Jun 1, 2013

SUNGGUH SAYA TIDAK MENIPU ANDA



Putra dan suami saya pernah pulang ke daratan China. Kira-kira hanya dalam waktu dua minggu kembali dari China, ucapan yang keluar dari mulut anak saya selalu disertai, “Sungguh, saya tidak menipu Anda.”

Di Jerman, sangat jarang sekali orang berbicara demikian, maka semakin didengar semakin terasa tak nyaman. Saya menasehati anak saya, manusia sudah tentu harus mengucapkan perkataan yang sesungguhnya, tidak boleh berbohong, juga tidak perlu setiap kata dibuktikan kebenarannya.

Melewati waktu yang lama, anak saya baru bisa melupakan perkataan itu.

Pada Tahun Baru Imlek lalu, saya menelepon ke kampung halaman di China, untuk mengucapkan selamat tahun baru kepada sanak keluarga. Dari obrolan santai dengan ibu tiri saya, di luar dugaan Ibu juga mengeluarkan ucapan, “Sungguh, dijamin tidak menipu Anda.”

Ibu tiri saya seorang pengacara, tidak disangka juga sering mengucapkan perkataan seperti itu.

Setelah selesai menelepon, tidak kuasa saya memikirkan masalah ini dengan mendalam. Mengapa ucapan jaminan seperti ini bisa menjadi perkataan yang sering dilontarkan masyarakat China?

Selama pemilihan wakil rakyat di China, mereka membicarakan masalah “jujur dan dapat dipercaya”, sampai-sampai ujian mengarang pada tes masuk perguruan tinggi juga mengambil “jujur dan dapat dipercaya” sebagai judul.

Dari kejadian ini kita bisa melihat masalah krisis kejujuran dan kepercayaan serta masalah moralitas dalam masyarakat China sudah menjadi mara bahaya yang mengancam, tak bisa terlihat tetapi bisa ditemukan di mana-mana.

Saat membuka halaman surat kabar, berita tentang pembunuhan, penipuan, korupsi dan kebobrokan penuh menghiasi  semua halaman.

Saat saya pulang ke China dan tinggal di rumah paman sebagai tamu, di luar dugaan saya harus melewati beberapa pintu anti pencuri. Rumah tinggal yang seharusnya nyaman dibuat sedemikian rupa hingga seperti sebuah penjara. Masih untung paman berprofesi sebagai penegak hukum (polisi).

Kondisi masyarakat semakin merosot, penipuan sudah menjadi kebiasaan umum, kepercayaan yang mendasar di antara manusia sudah tidak ada lagi. Semua orang selalu mengkhawatirkan diri mereka jika kurang berhati-hati akan menjadi sasaran penipuan.

Mertua saya pernah menghabiskan uang sebesar 40 ribu yuan untuk ditukar euro, dan ternyata euro itu palsu. Uang tersebut mata uang lama dari sebuah negara di Amerika Latin. Peristiwa ini selalu menjadi bahan tertawaan ibu mertua saya.

Akhir tahun lalu harian malam Yang Zi, memberitakan sebuah peristiwa di Nanjing. Dua pemuda menemukan uang kontan sebesar 11.000 yuan. Setelah diberitakan harian itu, di luar dugaan telah mendatangkan 11 orang dari seluruh negeri yang mengaku sebagai pemiliknya. Kebanyakan dari orang yang mengklaimnya, telah mengangkat sumpah bahwa uang itu miliknya.

Orang China paling mementingkan “menambal/menambah”. Sebagai contoh dalam hal pemberian nama. Dalam garis hidup orang tersebut jika dari namanya terdapat kekurangan lima elemen (air, tanah, api, logam, kayu), maka akan ditambahkan nama yang berperan sebagai unsur tambahan dari elemen yang kurang itu.

Dikatakan kekurangan elemen yang mana lalu ditambahkan elemen itu. Kalau begitu ketika seluruh masyarakat sekarang ini krisis dilanda kejujuran dan kepercayaan, maka kita membutuhkan masyarakat untuk menambahkan kekurangan ini dalam percakapan mereka sehari-hari.

Menambahkan suatu unsur pada elemen yang dirasa kurang atau tidak ada, masih ada suatu fenomena yang sangat berarti sekali. Melepas pandangan mengamati dunia, maka pada negara yang kekurangan demokrasi pasti disebut sebagai negara yang demokrasi, misalkan seperti Jerman Timur disebut sebagai Republik Demokrasi Jerman, Yugoslavia sebagai Demokrasi Sosial Republik Yugoslavia.

Lebih jauh lagi, bagi negara yang tidak memedulikan rakyatnya, biasanya malah selalu menjadikan rakyatnya sebagai buah bibir, apapun selalu disebutkan demi rakyat, misalkan seperti RRC (Republik Rakyat China), Republik Rakyat Hungaria, Republik Rakyat Polandia dan lain-lain. Dan Korea Utara yang tidak demokrasi dan tidak memedulikan rakyatnya menyebut negaranya sebagai Republik Rakyat Demokrasi Korea Utara.

Presiden RRC Hu Jintao mengusulkan ingin mendirikan masyarakat “harmonis”. Bisa kita bayangkan betapa tidak harmonisnya masyarakat China pada zaman sekarang ini. Dengan prinsip yang sama, jika yang terjadi adalah krisis kejujuran dan kepercayaan, maka perkataan yang selalu diucapkan oleh masyarakat China hanya bisa, “Sungguh, saya tidak menipu Anda.”

No comments:

Post a Comment

Bookmark and Share
Custom Search