Sejak kecil saya sangat senang de-ngan
ungkapan yang diucapkan oleh orang China kuno, “Pejabat mati karena kritik yang
ia ucapkan, ksatria mati dalam peperangan.” Tetapi saya tahu dengan jelas tidak
peduli seseorang itu mati karena ucapannya atau mati karena peperangan mereka
semuanya mutlak membutuhkan watak teguh (tak kenal tunduk).
Jika dibandingkan dengan para ksatria yang
mengorbankan diri dalam peperangan, saya rasa menteri-menteri sipil yang berani
memberikan kritik nasihat dengan mengabaikan keselamatan diri sendiri adalah
jauh lebih sulit dan patut dihargai.
Di medan perang riuh oleh suara adu senjata
dan derapan kaki kuda serta pemandangan mayat-mayat yang berserakan
dimana-mana, paling tidak itu memberi dorongan semangat pada para ksatria.
Sedang kehidupan para menteri yang dikelilingi oleh materi dan kenyamanan
hidup, setiap hari mereka sama saja sedang hidup dalam godaan kenikmatan
materi. Bila dalam kondisi ini, seseorang masih bisa memberikan kritik teguran
tanpa menghiraukan keselamatan diri, ia benar-benar patut diberi acungan
jempol. Jika dia tidak memiliki semangat perilaku luhur lurus jujur dan adil
serta kesetiaan terhadap negara, ia
tidak akan bisa melakukan perbuatan itu.
Setiap kali ketika saya membaca buku sejarah,
saya selalu bisa merasakan watak teguh perilaku lurus adil dan jujur dari para
pejabat-pejabat militer maupun sipil pada zaman kuno. Sejak kecil saya bertubuh
lemah, dan menganggap tabu jika seseorang lemah tidak keras (teguh), saya kira
kita harus berjuang meski menjumpai kepungan dan serangan dari musuh yang lebih
kuat, tidak menunjukkan bahwa diri kita lemah, walaupun tubuh terkena pukulan
berat tidak mengaku kalah.
Juga disebabkan karena pengaruh semangat
heroik dalam hati, ketika saya berdiskusi dengan teman-teman tentang kehidupan,
saya acapkali mengatakan, “Banyaknya uang yang Anda miliki, masih bisa
terhitung. Sepanjang-panjangnya usia Anda, juga ada akhir hayat. Namun dalam
kehidupan manusia di dunia, hanya watak teguh yang tidak dapat dinilai
harganya.”
Watak teguh itu apa? Watak teguh sama dengan
semangat yang luhur dan lurus, adalah perilaku yang tidak berfoya-foya walaupun
kaya dan berkedudukan tinggi, berwatak teguh walaupun diri kita miskin dan
hina, bersifat tidak mau tunduk pada kekerasan dan watak yang bersikap bersih
dan suci.
Jadi sebagai seorang manusia yang mempunyai
kepribadian teguh, mutlak tidak seharusnya menundukkan kepala Anda yang agung
dan berharga hanya demi uang, beras dan
minyak sebagai materi-materi di luar tubuh atau takut dengan kematian.
Dulu ketika saya masih bekerja di sebuah
perusahaan impor ekspor di Jepang, teringat perusahaan itu pernah mengajukan
kuesioner untuk survei kehendak umum. Terdapat satu pertanyaan: siapakah
tokoh-tokoh dalam sejarah yang Anda kagumi? Rekan kerja saya semua menjadi
ragu-ragu, tidak tahu harus menulis siapa yang paling sesuai, sedangkan saya
tanpa ragu menulis Tao Yuan Ming dan Li Bai (sastrawan). Karena saya
beranggapan bahwa dua orang tokoh tersebut adalah sastrawan yang paling berani
berperilaku lurus jujur dan bermartabat dalam sejarah China kuno.
Keadaan keluarga Tao Yuan Ming sangat miskin,
tetapi dia bisa mengundurkan diri dari jabatan sebagai bupati, karena tidak
ingin demi sesuap nasi berlutut pada kekuasaan. Li Tai Bai mengangkat gelas
minum sepuasnya serta berseru, “Bagaimana bisa mengerutkan dahi bertekuk
pinggang untuk mengabdi kepada para penguasa, sehingga membuat wajah kita tidak
bisa tampak berseri!” Dia patut disebut sebagai dewa sastra sepanjang masa.
Riwayat hidup Li Bai berpindah-pindah diasingkan, karena dia lurus jujur dan
bermartabat tidak mau mengabdi kepada penguasa, dia sombong ingin bebas tidak
mau terikat atau terkekang, tetapi justru hal-hal inilah sebagai bukti yang
kuat jika dia perilakunya lurus, jujur dan bermartabat.
Apakah tujuan Anda sebagai manusia? Makan
minum berfoya-foya? Ketenaran nama atau keuntungan? Keluarga yang bahagia dan
harmonis? Hanya orang yang berpandangan picik yang bisa berpikir demikian.
Sebenarnya jika menggunakan konsep umum untuk berpikir, tujuan sebagai manusia
juga tidak mengabaikan beberapa tujuan yang tertulis di atas, tetapi harus kita
sadari, umur hidup manusia sangat pendek, bagaikan komet yang mendesing di alam
jagad raya ini, sekonyong-konyong dan singkat sekali.
Manusia hidup dalam dunia, tidak mungkin tidak
pernah mengalami kesengsaraan atau penderitaan. Jika seseorang ingin dalam hidupnya tidak merasa bersalah
atau berdosa, maka orang tersebut harus hidup dengan lurus jujur dan
bermartabat, tidak boleh demi materi di luar tubuh kita lalu membuat tulang
kita yang asalnya keras menjadi lunak.
Manusia yang lurus jujur dan bermartabat,
meski secara material dia sangat miskin hingga tak memiliki apa-apa, namun
dirinya juga bisa membuat orang lain bertambah hormat, salut dan kagum
kepadanya.
Manusia yang berperilaku lurus jujur dan
bermartabat, mereka mengerti benar, tak peduli bagaimana mereka bertindak harus
selalu lurus jujur dan bermartabat, tidak akan mendapatkan untung dari kerja
orang lain, tidak akan menerima uang atau benda apapun jika dia tidak berjasa,
lebih-lebih tidak akan menukar prinsip dan menjual nuraninya untuk tetap hidup
dengan hina di dalam dunia ini.
Wen Tian Xiang, seorang pejabat sipil pada
zaman Dinasti Song Selatan, karena gagal melawan rezim Yuan pada saat itu, dia
menolak diberi jabatan tinggi dan gaji besar dari Dinasti Yuan, ia menerima
segala siksaan dan akhirnya tewas secara heroik.
Pepatah mengatakan, “Menjadi panglima boleh
melalui perebutan, namun kemauan orang lain tidak bisa direbut.” Di dalam kitab
kuno ditulis bagaimana sikap seorang panglima perang dalam medan laga. Dia
pantang mundur di bawah hutan tombak dan hujan panah, bahkan mata pun tidak
berkedip, tidak bisa kita pungkiri dia seorang pahlawan. Meski panglima
tersebut ada kalanya kalah berperang dan ditangkap musuh, ketika dia dibawa
masuk ke markas musuh, sepasang matanya masih menyorot dengan garang, sedikit
pun tidak ada rasa takut!
Terhadap pria tulen yang lurus, jujur dan
bermartabat ini, biasanya pucuk pimpinan musuh bisa timbul rasa kagum, dia lalu
memerintahkan para pengawal untuk keluar ruangan, beranjak turun dari kursi
duduk dan melepaskan sendiri pengikat tubuh jenderal musuhnya ini.
Dari contoh ini kita semua bisa melihat, hanya
orang yang lurus, jujur dan bermartabat saja, baru bisa mendapatkan simpati dan
hormat dari orang awam.
Jadi seorang pria jika tidak bisa lurus, jujur
dan bermartabat, maka dia tidak bisa disebut sebagai lelaki tulen. Jadi seorang
perempuan jika tidak bisa lurus, jujur dan bermartabat, maka dia tidak bisa
disebut sebagai seorang perempuan baik.
Menjadi seorang pejabat sipil jika tidak bisa
lurus, jujur dan bermartabat, maka dia hanya bisa disebut sebagai seorang
pejabat penjilat yang berkepribadian rendah dan buruk. Menjadi seorang panglima
perang jika tidak bisa lurus jujur dan bermartabat maka dia pasti akan menjadi
seorang pengecut yang takut mati.
Oleh karena itu, menjadi manusia jika ingin
berdiri tegap di antara langit dan bumi, mutlak membutuhkan kelurusan,
kejujuran dan martabat sebagai dasar. Kelurusan, kejujuran dan martabat adalah
keteguhan iman yang harus ada dalam bersikap dan membawa diri dalam masyarakat.
Setelah memiliki kelurusan, kejujuran dan martabat manusia baru bisa berdiri
lama di dunia ini.
No comments:
Post a Comment