Putra dan suami saya pernah pulang ke daratan
China. Kira-kira hanya dalam waktu dua minggu kembali dari China, ucapan yang
keluar dari mulut anak saya selalu disertai, “Sungguh, saya tidak menipu Anda.”
Di Jerman, sangat jarang sekali orang
berbicara demikian, maka semakin didengar semakin terasa tak nyaman. Saya
menasehati anak saya, manusia sudah tentu harus mengucapkan perkataan yang
sesungguhnya, tidak boleh berbohong, juga tidak perlu setiap kata dibuktikan
kebenarannya.
Melewati waktu yang lama, anak saya baru bisa
melupakan perkataan itu.
Pada Tahun Baru Imlek lalu, saya menelepon ke
kampung halaman di China, untuk mengucapkan selamat tahun baru kepada sanak
keluarga. Dari obrolan santai dengan ibu tiri saya, di luar dugaan Ibu juga
mengeluarkan ucapan, “Sungguh, dijamin tidak menipu Anda.”
Ibu tiri saya seorang pengacara, tidak
disangka juga sering mengucapkan perkataan seperti itu.
Setelah selesai menelepon, tidak kuasa saya
memikirkan masalah ini dengan mendalam. Mengapa ucapan jaminan seperti ini bisa
menjadi perkataan yang sering dilontarkan masyarakat China?
Selama pemilihan wakil rakyat di China, mereka
membicarakan masalah “jujur dan dapat dipercaya”, sampai-sampai ujian mengarang
pada tes masuk perguruan tinggi juga mengambil “jujur dan dapat dipercaya”
sebagai judul.
Dari kejadian ini kita bisa melihat masalah
krisis kejujuran dan kepercayaan serta masalah moralitas dalam masyarakat China
sudah menjadi mara bahaya yang mengancam, tak bisa terlihat tetapi bisa
ditemukan di mana-mana.
Saat membuka halaman surat kabar, berita
tentang pembunuhan, penipuan, korupsi dan kebobrokan penuh menghiasi semua halaman.
Saat saya pulang ke China dan tinggal di rumah
paman sebagai tamu, di luar dugaan saya harus melewati beberapa pintu anti
pencuri. Rumah tinggal yang seharusnya nyaman dibuat sedemikian rupa hingga
seperti sebuah penjara. Masih untung paman berprofesi sebagai penegak hukum
(polisi).
Kondisi masyarakat semakin merosot, penipuan
sudah menjadi kebiasaan umum, kepercayaan yang mendasar di antara manusia sudah
tidak ada lagi. Semua orang selalu mengkhawatirkan diri mereka jika kurang
berhati-hati akan menjadi sasaran penipuan.
Mertua saya pernah menghabiskan uang sebesar
40 ribu yuan untuk ditukar euro, dan ternyata euro itu palsu. Uang tersebut
mata uang lama dari sebuah negara di Amerika Latin. Peristiwa ini selalu
menjadi bahan tertawaan ibu mertua saya.
Akhir tahun lalu harian malam Yang Zi,
memberitakan sebuah peristiwa di Nanjing. Dua pemuda menemukan uang kontan
sebesar 11.000 yuan. Setelah diberitakan harian itu, di luar dugaan telah
mendatangkan 11 orang dari seluruh negeri yang mengaku sebagai pemiliknya.
Kebanyakan dari orang yang mengklaimnya, telah mengangkat sumpah bahwa uang itu
miliknya.
Orang China paling mementingkan
“menambal/menambah”. Sebagai contoh dalam hal pemberian nama. Dalam garis hidup
orang tersebut jika dari namanya terdapat kekurangan lima elemen (air, tanah,
api, logam, kayu), maka akan ditambahkan nama yang berperan sebagai unsur
tambahan dari elemen yang kurang itu.
Dikatakan kekurangan elemen yang mana lalu
ditambahkan elemen itu. Kalau begitu ketika seluruh masyarakat sekarang ini
krisis dilanda kejujuran dan kepercayaan, maka kita membutuhkan masyarakat
untuk menambahkan kekurangan ini dalam percakapan mereka sehari-hari.
Menambahkan suatu unsur pada elemen yang
dirasa kurang atau tidak ada, masih ada suatu fenomena yang sangat berarti
sekali. Melepas pandangan mengamati dunia, maka pada negara yang kekurangan
demokrasi pasti disebut sebagai negara yang demokrasi, misalkan seperti Jerman
Timur disebut sebagai Republik Demokrasi Jerman, Yugoslavia sebagai Demokrasi
Sosial Republik Yugoslavia.
Lebih jauh lagi, bagi negara yang tidak
memedulikan rakyatnya, biasanya malah selalu menjadikan rakyatnya sebagai buah
bibir, apapun selalu disebutkan demi rakyat, misalkan seperti RRC (Republik
Rakyat China), Republik Rakyat Hungaria, Republik Rakyat Polandia dan
lain-lain. Dan Korea Utara yang tidak demokrasi dan tidak memedulikan rakyatnya
menyebut negaranya sebagai Republik Rakyat Demokrasi Korea Utara.
Presiden RRC Hu Jintao mengusulkan ingin
mendirikan masyarakat “harmonis”. Bisa kita bayangkan betapa tidak harmonisnya
masyarakat China pada zaman sekarang ini. Dengan prinsip yang sama, jika yang
terjadi adalah krisis kejujuran dan kepercayaan, maka perkataan yang selalu
diucapkan oleh masyarakat China hanya bisa, “Sungguh, saya tidak menipu Anda.”
No comments:
Post a Comment