Membaca dan memahami diri sendiri, akan memahami makna dan hakikat
sebenarnya kehidupan diri sendiri, baru bisa tidak terlalu bersaing dan berebut
demi nama dan keuntungan yang semu.
Beberapa tahun lalu, saya pernah membaca buku yang menulis cerita:
Seorang gadis yang baru saja lulus sekolah, mendapatkan pekerjaan
sebagai penjual karcis di perusahaan angkutan umum. Dilihat dari ekspresi
wajahnya, nampak sekali dia sangat tidak menyukai pekerjaannya, karena dia
hanya menyebutkan nama-nama stasiun seperti robot dan menjual karcis. Sementara
itu ada seorang tahanan yang dihukum tiga tahun, tetapi setelah keluar dari
penjara, dia membawa sebuah novel Inggris yang telah diterjemahkan.
Saya ingat penulis buku itu mengatakan, gadis itu meski tubuhnya dalam
keadaan bebas, tetapi karena dia sangat tidak menyukai pekerjaannya, maka
terbentuk belenggu dalam hati seperti dalam penjara! Sedangkan yang satunya
lagi meski tubuhnya dikurung dalam penjara, tetapi hatinya merasa santai, tidak
terbelenggu dalam penjara, melainkan dipenuhi sinar mentari!
Memang benar, zaman sekarang segala sesuatu semua diukur dengan uang,
hingga beredar pepatah seperti ini, “Miskin hingga hanya tersisa uang saja!”
Kalau begitu apakah Anda bisa mengatakan bahwa dia benar-benar bahagia?
Seumur hidup manusia yang paling patut disedihkan tak lain adalah tidak
memahami diri sendiri! Mungkin banyak orang yang merasakan perkataan ini agak
sedikit mengejutkan. Jika seseorang benar-benar mengerti kehidupan ini, mengapa
datang ke dunia ini, dan harus bersikap bagaimana memperlakukan diri dalam
dunia ini, saya kira meski agak miskin, atau tak seorang pun yang
sungguh-sungguh mau menemani kita, juga akan tetap hidup bersahaja dan sangat
berarti!
Saat berada di kesunyian malam, mawas pada diri sendiri, di dalam dunia
fana yang bagaikan gulungan ombak ini, persoalan mana yang dilakukan oleh watak
hakiki diri sendiri? Pernahkah kita benar-benar memikirkan atau melakukan
sesuatu demi orang lain?
Proses membaca dan memahami diri sendiri sebenarnya adalah proses
timbul kembali watak hakiki kita! Adalah proses pengenalan kembali diri kita
dengan pikiran tenang. Dengan demikian akan bisa mengerti makna dan hakikat
sebenarnya dari kehidupan diri kita sendiri, baru bisa tidak terlalu banyak
bersaing dan berebut demi nama dan keuntungan yang semu itu.
Campakkanlah keterikatan yang ada di luar tubuh kita, baru bisa
menemukan bahwa ternyata kehidupan ini bisa dilewatkan dengan lebih berarti!
No comments:
Post a Comment