisa menuai buah
kebajikan?
“Tuhan mengetahui dengan jelas sekilas pikiran
yang muncul dalam hati manusia” dan “keluarga yang mengamalkan kebajikan, akan
menabung suka cita; keluarga yang menumpuk kejahatan, akan menabung bencana.”
Tuhan adalah tanpa pamrih, kebaikan dan kejahatan mempunyai akibat, kebajikan
maupun kejahatan tidak dapat menipu Tuhan!
Sesungguhnya seseorang yang melakukan
kejahatan, kelihatannya sedang mencelakai orang lain, namun pada hakekatnya
adalah sedang mencelakai diri sendiri. Ketika orang tersebut melepas kendali
melampiaskan hasrat egoisnya, dia sedang menghancurkan dirinya sendiri.
Manusia pada umumnya menunggu kedatangan
akibat perilaku buruknya untuk kemudian menyesali ketidakadilan Tuhan pada
dirinya, sesungguhnya apakah memang tidak diketahui bahwa segala akibat buruk
tersebut adalah hasil dari apa yang ditanamnya sendiri?
Seseorang yang ingin menghasilkan karya besar dalam masyarakat,
hendaknya memperhatikan perilaku dan keluhuran budi pekerti diri sendiri. Hanya
bila seseorang telah memiliki kemauan dan keluhuran budi pekerti, menyesuaikan
diri dengan peluang yang diberikan oleh Tuhan barulah akan memperoleh
perlindungan dan berkah-Nya. Orang yang memiliki kemauan dan keluhuran budi
pekerti, merupakan orang yang didambakan masyarakat. Hanya orang yang berbudi
luhur baru dapat menunaikan tugas besar dari Tuhan.
Sesungguhnya prasyarat kesuksesan sejati
apapun yang dilakukan adalah memiliki kasih dan kemurahan hati serta berbudi
luhur. Segala sesuatu dalam masyarakat manusia dioperasikan dan dikendalikan
Tuhan. Tuhan tidak memandang keterampilan ataupun kemampuan Anda, tidak melihat
sebesar apa ambisi Anda. Tuhan hanya melihat apakah Anda memiliki keluhuran
budi pekerti. Jadi jika ingin menjadi orang yang berguna hendaknya memperhatikan
keluhuran budi pekerti. Yang mampu meyakinkan masyarakat adalah keluhuran budi.
Semua berkah dalam kehidupan manusia berasal
dari keluhuran budi. Dengan memiliki hati yang baik, melakukan amal kebajikan,
hanya akan mendapatkan balasan atas kebaikannya. Sebaliknya, niat dan perilaku
jahat penuh egois, akhirnya akan memperoleh balasan atas kejahatannya.
No comments:
Post a Comment