Dec 20, 2013

JADI KARYAWAN ATAU PEBISNIS ?



Sore hari di akhir bulan lalu merupakan hari terakhir rekan saya bekerja di perusahaan kami. Setelah 15 tahun be-kerja akhirnya beliau memutuskan untuk berhenti bekerja  dan pindah ke perusahaan lain. “Kenapa pindah bu?” tanya saya. “Yah…hidup adalah pilihan, kadang kita harus memilih untuk melangkah ke tempat lain,” katanya dengan mantap, ”Makanya, kita mesti siap kalau bekerja di perusahaan orang…lebih enak punya bisnis sendiri.“ 

Rupanya si ibu ini merasakan adanya ketidak puasan dan beberapa kekecewaan dalam pekerjaan setelah adanya perubahan managemen di perusahaan kami.  Karir yang stagnan, perlakuan yang tidak adil dalam organisasi, tidak adanya penilaian prestasi, rekan kerja yang sangat menjengkelkan, bos yang tidak becus serta suka merepotkan bawahan, bos yang killer, politik dalam pekerjaan dan masih banyak lagi segudang masalah yang harus dihadapi dalam kehidupan seorang karyawan. Karena mengundurkan diri dan sudah bekerja selama lima belas tahun, beliau mendapat pesangon 2 kali gaji, lebih rendah dibandingkan jika dipecat secara tidak hormat yang bisa 5 sampai 10 kali gaji pesangonnya. Jadi…..apakah enak jadi karyawan?

Di lain pihak karena penasaran, saya menginterview seorang teman yang punya bisnis sendiri. “Pusing…tiap hari harus memikirkan karyawan, mana bahan baku naik setiap hari…pembeli belum tentu ada setiap hari, mau jual barang malah rugi, harga pokoknya lebih tinggi dari yang dijual lagi!”, katanya dengan berapi-api. “Tapi…paling tidak kan mengurusi uang sendiri? bukan uang milik orang lain?” sergap saya sambil mengintimidasi. “justru karena duit sendiri, makanya kita harus hati-hati, lebih enak seperti kamu kerja  di perusahaan  orang, pendapatan setiap bulan sudah pasti, tidak perlu memikirkan 24 jam setiap hari,” katanya mengakhiri pembicaraan kami.

Mengapa dunia ini jadi rumit? Yang karyawan ingin menjadi pebisnis, tidak tergantung orang lain. Yang berbisnis sendiri merasa lebih enak jadi karyawan tidak pusing memikirkan penghasilannya setiap hari. Jadi mana yang benar? Jadi karyawan atau jadi pebisnis? Jika prinsip  hidup berlaku seperti pepatah “Rumput tetangga selalu lebih hijau” maka tidak akan ada habisnya memikirkan “jadi karyawan atau bisnis sendiri.” Seperti halnya perdebatan antara “telur dan ayam” mana yang lebih dahulu. 

Seakan jawaban tersebut datang dari langit, saya terkagum saat melihat tayangan pidato Steve Jobs, CEO Apple Inc, di depan acara wisuda mahasiswa Stanford University, AS pada 2005 lalu. Beliau adalah satu satunya  pebisnis di dunia yang pernah dipecat dari perusahaannya sendiri. Mengutip pernyataan beliau saat menghadapi masa sulit kehidupannya tersebut, ”Terkadang-hidup seperti  menimpuk batu ke kepala Anda".

Jangan kehilangan keyakinan. Saya yakin bahwa satu-satunya yang membuat saya terus berusaha adalah karena saya menyukai apa yang saya lakukan. Anda harus menemukan apa yang Anda sukai (passion).  Itu berlaku baik untuk pekerjaan maupun pasangan hidup Anda. Pekerjaan Anda akan menghabiskan sebagian besar hidup Anda, dan kepuasan sesungguhnya hanya dapat diraih dengan mengerjakan sesuatu yang hebat. Dan Anda hanya bisa hebat bila mengerjakan apa yang Anda sukai. Bila Anda belum menemukannya, teruslah mencari. Jangan menyerah. Hati Anda akan mengatakan bila Anda telah menemukannya. Seperti  halnya dengan hubungan hebat lainnya, semakin lama-semakin mesra Anda dengannya. Jadi, teruslah mencari sampai ketemu. Jangan berhenti.”

Seakan mengiyakan wejangan beliau, hati saya berkata “Betul sekali Pak Jobs, kita harus menemukan “apa yang kita sukai” (passion) dalam kehidupan ini.” Andai passion itu ada dalam pekerjaan kita sehari hari, tidak peduli apa pun profesi kita baik sebagai “karyawan maupun sebagai bisnisman” , tidak akan menjadi masalah yang berarti dalam menjalankan kehidupan ini.

No comments:

Post a Comment

Bookmark and Share
Custom Search